End to Start (1)

Sebelumnya: Satu demi satu, anggota 3-E telah memperbaiki hubungan dengan satu sama lain, juga menjalin ikatan-ikatan baru yang kadang tak terduga. Namun, bagaimana hasil akhir evaluasi bulanan mereka?

***

Berada di 3-C tidak seburuk perkiraan Yuna. Mulanya malu-malu, murid-murid 3-C jadi sering 'memanfaatkannya' untuk menjadi tutor sebaya. Selain Eunbi, teman sekelasnya masih rikuh mau mengobrol di luar itu, tetapi tidak masalah; setidaknya, Yuna tidak lagi dimusuhi. Anggap saja menjadi tutor sebaya adalah penebusan kesalahannya karena 'merebut' jatah guru 3-C untuk 3-E.

Murid-murid 3-E jarang bertemu langsung, tetapi grup obrolan mereka sangat aktif. Kalau bertemu langsung pun, mereka masih bertegur sapa dengan hangat. Dari beberapa pertemuan itu, Yuna tahu bahwa Sujeong semakin akrab dengan Chaeyeon, tim fisika telah kembali rekat, dan Lisa lebih sering melompat ke kelas D untuk mencari Mina daripada Pimook sekarang. Sama seperti Yuna, Jaehyun dan Seokmin sering didapuk menjadi tutor sebaya pula; mereka bertiga kadang bertukar pikiran soal mnemonik yang akan membantu hafalan dan pemahaman.

Semuanya berjalan baik, tetapi Yuna terlanjur terbiasa mengantisipasi badai. Tidak biasanya pengumuman evaluasi bulanan selambat ini. Bagaimana hasil mereka? Bagaimana taruhan Junhoe? Apakah lima belas orang dari 3-E dapat 'bersama' untuk terakhir kalinya di papan pengumuman nilai?

Seminggu berlalu. Siang itu, Yuna mengajari Eunbi elektromagnetisme. Ketika sedang membahas rumus Coulomb, tiba-tiba ponselnya menampakkan notifikasi-notifikasi dalam jendela baru. Yuna tidak akan mengecek andai notifikasi itu dari grup 3-E—paling-paling Pimook dan Lisa perang stiker lagi. Namun, ketika melirik layar gawainya, ternyata itu berasal dari jendela obrolan pribadi.

Jung Jaehyun

<Mengirim foto>

Lee Seokmin

<Stiker>

Jung Chaeyeon

Perjuangan kita tidak sia-sia, syukurlah!!!

... dan pesan-pesan lain berderet yang mendesirkan darah Yuna sampai jendela obrolannya tertumpuk. Tanpa melihat itu semua, Yuna buru-buru meraih kruknya.

"Una-ya, aku harus keluar sebentar."

"Mau ke mana—"

"Hasil evaluasi bulanan sudah keluar!!!" Belum selesai Eunbi bertanya, seseorang dari kelasnya sudah berteriak di muka pintu. Yuna dan Eunbi jelas termasuk yang antusias. Ya, bahkan si mungil berambut bob yang tak lagi peduli soal nilainya itu masih memedulikan nilai Yuna.

"Ayo, cek bersama!" Eunbi berujar riang. "Kalau aku, sih, yakin Yuna juara satu!"

"Tolong jangan membebaniku begitu," celetuk Yuna sambil meringis. Sungguh tak apa-apa andai Yuna menjadi yang terakhir—selama itu masih lima belas besar sehingga Junhoe dapat bertahan di Seoul Global High.

Tertatih Yuna menghampiri papan pengumuman yang ramai dikerumuni para siswa kelas tiga sepanjang koridor. Astaga, sudah berapa lama Yuna tidak berjejalan di kerumunan demi tahu skornya? Lingkungan 3-E sangat sepi; pengumuman yang ditempel di papan nilai maksimal hanya akan dikerubuti lima belas siswa. Bagaimana Yuna akan melihat pengumuman sekarang?

Ponsel. Fail foto yang dikirim Jaehyun pasti potret hasil evaluasi bulanan—atau lima belas besarnya saja, mungkin. Namun, melihat dari sana tidak menimbulkan ketegangan yang dicari Yuna, jadi ia mesti tetap menyisipi kerumunan.

Beberapa siswa di belakang kerumunan melihat Yuna dan—anehnya—langsung membuka jalan. Sebagian mereka menutul yang depan, lalu yang depan menyibak kerumunan. Bersama Eunbi, Yuna pun berjalan melewati para siswa itu. Meski lega karena tidak perlu minta jalan, Yuna tak dapat melewatkan intensnya perhatian orang-orang. Ada apa?

