Bitter Chunks (3)

Sebelumnya: Terungkap dari album foto lama Jaehyun bahwa Junhoe, pada satu titik, sempat bersahabat dengan Jaehyun. Yuna masih belum memahami apa yang sebenarnya terjadi pada dua orang itu di masa lalu, tetapi Mingyu, suatu pagi di kolam renang, merenungkan hal yang Yuna tidak ketahui ini ....

***

"Munafik. Jung Jaehyun adalah pembohong besar."

"Ya, sampai sekarang pun segala tentangnya masih kedengaran dibuat-buat. Kalau aku, sih, lebih baik dinilai jelek ketimbang berbuat tidak seperti diriku."

Meraih pinggiran kolam renang dengan sebelah tangan, Mingyu yang teringat sepenggal dialog itu menenggelamkan seluruh bagian kepalanya selama dua detik. Ia berharap rasa malunya dapat luntur dibawa air berkaporit. Lucu bagaimana persahabatan di kelompok fisika dahulu begitu membara; yang lain tidak bermakna, bahkan dapat berubah menjadi musuh bila menentang ideologi mereka. Hal-hal yang dulu tampak abadi mungkin akan jadi bahan tertawaan orang lain sekarang, termasuk Mingyu sendiri.

Mengapa Mingyu muncul lagi di atas permukaan kolam sebelum kehabisan napas, itu kenangannya tidak bisa begitu saja dilarutkan air kolam. Malah sebaliknya, merendam kepala seperti tadi melemparkannya pada libur musim panas pertama di SMA.

"Kalian menipuku!"

"Tidak, kami juga ikut mencelupkan kepala dalam air, tapi kami tidak kuat, jadi mengangkat kepala duluan!"

"Pimook, kau ular, aku tidak memercayaimu!"

"Tapi, dia—pft—benar, kok."

"Jeon Jungkook, kau!"

"Ah, jusnya sudah jadi! Siapa yang sampai terakhir ke seberang tidak boleh minum!"

"Sialan, Kim Yugyeom! Ya, lepaskan aku, Junhoe!"

"Sisakan satu jus jeruk untukku sebagai imbalanku menahannya di sini!"

Padahal hanya satu orang yang telah pergi dari dunia ini dan satu orang yang dikeluarkan dari lingkaran. Mengapa ikatan mereka tidak terasa sama lagi?

"Ya ampun, sudah lama sekali aku tidak berenang." Pimook yang barusan mencapai tepian kolam mengatur napas. Jungkook mengikutinya dalam diam seperti berang-berang. "Gila. Tidak sampai setahun kita dikurung di 3-E, tetapi energiku jadi lebih cepat terkuras cuma karena aktivitas ringan! Bagaimana kau masih bisa secepat itu, Gyu?"

"Hah? O," Mingyu menyibakkan anak-anak rambutnya yang basah ke belakang; pikirannya mendadak berkabut, "entahlah. Mungkin jiwaku ada di air."

"O-ho, bagus juga. 'Jiwaku ada di air'," kelakar Pimook dengan suara diberat-beratkan dan muka diserius-seriuskan. Yang ditiru menjegal si peniru di dalam air, tetapi tahanan dalam kolam membuat Pimook dapat menghindari kaki Mingyu. "Hari ini kau aneh. Pasang muka tegang, lebih banyak diam. Kalau mau buang air besar, tidak usah ditahan-tahan."

"Tentu saja. Aku akan buang air besar di sini kalau kau mau," ujar Mingyu kesal dan Pimook bergidik jijik.

Jungkook akhirnya menyusul kawan-kawannya dan memutar tubuh. Berbeda dengan Mingyu, dia normalnya diam walaupun belakangan mulai ikut merusuh—mencari album foto Jaehyun, mengobrak-abrik koleksi buku komik si tuan rumah, mencuri lauk sebelum dihidangkan—tanpa suara. Ia boleh terlihat baik, tetapi luka dalam hati siapa tahu? Hingga kini, Mingyu masih kesulitan menebak isi kepala bocah itu. Hanya satu orang yang selalu tepat membaca Jungkook, sosok yang menghantui mantan anggota tim fisika ... yang tanpanya, tim tidak akan pernah rekat.

Apakah Jungkook masih sering mengingat Yugyeom?

"Aigoo, jangan menatap Jungkook semesra itu, Mingyu-ya. Dia memang mirip Eunbi, tetapi bukan berarti bisa menggantikannya."

"Sumpah, aku ingin melontarkanmu dengan meriam!"

Pimook malah tergelak mendengar ancaman itu.

"Ya, balapan, yuk!" tawarnya kemudian. "Yang sampai pertama di ujung sana boleh menyuruh-nyuruh yang kalah selama seharian."

