Quo (2)
Sebelumnya: Supaya kesedihannya berkurang, Yuna menjenguk Junhoe--yang dirawat di rumah sakit akibat putus obat penenang--bersama Jaehyun. Ia kembali menyebut soal betapa sulit hidup mereka selama berada di 3-E sebelum sadar bahwa mereka telah dikeluarkan.
***
"Kelas kita ... dulu, maksudku. Maaf."
"Kamu tidak perlu minta maaf untuk itu. Meninggalkan 3-E bukan berarti kita tidak lagi menjadi bagian darinya." Jaehyun menutupkan kembali selimut Junhoe yang tersibak ke telapak kaki si pasien.
"Jika orang-orang yang di-drop out masih sedemikian berpengaruh bagi siswa-siswa lainnya, lalu mengapa segalanya seakan tidak berubah saat Kim Jiho dan Jacob Bae dikeluarkan?"
"Apa kamu lupa bagaimana Chaeyeon saat itu?"
Hati Yuna ngilu begitu nama (mantan) sahabatnya disebut. Ya, dia ingat Chaeyeon sepeninggal Jiho: bergelayut terus padanya, selalu bercerita tentang Jiho, bahkan sampai ke rumahnya segala untuk sekadar memastikan Yuna tidak pergi macam Nona Kim. Siapa mengira, malah Chaeyeon yang mencampakkan Yuna lebih dulu?
"Waktu itu, Sicheng juga mulai dekat dengan Jacob Bae. Dia menghalangi kita untuk melaporkan pelanggaran Jacob Bae seakan dia sendiri yang memiliki kunci jawaban. Bisa dibayangkan betapa dia kehilangan saat putusan drop out turun," sambung Jaehyun. "Jacob Bae dan Kim Jiho hanya butuh cukup waktu agar mereka dapat meninggalkan jejak di hati semua anggota 3-E."
... yang berarti, kepergian Yuna dan Jaehyun mungkin akan berdampak besar. Dari awal Maret hingga pertengahan Juli, mereka berdua telah melalui susah-senang dengan tiga belas siswa lain, mengarungi ketegangan akibat poin kedisiplinan yang naik-turun. Seokmin bersujud di hadapan Kepala Sekolah Park agar mereka dipertahankan. Junhoe, yang selama ini menunjukkan permusuhan pada Yuna dan Jaehyun, dalam keadaan setengah sadar menyerang balik pihak yang mendepak pengurus kelas. Andai diberi kesempatan menengok kondisi kelas usai memutuskan keluar, situasi kaotikkah yang akan menyambut mereka?
"Aku harap kehadiran kita tidak sesignifikan itu." Dengan benak kosong, Yuna mengusap tungkai bawah Junhoe yang berselubung selimut. "Soalnya kehilangan orang yang penting bagi kita itu ... sangat menyakitkan. Kalau kita tidak berarti bagi siapa pun, maka bukankah ketika kita pergi, kita tidak akan melukai siapa-siapa pula?"
Jaehyun menerawang jauh ke balik jendela yang terbuka tirainya.
"Aku kurang setuju denganmu. Aku akan jadi egois dan membiarkan orang-orang terluka karena kenangan tentangku, sebagaimana aku juga terluka karena kenangan tentang mereka. Tidak bakal mampu aku menahan pahitnya dilupakan, jadi lebih baik aku menyakiti jika dengan begitu, orang ingat aku pernah menyayangi mereka.
"Seokmin ... andai dia melupakanku, aku akan—"
Kalimat Jaehyun tak selesai. Ia tertawa lirih, menyugar rambut hitam pekatnya lelah.
"Aku jadi emosional begini."
"Tidak, kalau soal Seokmin, aku yakin kita sepemikiran!" Yuna meyakinkan. "Dia adalah orang yang mestinya kita pegangi paling kuat. Meskipun tidak pernah langsung mengungkapkannya, Seokmin telah menjadikan kita sandaran karena di rumah, ia selalu harus menjadi yang tertangguh." Dua tangan Yuna saling menepuk. "Benar! Kita tidak boleh menyerah akan persahabatan ini! Kita buktikan, walaupun sekolah telah memisahkan kita dari mereka, kita tetap peduli sebesar sebelumnya!"
"Nah, begitu, dong. Akhirnya, kau jadi Yuna yang kukenal juga."
Namun, Yuna dan Jaehyun sama-sama tahu bahwa optimisme mereka kali ini sangat superfisial. Bersikap seakan-akan masih ada harapan sudah menjadi kebiasaan buat mereka. Bulir bening yang kesekian mulai berlinangan di mata Yuna. Dengan panik, gadis itu mengajak Jaehyun keluar ruang rawat.
