End to Start (3)

Sebelumnya: Telah disetujui, 3-E akan kembali ke vila musim panas keluarga Jung untuk foto buku kenangan! Seluruh anggota kelas menyambut antusias hal itu, tetapi Chaeyeon menyembunyikan sesuatu di balik keriangannya ....

*** 

Kim Mingyu

Kau baik-baik saja?

Bicaralah pada Jung Jaehyun kalau kau ketakutan.

Tak masalah menunda rencana ini.

Apa-apaan Mingyu? Ia termasuk yang paling antusias menyambut rencana Jaehyun, bahkan menawarkan untuk membawa kamera dan laptop agar bisa menyunting langsung foto-foto mereka! Bisa dibilang, Chaeyeon menyembunyikan perasaannya karena Mingyu juga.

Jung Chaeyeon

Aku baik-baik saja.

Berapa kali harus kuulang?

Kim Mingyu

Kau sering salah mengetik.

Apa tanganmu gemetaran?

Kalau ya, berarti kau takut, kan?

Tepat. Chaeyeon mencengkeram erat ponsel. Bahkan Jaehyun—yang baru menyatakan diri sebagai abangnya—dan Yuna serta Sujeong—yang ia klaim sebagai sahabat—melewatkan tanda yang Mingyu kenali. Namun, dalam ketidaktahuan orang-orang terdekatnya, Chaeyeon merasa aman; ia benci menampakkan kelemahan di depan orang lain. Tidak cukupkah bagi Mingyu membuka kotak kenangannya yang separuh hangus dulu, di mana foto-foto 'buruk'-nya sebelum operasi plastik tersimpan?

Jung Chaeyeon

Urus urusanmu sendiri!

Kim Mingyu

Jangan mengalihkan pembicaraan.

Hadapi masalahmu.

Jika kau panik atau gugup di vila, orang-orang akan tetap menunda acara berfotonya.

Kesal, Chaeyeon menekan kontak Mingyu, meneleponnya tanpa memedulikan jam berapa sekarang.

"Berhenti sok tahu, Kim Mingyu!" desis Chaeyeon pelan di bawah selimut, takut membangunkan seseorang. Masalahnya, tanggapan singkat Mingyu menggodanya untuk membuat kegaduhan.

"Tenanglah."

"Aku tenang sampai kau mulai bicara macam-macam! Ya, aku memang takut. Aku masih teringat kematian Eommoni meski sudah berdamai dengan Op—maksudku, Jaehyun," ujar Chaeyeon terengah-engah. "Tapi, kita cuma sehari saja di vila. Itu bukan masalah besar."

"Kalau memang ini tidak mengganggumu, kau pasti tidak bicara terbata-bata seperti sekarang."

Sial, dia benar lagi, gerutu Chaeyeon. "Apa maumu mengungkit-ungkit traumaku?"

"Sekadar memastikan bahwa trauma itu ada—dan ada orang lain yang mengetahuinya selainmu." Apa pentingnya? "Jadi, akan ada yang siap kalau-kalau topeng sempurnamu itu runtuh."

Chaeyeon memicing sebelum mengesah keras. Ia lantas rebah miring, masih di bawah selimut. Ingin menutup telepon, ia sebenarnya tahu Mingyu bermaksud melindunginya. Namun, apa yang Mingyu mengerti tentangnya?

"Ada yang mau kaukatakan lagi? Akan kututup—"

"Tunggu." Chaeyeon membenci betapa putus asa suaranya. "Memangnya apa yang bisa kaulakukan untukku?"

"Apa pun yang sekiranya tidak bisa kaulakukan sendiri."

Berarti dua: Mingyu juga tidak mengerti apa yang akan ia lakukan atau Mingyu siap melakukan apa pun yang Chaeyeon butuhkan.

"Kau tidak bisa menghilangkan bayang-bayang Eommoni dari rumah itu."

"Tapi aku bisa membantu menyamarkan kegugupanmu atau mengalihkan perhatian—selama kau dengan gamblang meminta tolong."