Mingyu memutar bola matanya. "Kau selalu menjalani hukuman yang kautentukan sendiri sebelum kita balapan renang."

"Kau takut, ya?" Pimook memainkan alis. Segera Mingyu membuka mulut, tetapi Jungkook mendahuluinya bicara.

"Ayo, balapan."

"Tuh, kan? Jungkook sudah mau!" Lengan kurus Pimook tersampir ringan ke bahu Jungkook. "Mengalahkannya terlalu mudah buatku, jadi kau harus ikut!"

"Aish, kau benar-benar berisik, Pimook! Aku—"

Hampir ikut serta, Mingyu urung bicara sebab ujung penglihatannya menangkap dua figur tinggi dari arah dapur. Pimook yang penasaran mengikuti arah pandang sahabatnya.

Junhoe sejenak berhenti melangkah begitu tahu trio fisika telah lebih dulu menguasai kolam renang. Yibo, sayangnya, terlanjur meletakkan buku-bukunya di meja yang ternaung, sepuluh ubin dari tepi kolam. Sikap acuh tak acuhnya ketika mulai belajar seakan mengatakan 'apa kau tidak jadi berenang cuma karena orang-orang ini?' pada Junhoe—seakan siap mencemooh si kepala api sebagai pecundang jika melangkah balik ke rumah. Akhirnya, Junhoe menanggalkan kaos merah polosnya, melemparkannya ke kursi di samping Yibo untuk menunjukkan betapa muaknya dia dengan tantangan tersirat pemuda Tiongkok itu, dan masuk ke air.

Pada permainan kejujuran lalu, Mina mendapat nama Junhoe di stripnya. Gadis itu memanfaatkan tajam lidahnya untuk memojokkan Junhoe habis-habisan, tetapi datarnya jawaban Junhoe atas pertanyaan-pertanyaan sensitif itu mengacaukan Mingyu.

"Apa benar kau membunuh Kim Yugyeom siswa kelas 1-D?"

"Tidak."

"Lalu apa yang sebenarnya terjadi waktu itu?"

"Kim Yugyeom datang menolongku saat aku berkelahi dengan anak-anak kelas dua, tetapi dia berakhir dikeroyok dan aku tidak dapat menolongnya balik, jadi dia mati."

"Kau kelihatannya tidak terganggu sama sekali dengan fakta ini. Beberapa orang di ruangan ini jelas menganggap kau adalah penjahat dalam kasus kematian Kim Yugyeom."

"Terganggu dengan hal yang sudah lewat cuma buang-buang energiku. Kim Yugyeom dan semua yang berhubungan dengannya toh tidak akan kembali jika aku menyimpan dendam."

"Jadi, kau memilih mengabaikan mereka semua?"

"Tidak. Aku hanya membatasi pikiranku mengenai mereka supaya tidak sampai kecanduan penenang lagi."

Daripada api kebenciannya yang biasa, Junhoe—selepas putus obat—justru lebih mirip bilik kosong. Mungkin ada masanya ia benar-benar bergantung pada penenang atau pil apa pun yang dulu Mingyu buang di toilet sekolah, tetapi sekarang, ia sudah tidak membutuhkannya sebab gejolak itu sudah dipadamkan. Goo Junhoe bukan 'si kepala api' yang Mingyu kenal lagi sejak keluar dari rumah sakit. Mestinya, itu bagus. Mingyu selama ini berusaha menghindarkan Junhoe dari perbuatan yang bisa membahayakannya (walaupun caranya kasar sekali), termasuk menghilangkan kunci jawaban dan membuang pil-pil pemicu ketergantungan itu. Sekarang, Junhoe sama sekali berlepas dari hal-hal tersebut, jadi Mingyu tak usah repot-repot lagi.

Namun, perasaan Mingyu terus berubah. Dulu, ia marah saat menemukan Junhoe bergeming dekat jenazah Yugyeom dan jadi memusuhi Junhoe seperti Jungkook. Sekarang pun, bila mengingat itu, dendamnya masih bangkit. Figur Junhoe dari kejauhan saja sudah membakarnya, tetapi ada satu sisi dirinya yang ingin membuang dendam itu dan mengucapkan maaf; toh selama ini mereka sama-sama menderita karenanya. Kembali lagi, gagasan tersebut disangkal oleh belahan otak satunya, yang akan mengatainya bodoh jika sampai berusaha memperbaiki hubungan dengan 'pembunuh Yugyeom'.

"Apa itu berarti kau akan berbaikan dengan Goo Junhoe ketika liburan musim panas berakhir?"