"Aku lupa, ada yang harus kulakukan di rumah petang ini. Kalau terlalu malam pulang, nanti bisa kelamaan selesainya."
Bohong. Yuna dalam hati meminta maaf pada mantan ketua kelasnya.
"O, kalau begitu, biar Hoon-hyeong yang antar."
"Benar tidak apa-apa? Kamu sepertinya ingin menemani Junhoe lebih lama."
Jaehyun tercengang. Merasa salah bicara, Yuna segera mengganti pernyataannya.
"B-Begini .... Jam besuk kan belum selesai, jadi barangkali kamu—"
"Aku memang ingin menemaninya karena dia sahabatku," sahut Jaehyun, menggemakan pikiran yang tidak Yuna ungkapkan, "tetapi aku bisa bebas membesuk besok. Pekerjaanmulah yang tidak bisa menunggu, jadi tidak apa-apa, mari pulang."
Dalam perbincangan kecil-kecil selama ini, Jaehyun berulang kali menyiratkan secara tak sengaja bahwa ia mengenal baik Junhoe, padahal lima bulan di 3-E tidak bakal cukup untuk detail tersembunyi tentang seseorang, misalnya latar belakang keluarga. Mustahil Jaehyun hanya menyiarkan ulang fakta-fakta itu dari rumor yang berembus tentang si kepala api sebab detilnya sangat nyata dan konsisten. Sayang, hingga sekarang, apa hubungan Jaehyun dan Junhoe masih menjadi misteri. Hari ini, Jaehyun berkunjung jelas bukan hanya sebagai mantan teman sekelas. Teman sekelas biasa tidak akan bercakap akrab dengan pelayan Keluarga Goo, tidak akan beroleh respek yang besar dari pelayan itu, tidak pula mendesah sarat duka setiap beberapa waktu dengan tatapan terkunci pada Junhoe.
Kesedihan Yuna masih berada pada taraf 'mantan pengurus kelas'—dan sakitnya begini dalam. Jaehyun tentu saja akan lebih terluka.
Perjalanan pulang begitu sunyi. Hoon-hyeong, sopir Jaehyun, tidak berhasil mencairkan kebekuan depresif di jok belakang. Jaehyun tampak tenggelam dalam renungan, maka Yuna yang tak mau mengganggu pun diam, sesekali menatap ke luar jendela, sesekali membuka ponsel yang nihil notifikasi. Ia lantas menyandarkan punggung dan menutup mata—kehilangan arah, diri, dan emosi. Kendati demikian, sekelumit sisa kewarasan masih mendorongnya buat berjuang. Cengkeraman Yuna mengerat pada celana jeans. Ia ingin melihat Seokmin, Chaeyeon, dan Eunbi lagi, ingin lulus bersama 3-E yang utuh, mengobrolkan pilihan universitas selagi melakukan persiapan terakhir menjelang suneung ....
"Yuna, kita sampai."
"Ah!" Seketika Yuna memajukan badan. Matanya terbuka lebar. Pada jendela di sisi kirinya, pagarnya yang dihias bakung menampakkan diri. "Astaga, aku ketiduran! Terima kasih untuk tumpangannya, Jaehyun, Hoon-ssi!"
Lekas-lekas Yuna beranjak dari mobil, nyaris meraih pagar jika Jaehyun tidak menangkap pergelangannya, menariknya menjauhi pagar—
—dan menyembunyikannya dalam dekapan.
"Menangislah. Sekarang, tidak ada orang yang melihat selain aku."
Kamu tahu.
Bagian belakang kemeja Jaehyun, Yuna genggam seakan ia bisa mati jika melepaskan.
Kamu tahu aku ingin menangis.
Isak yang terdengar jauh lama-lama mengeras walaupun masih teredam di dada Jaehyun. Yuna terbatuk, tersedu, kini sepenuhnya terbenam di antara sepasang lengan si pemuda Jung.
"Mengapa kita harus mengalami ini? Mengapa kita harus meninggalkan teman-teman? Kita tidak bersalah, tetapi mengapa kita yang menanggung hukuman? Bagaimana Seokmin, Chaeyeon, Junhoe dan lainnya nanti? Aku sudah berusaha supaya kita tetap bersama, tetapi mengapa Kepala Sekolah Park menganggap upaya itu sia-sia? Aku ingin kembali biarpun harus membunuh semua guru!"
Yuna tak peduli alangkah tak karuan racauannya di telinga salah satu lelaki yang ia kagumi. Jaehyun menawarkan pelarian sementara; bodoh kalau Yuna tidak berlari padanya ketika sangat membutuhkan. Seremuk apa pun sang dara setelah menumpahkan semua, lengan Jaehyun akan menjaganya tetap utuh. Bukankah begitu juga selama ini? Ketua kelas yang tak tergoyahkan itu beda sekali dengan sekretarisnya yang lemah dan cengeng.