"Yuna!" Oh, itu Seokmin. Jaehyun menyebelahinya. Wajah mereka riang sekali, tetapi Seokmin-lah yang paling berbinar-binar ketika Yuna berhasil memasuki kerumunan. "Selamat, ya!"

"Se-Selamat apa?"

Eunbi tahu-tahu memekik sambil menunjuk-nunjuk ke puncak papan pengumuman. "Lihat itu, Uju-ya!!! Astaga, temanku memang selalu keren!"

Yuna mendongak, tidak buang waktu langsung menyusuri daftar lima belas besar. Seketika jantungnya berdebar sangat kencang, pipinya dingin, dan napasnya memburu. Ia turutkan daftar itu dengan saksama, dari peringkat satu hingga lima belas, dua, tiga, empat kali.

Titik-titik gelap mendadak menghitamkan lapang visi Yuna. Benarkah yang dia lihat ini?

"Yuna?" Suara Jaehyun yang sebenarnya dekat terdengar jauh sekarang. "Yuna!!!"

Setelah itu, Yuna tak dapat mengingat apa pun, kecuali satu ...

***

Hasil Evaluasi Akhir Tingkat 3 Seoul Global High

September 2015

1. Choi Yuna

2. Jung Jaehyun

3. Lee Seokmin

4. Jung Chaeyeon

5. Kim Mingyu

6. Goo Junhoe

7. Wang Yibo

8. Xu Yiyang

9. Jeon Jungkook

10. Kunpimook Bhuwakul

11. Lalisa Manoban

12. Myoui Mina

13. Dong Sicheng

14. Ryu Sujeong

15. Xu Minghao

***

... bahwa bukan cuma Junhoe bertahan di Seoul Global High, daftar peringkat itu persis sama dengan posisi 3-E pada awal pertemuan. Kelas lama Yuna telah diakhiri sesuai caranya dimulai—dan bagi Yuna, tidak ada yang lebih memuaskan.

***

"Goo Junhoe!!!"

Yuna tak pingsan lama, tetapi ia terbangun dengan dramatis di klinik sekolah hingga orang-orang di sana tersentak. Lihat saja bagaimana ia terduduk di ranjang sembari terengah-engah memegangi dada. Gemuruh di balik iganya luar biasa, bahkan setelah 'beristirahat' sebentar.

"Uju-ya, tenang—wah!" Eunbi yang baru mengusap tangan Yuna langsung menarik tangannya kembali. "Tanganmu lembap sekali! Perawat Min—"

Eunbi segera memberi jalan perawat sekolah untuk mengajak Yuna melakukan relaksasi. Setelah beberapa tarikan napas dalam, barulah ia dapat bersandar kalem di tumpukan bantal tinggi yang kawan-kawannya siapkan. Matanya menatap kosong awang-awang.

"Apa yang kamu rasakan sekarang?" tanya Perawat Min.

"Berdebar-debar, tetapi tidak separah tadi." Yuna lalu menoleh ke kanan, di mana Seokmin dan Jaehyun duduk. Mereka berdua tersenyum. "Ya, sudah mendingan."

"Mengapa kamu berdebar-debar? Kamu tahu apa pemicunya?"

"Papan pengumuman." Yuna kembali menatap sang perawat. "Saya rasa saya cuma terlalu senang. Maaf sudah merepotkan, Perawat Min."

Bukannya jengkel, perawat sekolah justru tampak iba. Dia tentu tahu apa yang dialami siswa-siswa 3-E sehingga bisa pingsan hanya karena pengumuman peringkat.

"Jangan terlalu keras pada dirimu sendiri, Choi Yuna. Istirahatlah."

Perawat Min lantas mengatakan pada Jaehyun, Seokmin, dan Eunbi bahwa Yuna kemungkinan hanya histeris—pingsan karena perasaan berlebihan lumrah saja, apalagi jika perut kosong. Oleh karena itu, Eunbi lekas pergi untuk mengambilkan kotak bekal Yuna di kelas. Tinggallah Yuna dengan Seokmin dan Jaehyun. Tirai pembatas ranjang dibiarkan terbuka karena Perawat Min ingin kliniknya 'tetap aman'—meskipun ada seorang gadis yang didampingi dua pemuda di dalamnya.

"Apa maksudnya 'tetap aman'?" gerutu Seokmin jenaka sambil memandangi perawat yang sedang mengisi buku register. "Kita bukannya mau meledakkan tempat ini."

Lelucon gelap yang tak terduga. Karenanya, Yuna dan Jaehyun sempat saling menatap sebelum tertawa bersama, mengesampingkan peristiwa ledakan di atap sekolah untuk betul-betul menertawakan keluguan Seokmin. Pada umur ini, siapa yang tidak paham maksud Perawat Min soal 'keamanan'?