Meminta tolong. Kehadiran Jaehyun yang mengunggulinya di berbagai bidang membuat Chaeyeon mendorong dirinya sendiri tanpa batas. Meminta bantuan jelas bukan prioritas, tetapi berbagai peristiwa dengan Yuna meruntuhkan benteng itu sedikit-sedikit. Lucunya, berkat itu, sekarang Chaeyeon malah bergantung pada orang yang bukan Yuna.

"Aku sudah mendengar kisah Junhoe selama dua tahun ke belakang. Andai ia tidak memercayakan sebagian 'kewarasannya' pada Wang Yibo, dia tidak akan hidup selama ini." Keresak di seberang terdengar getir. "Aku melihat ketikanmu yang kacau dan jadi kepikiran. Aku tidak mau kau sekesepian Junhoe juga."

Kemarahan Chaeyeon teredam sedikit. Pintar juga Mingyu membawa-bawa kisah sahabatnya karena Chaeyeon mudah terbawa oleh hal-hal seperti itu. Ia memindah ponsel ke tangan lain, sementara tangan yang mulai panas menggenggam seprai dingin.

"Aku tidak berpengalaman dengan gadis sepertimu. Mantan-mantan pacarku sepertinya periang dan tumpul semuanya."

"Jangan mengejek mereka." Chaeyeon tersenyum ketika mengetahui ada orang-orang yang lebih 'dangkal' darinya—walaupun mengirikan keceriaan jajaran mantan Mingyu. Jung Eunbi tampaknya sesuai dengan gambaran Mingyu barusan; bagus jika ia bisa mengimbangi Yuna dan segala lukanya dari 3-E.

"Kukira malah kau yang terejek?" tanya Mingyu kaget, sejenak kemudian meralat ucapannya. "Dengar, pokoknya apa pun yang kaurasakan nanti, katakanlah. Kita akan cari jalan keluarnya bersama."

Sulit dipercaya. Setelah menjatuhkan Chaeyeon dengan membuatnya mengakui kelemahan, Mingyu mengulurkan tangan, meyakinkan Chaeyeon bahwa ia tidak benar-benar harus 'menyendiri' demi menyenangkan orang-orang kesayangannya. Dalam situasi tersudut, apa pun menjadi mungkin, termasuk bergantung pada salah satu orang yang sebenarnya ingin Chaeyeon hindari.

"Aku akan sangat merepotkanmu hari itu." Chaeyeon memaksakan sebuah tawa. "Kalau kau meninggalkanku sendiri, aku tak akan lagi memercayaimu sampai kapan pun."

"Itu tanggung jawab besar, tetapi akan kuusahakan yang terbaik. Silakan membenciku jika aku ingkar janji."

Mingyu pasti paham bahwa 3-E tidak akan sanggup membenci siapa pun (bahkan guru-guru) setelah Yuna memaafkan orang-orang yang paling tidak layak dimaafkan. Jadi, mana mungkin Chaeyeon bisa membenci Mingyu walaupun pemuda itu berdusta?

"Kau ketiduran, ya?"

"Tidak, aku hanya ... um ...." Chaeyeon menelan ludah. "Te-Terima kasih. Dan, selamat malam. Tutuplah teleponnya duluan."

Kekehan Mingyu terkesan tulus kali ini, mengangkat sudut-sudut bibir Chaeyeon yang letih dengan keriangan yang jujur. "Sama-sama. Sampai Minggu, baik-baiklah."

Ketika panggilan diakhiri, Chaeyeon membenahi posisi tidurnya. Disibaknya selimut di atas kepala, lalu menggelung badan dan mengecek log panggilan. Enam menit 32 detik? Itu waktu yang singkat untuk meluluhkan seorang Jung Chaeyeon. Sadarkah Mingyu ia baru saja mencetak rekor?

Usai memasang alarm untuk esok pagi, Chaeyeon pun terlelap dalam tidur tanpa mimpi, bentuk istirahat paling menyegarkan yang bisa diperolehnya.