"Maafkan aku."
Namun, ibu jari yang menghapus air mata Yuna bukan milik 'dia yang tak tergoyahkan'. Pemuda di hadapan Yuna lebih pucat, bermanik hitam kusam, dan tubuhnya kurus. Dari bibir kering yang dulu senantiasa menuturkan kata-kata penenang, alih-alih penghiburan, Yuna hanya mendapati sesal. Napas sekarat. Kemuraman yang menghanyutkan. Bibir itu berakhir melekati bibir Yuna—lama, tetapi hampa. Mati. Asin air mata Yuna telan sendiri begitu sadar dirinya, cepat atau lambat, akan kehilangan seseorang yang berharga.
"Aku tidak bisa menolongmu lagi. Aku juga hancur, Yuna. Maafkan aku."
Nyalangnya tatapan Jaehyun memulai hitungan mundur bom waktu. Raga itu akan menjadi kosong sebentar lagi dan Yuna yakin bukan ia pihak yang dapat mencegahnya.
***
Seminggu lebih setelah Yuna dan Jaehyun di-drop out, dua murid pengganti mereka dimasukkan oleh Seokmin ke grup obrolan. Keduanya siswi, bernama Nam Dawon—yang muncul di pengumuman peringkat dua puluh besar bulan April—dan Minnie Nicha Yontarak dari Thailand. Gadis-gadis ini sempat menyapa di grup obrolan, menyebut nama dan berterima kasih sudah diundang. Tak ada siswa yang membalas hingga Yuna mendadak tidak bisa mengakses grup obrolan itu. Sepertinya seseorang—akhirnya—mengeluarkannya yang tak lagi berkepentingan. Ini terbukti sebab Jaehyun mengatakan melalui pesan bahwa ia mengalami hal serupa.
Peristiwa di aplikasi pesan punya beberapa poin penting yang patut dipertanyakan. Satu, tidak mungkin dewan guru memasukkan siswa baru lebih dari seminggu setelah ada siswa lama yang dikeluarkan. Apakah Dawon dan Minnie memang terlambat dimasukkan ke grup? Kalau ya, bukankah kedua siswi ini akan direpotkan? Mereka kan jadi tidak bisa berkomunikasi mengenai tugas dan jadwal. Namun, setelah dipikirkan, grup obrolan itu mati suri sebelum Dawon dan Minnie masuk; keduanya tidak bakal ketinggalan berita apa pun.
Ini membawa Yuna pada poin kedua: mengapa grup obrolan bisa sehening itu? Jelas bukan karena semata tidak ada yang dibicarakan; kelas 3-E selalu punya sesuatu untuk dibicarakan bersama, sebagian besar tentang para guru. Nah, apakah sejak Jaehyun dan Yuna dikeluarkan, para guru ini juga memiliki kontrol atas grup obrolan? Yang benar saja! Jika tidak ada siswa yang memberi akses, mustahil grup itu dapat ditembus guru. Lagi pula, tidak satu pun guru terdaftar; sampai Yuna dicopot dari sana, hanya ada nama siswa dalam daftar anggota grup.
Omong-omong soal pemberi akses, Seokmin-lah siswa yang mengundang Dawon dan Minnie ke grup mereka, padahal kesepakatannya, hanya pengurus kelas yang memiliki wewenang untuk memasukkan atau mengeluarkan orang. Apakah ini bermakna Seokmin telah ditunjuk untuk menggantikan Jaehyun? Tanpa bermaksud merendahkan, di mata Yuna, tanggung jawab baru hanya akan menterpurukkan Seokmin secara psikologis, mungkin juga fisik. Setiap memikirkannya, Yuna jadi mual.
Seokmin terlalu sakit, letih, dan ambivalen untuk menghadapi jajaran opresif guru-guru 3-E.
Belum terpecahkan, misteri 3-E sepeninggal pengurus lama makin rumit ketika Yuna tiba-tiba ditambahkan ke obrolan multi oleh Dawon, di dalamnya juga ada Minnie. Setelah perkenalan sekilas, Yuna menanyakan keperluan obrolan multi ini—dan jawaban Dawon sangat mengejutkan.
Nam Dawon
Aku minta maaf sebelumnya. Tolong jangan bilang-bilang anak 3-E selain kami mengenai grup obrolan kita. Aku ingin tahu, kelas ini apa selalu seperti ini?
'Selalu seperti ini'?
Choi Yuna
Apa kalian kaget tentang kelas yang dibagi dua?