"Oh, ya, perlu kupanggilkan Junhoe?" canda Jaehyun, memerahkan wajah Yuna. "Aku iri kau memanggilnya duluan setelah bangun, bukannya Jung Eunbi atau kami."

"Habisnya, dia langsung muncul di pikiranku begitu nama kita ada di peringkat tertinggi. Kuharap ayahnya memenuhi janji waktu itu. Lagi pula," Yuna melirihkan suaranya, "apakah ... dia sudah mau bicara denganmu?"

Lesung pipi Jaehyun tercetak. Ia teringat percakapannya dengan Junhoe beberapa hari lalu, suatu sore sebelum pulang sekolah di depan 3-A.

"Kau masih minta maaf? Kupikir dengan insiden Choi Yuna, kita semua otomatis berbaikan?"

Komentar yang nyeleneh dan awalnya ambigu ini begitu ringan Junhoe ucapkan. Debar kekhawatiran yang sampai mendenyutkan kepala Jaehyun kontan menghilang ketika Junhoe mengulurkan tangan, tersenyum, dan meminta maaf balik. Beruntung sekolah sepi, maka dengan latar belakang sore yang hangat, mereka saling berpeluk dan menepuk punggung.

"Kami masih belum bisa seakrab saat SMP, tetapi sekarang lebih baik dari sebelumnya," jawab Jaehyun pada akhirnya. "Kalau bukan karenamu, kami tidak akan bisa sembuh seperti ini."

Yuna menggeleng di atas bantalnya. "Menyalahkan atau memaafkan, itu keinginan kalian sendiri."

"Kamu boleh, kok, menyombong. Walaupun ini hati kami, kamu memengaruhinya lumayan besar." Bahkan kacamata tak sanggup membendung lelehan pujian dari tatapan Seokmin. "Terima kasih, Yuna, selalu."

"Uh—i, iya." Dengan pipi makin merona, Yuna menanggapi Seokmin. "Terima kasih juga untuk menemukanku hari itu."

"Mengapa serius sekali? Aku tidak mengganggu, kan?"

Kepala berambut bob Eunbi meneleng lucu. Gadis itu tahu-tahu muncul di ujung lain ranjang dengan membawa kotak bekal. Kehadirannya membuat Yuna dan para pemuda salah tingkah.

"Tidak sama sekali. Justru kami yang sepertinya akan mengganggu." Jaehyun menggamit lengan Seokmin. "Ini waktu gadis-gadis, Seokmin-ah. Ayo kita pergi."

"Apanya yang waktu gadis-gadis? Kalian tidak mengganggu sama sekali," lantas Yuna tertawa, "tapi kalau lapar, pergilah makan biar tidak pingsan!"

"Kau itu yang harus makan banyak." Seokmin membalikkan perintah. "Sampai nanti, Yuna!"

"Oh ya, Jaehyun-ah, kamu masih berutang menjelaskan jalan pintas trigonometri padaku!" teriak Yuna sebelum pemuda itu menghilang di ambang pintu. Usai melihat Jaehyun mengacungkan jempol, ia berpaling pada Eunbi—yang ternganga dengan kotak bekal terbuka. Kotak bekal Yuna sendiri sudah diletakkan di pangkuan pemiliknya.

"Mengapa mukamu begitu, Una-ya?!"

"Siswa 3-E kalau mengobrol dengan sesamanya selalu seperti itu?" balas Eunbi. "Membicarakan pelajaran terus."

"Sebenarnya tidak 'terus' juga. Kami terbiasa terikat target evaluasi bulanan, jadi kadang tidak sengaja mengobrolkan banyak pelajaran," jawab Yuna, lalu menyumpit kimbab. "Una-ya, jangan pasang muka jelek begitu!"

"Siapa yang pasang muka jelek?! Aku sedang mengasihanimu!" Urung bersantap, Eunbi bangkit dari kursi di sebelah ranjang dan mendekap Yuna. "Orang sekejam apa yang tega mengurungmu sampai tidak sempat memperbincangkan topik di luar pelajaran?! Kau pasti tidak pernah menonton drama selama di sana! Oh, temanku yang malang!"

Tapi, aku masih bisa menonton 'School 2015' di awal, diam-diam Yuna membatin, teringat waktunya bersama Chaeyeon dulu. Selain itu, setelah insiden ledakan, galeri fotonya di ponsel juga penuh dengan swafoto bersama gadis-gadis di vila Jung. Memang sayang karena semuanya selalu berlima—

Tunggu.