***

[COMMERCIAL BREAK!

THIS WATTPAD USER HAS DEBUTED ON PRINT! Yap, 'THE BINDING BRIDE' yang memenangkan event Nobar MVT x Lumiere tahun lalu sudah OPEN PRE-ORDER (21-31 Mei 2021)! Yang suka dark fantasy, romance, atau latar Joseon Korea, cus!

A sneak peek: remake legenda wanita laba-laba Jepang--Jorogumo--yang digeser latar, dengan sentuhan tropes romansa CEO, tapi charanya pada pake hanbok, terus agak pedes dikit di tengah. One of a kind!

Pemesanan bisa dilakukan via WA di toko resmi Lumiere Publishing di Shopee atau Tokopedia. Selama PO, kamu bisa dapat mini norigae (Chinese knot) dan photo card couple SaeRyeon! Psst ... cuma untuk 18 tahun ke atas yeorobun! Detail buku dan pemesanan bisa dicek di link di profilku. Grab it fast!]

Oktober. Jalan menuju sekolah kehilangan warna merah jambunya. Pohon-pohon ceri yang merekah awal musim kini gundul, tetapi di balik gerbang sekolah, warna keemasan membanjir. Kemilau daun ginkgo menyilaukan Yuna, kontras dengan warna musim semi meski sama-sama membawa harapan baru. Warna demikian melatarbelakangi empat mantan siswa 3-E yang kebetulan bertemu Jumat kemarin di lapangan sekolah sebelum pulang.

Terpampang di layar gawai Yuna, dari kanan ke kiri adalah Jaehyun, Chaeyeon, Yuna, dan Seokmin. Mereka tampak ceria di antara guguran daun ginkgo. Foto yang Eunbi ambil memang masih perlu disunting sedikit agar layak cetak, tetapi buat Yuna yang cuma butuh mengabadikan memori, ini lebih dari cukup.

Yuna ingat berbalik menghadap lapangan sekolah sebelum meninggalkannya menuju mobil sang ibu yang menjemputnya. Saat itu, dadanya disesaki kesyukuran. Siswa-siswa 3-E angkatan sebelumnya pasti juga ingin menikmati pemandangan indah di luar kelas tanpa kejaran rasa takut, tetapi harapan sederhana mereka tak terwujud. Yuna, yang berhasil melalui masa tersulit bersama lima belas orang lainnya, jelas terberkati.

Minggu ini, pohon mapel di halaman vila Jung juga memancarkan kilap kejinggaan, satu yang lumayan merepotkan karena gugurannya lumayan banyak. Beberapa orang yang Tuan Jung datangkan untuk merawat vila sudah berumur, jadi beberapa siswa 3-E ikut membantu membersihkan halaman, termasuk Yuna yang kini tengah beristirahat di taman. Saat duduk-duduk itulah, Yuna iseng menggulir kamera ponselnya—yang menunjukkan sosoknya bersama Jaehyun, Seokmin, dan Chaeyeon di sekolah.

"Kelas ini sudah menciptakan ikatan-ikatan yang aneh."

Suara Mina berembus lembut bersama angin dingin. Seperti Yuna, gadis berambut sebahu itu juga barusan menyapu.

"Ikatan aneh bagaimana?"

Mina melirik kamera rol ponsel Yuna yang menunjukkan foto empat sekawan sedang melompat di tengah lapangan sekolah. "Kakak-beradik yang seakan tidak bisa akur, siswa dengan inferiority complex, dan," Mina menatap Yuna, "kau, yang paling normal sekaligus paling janggal di antara semuanya. Kalian berempat dalam situasi wajar tak akan terikat."

"Seperti kau dan Lisa yang mustahil jadi teman di luar 3-E?" goda Yuna. Mina yang jengah memalingkan muka. "Kelas ini memang aneh dari awal dan kita adalah angkatan teranehnya. Lagi pula, memangnya kau tidak suka kita semua menjadi teman?"