Itu memang peraturan yang diberlakukan baru bulan kemarin.
Nam Dawon
Bukan.
Ini tentang seluruh kelas 3-E yang menjauhi kami berdua tanpa alasan yang jelas .... Mereka sendiri bahkan jarang terlihat saling berinteraksi.
Jantung Yuna berderap bagai kuda di lintasan pacu.
Minnie Nicha Yontarak
Kami tahu masalah apa yang menyebabkan kamu dan Jung Jaehyun dikeluarkan, makanya kami cemas, jangan-jangan kami ditolak karena kalian?
Maaf, maksudku bukan menyalahkan kalian berdua TT-TT
Kalian juga mengalami hal yang berat ....
Nam Dawon
Aku dan Minnie mengalami 'culture shock' yang hebat, bukan karena jadwal padat atau materi yang diajarkan lebih cepat, tetapi karena keadaan teman-teman di sini.
Menurutmu, apa yang harus kami lakukan? Kami tidak ingin selamanya tertolak.
Apakah mempertemukan kalian berdua dengan kelas 3-E akan menyelesaikan masalah? Kami ingin membuktikan bahwa kami tidak hendak merebut tempat kalian ....
Melalui pesan-pesan ini, Dawon dan Minnie terdengar sangat putus asa, sementara kelas 3-E terkesan horor sekali. Pengucilan? Bahkan tidak saling berkomunikasi? Apa yang terjadi pada orang-orang?
Choi Yuna
Kelas 3-E sebelumnya tidak seperti itu. Sungguh. Ini masalah besar. Boleh kuundang Jaehyun ke sini juga?
Nam Dawon
Tentu, selama dia berkenan. Kami agak sungkan.
Choi Yuna
Tidak perlu sungkan, Jaehyun baik, kok. Aku undang, ya.
Setelah Jaehyun diundang, Yuna merangkumkan pembicaraan sebelumnya untuk si mantan ketua. Jaehyun menawarkan sebuah solusi cepat, tetapi kedua siswi baru cepat mencegah.
Minnie Nicha Yontarak
Tolong jangan ajak bicara Lee Seokmin dulu tanpa sepengetahuan kami.
Nam Dawon
Kami berada di kelas paruh kedua, jadi kami harus mencuri-curi waktu untuk mengamatinya. Entah bagaimana dia saat bersama kalian, tetapi Lee Seokmin yang sekarang sangat emosional.
Tanpa sadar, Yuna meremas bantalnya.
Jung Jaehyun
Ada apa dengan Seokmin?
Nam Dawon
Dia selalu membentak jika kami mengajaknya bicara. Dia juga beberapa kali menimbulkan kekacauan di kelas paruh pertama.
Minnie Nicha Yontarak
Kemarin, dia bahkan menumpahkan larutan asam ke pakaian Guru Woo saat praktikum. Untung saja itu asam lemah.
Astaga, mengapa dia jadi begitu?, batin Yuna, telapaknya menutup mulut. Seokmin si sopan hingga cenderung penakut itu ... benarkah ketiadaan pengurus lama kelas mengubahnya?
Percakapan diakhiri dengan kesepakatan antara mereka berempat untuk tetap merahasiakan ini dari siswa-siswa kelas 3-E mana pun hingga menemukan waktu yang tepat buat bicara. Dari perbincangan itu, terungkap beberapa fakta yang penting untuk dicatat. Dawon dan Minnie dimasukkan dua hari setelah Yuna dan Jaehyun dikeluarkan. Seokmin dan Chaeyeon adalah pengurus kelas yang baru, tetapi mereka banyak membuat masalah di awal—yang mungkin bagi anggota 3-E lainnya tidak dianggap masalah. Mereka mengabaikan Dawon dan Minnie sama sekali, tidak mau mengundang dua siswi baru ke grup obrolan hingga Guru Jang menegur. Seokmin mengundang Dawon dan Minnie di bawah pengawasan Guru Jang. Tidak ada kekerasan verbal atau fisik yang diderita Dawon dan Minnie selain pengucilan itu. Mengutip pernyataan Dawon, 'kami rasa kami tidak benar-benar dikucilkan mengingat anggota lama kelas juga tidak saling berkomunikasi'.
Yuna menanti Dawon atau Minnie memberi lampu hijau untuk bicara dengan Seokmin. Dalam penantian ini, satu lagi pesan mengusik ia terima dari luar Seoul Global High.
Lee Gahyun
Yuna-eonni, boleh aku minta tolong?
---
guys jika kalian melihat spasi yg hilang, itu gara-gara watty yg suka sedeng. entahlah aku menyerah dengan error yg satu ini
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top