Kimbab kedua Yuna menggantung sejenak sebelum disuapkan ke mulut. Kalau dipikir-pikir, ia cuma punya foto kenangan yang bagus dengan keempat gadis, tetapi tidak dengan Chaeyeon—sahabat terdekatnya dari 3-E. Tidak juga dengan Jaehyun, Seokmin, dan siswa-siswa lainnya, padahal 3-E yang berumur singkat telah menjalani begitu banyak hal bersama-sama. Sistemnya boleh bubar; bagaimana dengan kenangan tentangnya?

Baru senang karena 3-E 'berakhir sempurna' dengan lima belas, Yuna kembali murung.

Bolehkah aku meminta kami berkumpul sekali lagi?

***

Jadwal longgar di 3-B membuat Seokmin dapat kembali mengisi slot-slot kerja sambilan yang dulu ditinggalkannya walau tidak semua. Hanya beberapa yang ia ambil kembali; karena selain harus menyediakan cukup waktu untuk belajar, Seokmin juga harus membantu ibunya dan kontrol rutin untuk kejangnya. Ia tak ingin kelelahan lagi sampai serangan seperti di vila, lagi pula Chan juga kadang menggantikannya untuk membantu ibu mereka.

"Hyeong, kau sudah sampai? Oh, syukurlah, aku takut kena marah Pak Yeon," ujar Seokmin pada salah seorang pegawai minimarket melalui telepon. Mereka bersepakat bertukar shift sore ini.

"Jangan-jangan, kau tukar jadwal buat menemui gadis es krim itu, ya?"

Seokmin mendesis; yang 'hyeong'-nya maksud adalah Yuna. "Sudah kubilang bukan! Aku mau pergi sama teman laki-laki."

"Oh, teman laki-laki ...."

"Tolong jangan mengayun-ayun nadamu seperti itu, Hyeong!"

Baru mau berdebat, sebuah notifikasi pesan masuk ke ponsel Seokmin. Bagus. "Sudah dulu, ya, Hyeong, temanku mau telepon! Selamat bekerja!"

Tombol merah ditekan. Seokmin lekas-lekas membuka aplikasi pesan pendek.

Jung Jaehyun

Sudah siap?

Boleh kutelpon?

Tanpa membalas, dengan semringah Seokmin mengetuk kontak Jaehyun untuk menghubunginya. Tangan kirinya memegang ponsel, sementara yang kanan merogoh dompet dari dalam tas sekolah. Selangkah lagi dan ia akan siap pergi.

"Halo, Jaehyun—"

Seokmin terpaku ketika menemukan gaung suaranya dari belakang, dekat sekali. Ia cepat menoleh ke pintu kamar yang seingatnya tadi masih tertutup rapat. Rupanya, di sana sudah ada celah sedikit, dari mana Jaehyun melongok sambil tersenyum jahil. Telinga pemuda berkulit cerah itu ditempeli ponsel. Seokmin terjengkang ke kasur.

"Astaga! Gahyeon!"

"Apa, sih?" Pintu kamar pun dibuka lebar dari luar. Adik perempuan Seokmin—satu lagi orang yang masih di rumah sore itu selain sang kakak—memasang muka tengilnya di sebelah Jaehyun. "Jaehyun-oppa minta masuk, masa kularang? Jahat sekali."

"Rumah kita kacau, malu dilihat orang!" Seokmin menutup panggilan dan mendorong dua orang tadi balik ke ruang tamu. "Berapa kali harus kuulang? Jangan bawa temanmu, teman Chan, atau temanku masuk lebih jauh dari ruang tamu!"

"Tidak sekacau itu, kok." Jaehyun bukan berbasa-basi. Walaupun sempit, Seokmin menata barang-barangnya dengan baik sehingga kamarnya tampak longgar. "Chaeyeon saja menumpuk baju kotor di kamar."

"Aku tidak mau dengar kau menjelek-jelekkan adik perempuanmu."

"Padahal kau sendiri barusan membentak adik perempuanmu." Gahyeon cemberut.

"Paling seru bertengkar dengan saudara, memang," kekeh Jaehyun—yang baru akhir-akhir ini kembali merasakan pertengkaran sehat dengan saudara. "Sudah, sudah. Ayo, baikan."

"Jangan luluh sama anak macam dia." Seokmin memperingatkan Jaehyun, membuat Gahyeon meleletkan lidah. "Baik-baik di rumah. Masak nasi, Eomma biasanya bawa sup sisa dari warung."

"Belikan ramyeon cup—"

"Mana uangnya?"

"Kau yang belikan, dong, Oppa! Kan kau yang kerja!"

"Nanti aku belikan." Jaehyun menengahi. Gahyeon langsung memuji-mujinya sambil menjelek-jelekkan Seokmin. "Kami pergi dulu, ya." []


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top