"Tadinya. Aku sempat mendengar soal kekacauan tim fisika, jadi begitu dinyatakan sekelas dengan mereka, rencanaku adalah seminimal mungkin berinteraksi dengan orang lain agar tak terlibat masalah. Ternyata, dengan level stres seperti itu, tetap menyendiri dapat sangat menghancurkan." Mina mendengus. "Apalagi, beberapa dari kalian sangat gemar mencampuri urusan orang."

"Dalam cara yang baik, kuharap," sambung Yuna. "Kalau kami—aku—terlalu banyak mencampuri urusanmu, maaf."

"Tidak, tidak perlu." Rona tipis menyebar di pipi Mina. "Aku ... tidak terlalu keberatan kalau kalian yang mengusikku."

Keluar lagi tsundere-nya, eh? batin Yuna geli.

"HEI!!! KUCARI-CARI, TERNYATA KALIAN DI SINI?! Cepat masuk, katanya mau dandan!"

Baik Yuna maupun Mina membelalak mendengar seruan Lisa. Tak lama kemudian, selagi Mina mendesah dan memutar bola mata, Yuna bangkit dari bangku dan berseru.

"Sebentar, keringatku belum kering!"

"Jangan gila," bisik Mina yang menyusul berdiri. "Bibirmu saja sudah butuh pelembap karena kena dingin. Ayo, masuk sekarang."

Perhatian sekali. Yuna bahkan tidak menyadarinya kalau Mina tidak mengatakan. Menurut, gadis yang mengenakan oversized sweater cokelat karamel itu pun 'digelandang' Mina menuju ruang tamu.

***

"Krim itu apa bedanya dengan yang tadi?"

Mingyu banyak bertanya sekali hari ini. Dia bisa saja ikut 'Piala Pimook' di ruang media—adu battle royale di ponsel—tetapi malah asyik memerhatikan gadis-gadis berdandan. Sebagai catatan, dia satu-satunya pemuda yang tampak antusias dengan mekap; anggota tim fisika lain dan siswa Tiongkok berpartisipasi dalam 'Piala Pimook', sedangkan Jaehyun dan Seokmin menyiapkan beberapa spot untuk berfoto di vila. Semua gadis ditahan Lisa di ruang tamu, termasuk Yiyang yang sudah berdandan duluan dan ingin ikut 'Piala Pimook'.

"Yang tadi foundation, dasar untuk mengubah muka jadi kanvas, sedangkan concealer untuk menghaluskan kanvas yang tidak rata." Lisa menggunakan terminologi yang kasar, padahal Yiyang sedang membubuhkan concealer di bakal jerawat Sujeong. Sang dara Bangkok rupanya lupa bahwa Sujeong mudah merasa bersalah atas apa pun, termasuk—

"Ma-Maaf, mukaku tidak rata ...."

"Lisa," tegur Yuna tanpa berpaling dari cermin. Ia sedang berjuang mengoreksi lip tint sesuai arahan Chaeyeon. Sial, ini lebih susah dari membuat mnemonik sejarah Joseon! Yuna menginginkan gradasi merah yang memucat di luar seperti milik sahabatnya, tetapi begitu sulit mengarahkan kuas lip product jika bukan untuk mengeblok bibir.

Sementara itu, Lisa menjadi panik setelah sadar kesalahannya.

"Wah, maaf! Su-Sujeong, wajahmu rata, kok—aduh, maksudku bukan 'rata' yang begitu—kita semua kan sama-sama puber, jadi pasti ada tonjolan kecil-kecil—KIM MINGYU, JANGAN CENGAR-CENGIR!"

Mina tertawa tertahan, menjauhkan pensil alis tepat waktu atau ia akan salah menggores. Yiyang ikut marah pada Mingyu, tetapi sambil tertawa ('jangan membuatku mengacaukan riasan Sujeong atau Sicheng akan melipatmu!'). Sujeong sendiri mesti mengulum bibirnya karena takut mengganggu Yiyang. Yuna juga geli, tetapi perhatiannya teralihkan pada Chaeyeon yang sedari tadi lebih banyak diam dan menghela napas.

"Chaeyeon-ie, ada apa?"

"Hm? 'Ada apa' apanya?" senyum Chaeyeon. "Ah, itu dia, Yuna! Jangan terlalu ke bawah mengoleskannya. Cukup di situ, lalu kamu ratakan ke arah tepian concealer-nya tipis-tipis."

Yuna mencoba tips Chaeyeon—yang kali ini berhasil dengan memuaskan. Ia pun mendesah lega sampai berbaring telentang di lantai. "Capek sekali berdandan. Pakai lip tint saja butuh dua menit!"

"Aku tidak akan pernah memahami perempuan," celetuk Mingyu jenaka, tetapi Yuna tidak melewatkan bagaimana ia mengerling pada Chaeyeon di penghujung kalimat. "Tinggal Sujeong saja, kan? Sebentar lagi, kita akan siap berfoto! Jung Chaeyeon, bagaimana kalau kau membantuku untuk persiapan terakhir?"

Chaeyeon mengangguk sebelum berpaling pada Yuna. "Kutinggal sebentar, ya. Pak Fotografer satu ini cerewet sekali soal latar."

Yuna menyilakan, diam-diam gembira karena Chaeyeon nyaman dengan makin banyak orang selain dirinya.

Akhirnya, semua gadis yang berhias telah siap, begitu pula dengan para fotografer (bahkan 'Piala Pimook' sudah ada yang memenangkan: Pimook sendiri). Kelas dibagi menjadi kelompok siswa dan siswi—dengan Jaehyun dan Mingyu berturut-turut sebagai fotografer kelompok. Selama itu, kekhawatiran Yuna—bahwa Chaeyeon mungkin akan mengalami 'serangan'—tidak terjadi. Gadis itu justru menyilaukan Yuna di depan kamera, sungguh berbeda dengan gadis yang mengurung diri beberapa minggu silam.

"Kamu sangat menggemaskan! Ternyata, kamu bisa berpose seperti itu juga!" Yuna iseng mencubit pipi Chaeyeon. Yang dicubit terkekeh salah tingkah.

"Kamu kira mengapa aku bisa menjadi model?" Chaeyeon menyombong, yang disahuti dengan 'o' panjang dari gadis-gadis. Minus Mina, tentunya, yang lebih memilih berkomentar langsung.

"Jangan bilang kita harus membayar untuk berfoto denganmu sekarang."

Yuna tersedak sebelum melingkarkan lengan sweter—yang menyembunyikan kedua telapak tangannya—ke tubuh Chaeyeon. "Sudah kubayar lunas pakai cintaku!"

Mina menutup mulut dengan tangan dan membuat bunyi tahak pelan di baliknya, memancing Lisa untuk terpingkal. "Jangan begitu, Mina! Kapan lagi lihat Yuna ber-aegyo?"

Kegelian Lisa pun menular ke sekitarnya, membuat Yuna meringis, sedikit menyesal. Aegyo-nya kadang keluar kalau sedang senang, tetapi malu sedikit lebih mending ketimbang tidak merasakan kenyamanan seperti ini selamanya. Yuna tidak serta-merta melepaskan tangannya dari Chaeyeon, jadi dia tahu sang model remaja sahabatnya barusan mengusap-usap lengannya sayang.

Foto para gadis selesai diambil ulang, kali ini berenam bersama Chaeyeon. Hasilnya memuaskan—dan hati Yuna menghangat ketika menemukan berbagai warna di wajah-wajah yang sebelumnya seakan selalu pucat. []

ga usah nangis gfriend bubar. berbahagialah krn kita (hopefully) akan semakin banyak mendapat konten yolo dan yusical--if you got what i mean. pas banget timingnya, dua bab lagi (kali ini beneran, tinggal 4200 an kata yg siap utk diupload) 'rough' juga ikutan tamat.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top