Pertanyaan Chaeyeon terdengar seperti tantangan yang mesti Mingyu terima bila tidak mau kehilangan harga diri. Ia sudah berjanji bakal menunjuki Chaeyeon cara 'memulai ulang' semata agar gadis itu berhenti tertekan akibat memendam kebencian pada semua orang. Dia lupa bahwa dia juga tertekan dengan kebenciannya pada Junhoe (yang makin ke sini makin dipaksakan), tetapi kalimat yang sudah terlontar tidak bisa ditarik kembali, bukan?

"Ya, Junhoe!!! Ayo, kita balapan!!!"

Sesuai dugaan Mingyu, Jungkook keluar dari kolam begitu Junhoe masuk, sayangnya Pimook dengan impulsif justru mengajak Junhoe terlibat dalam adu cepat yang harusnya hanya untuk bertiga. Mingyu mendelik pada si mulut besar yang tanpa basa-basi menghela Jungkook kembali ke air. Tidak berefek; Pimook sangat ahli dalam mengabaikan ancaman, termasuk pelototan Mingyu.

Junhoe tidak berhenti mengayunkan tangannya dalam air hingga sampai di sisi kolam yang sama dengan Mingyu, Jungkook, dan Pimook. Ia berdiri di sisi kolam tanpa mengatakan apa pun. Apakah itu berarti dia mengiyakan ajakan Pimook? Mingyu lebih suka Junhoe yang meluncurkan berbagai kosa kata kasar untuk menjawab pertanyaan sederhana ketimbang yang diam seribu bahasa.

Jungkook berusaha keluar lagi dari air, tetapi Pimook menahannya selagi berucap riang.

"Wah, sepertinya Junhoe setuju untuk ikut! Jungkook-ah, kau kan tadi juga ingin balapan. Berempat lebih seru!"

"Sialan." Jungkook mengumpat. Ia beralih pada Pimook. "Apa hadiah untuk yang menang masih sama?"

"Yap! Yang menang boleh menyuruh-nyuruh yang kalah selama seharian."

Jungkook menatap sengit Junhoe sebelum mengambil posisi di antara Pimook dan Mingyu.

"Nah, begitu, dong! Kalian akhirnya mau ikut semua. Aku merasa sangat terhormat perenang kita yang tak terkalahkan sejak kelas satu, Goo Junhoe, mau berpartisipasi di turnamen kecil-kecilan ini! Kita tidak boleh sampai kalah darinya!"

Apa kau lupa bahwa Junhoe selalu kalah cepat dari Yugyeom dalam hal ini?, heran Mingyu, penasaran apakah Pimook memang tak ingat atau sengaja mengubah fakta.

"Para perenang bersiap!" Pimook mengambil ancang-ancang sekaligus memberi aba-aba. "Satu, dua, ti—"

Mingyu tidak menunggu Pimook selesai untuk menarik napas dalam. Sedetik kemudian, telinganya tersumpal oleh air, tak lagi mendengar keciap burung-burung yang melintas di langit maupun dengung suara siswa 3-E lain dari dalam rumah. Ia tidak memikirkan apa-apa selain menempuh jarak dua belas meter secepat mungkin. Detik-detik awal, kepala Mingyu benar-benar kosong, tetapi di pertengahan jalur, ketika ia mengangkat kepala untuk meraup oksigen sebanyaknya dan sesingkatnya, ia merasa mendengar tawa cempreng dari ujung yang ditujunya.

"Dasar kalian semua lambat!"

Suara itu bukan milik Pimook, Jungkook, apalagi Junhoe. Rasanya mengerikan saat keempat perenang berlomba hanya untuk dikalahkan perenang kelima—yang tawa kemenangannya bergema dari dua tahun silam.

Kau sudah mati, Yugyeom-a. Kau sudah tidak ada di sini bersama kami!

Kehilangan tempo, Mingyu jadi lebih cepat menghabiskan napasnya dan melambat setelah tiga perempat jalan. Paru-parunya yang menyimpan udara seakan jadi menyimpan duri yang membuatnya tersedak satu kali. Dalam pandangannya yang kabur, ia melihat sisi lain kolam tinggal kurang dari sepuluh ubin lagi, jadi tangannya ia ulurkan ke depan, meraih garis finis sebelum mengangkat kepala dari air dan terbatuk-batuk. Pimook sampai dua detik setelahnya, Junhoe rapat di belakang.

Jungkook sudah duduk di tepi kolam sebelum Mingyu tiba.

"Whoa, si mungil ini ternyata malah sampai duluan!" kagum Pimook. "Jeon Jungkook, kau pemenangnya! Di luar ekspektasi, atlet tercepat kita Goo Junhoe, kalah setengah detik dari keripik Bangkok ini! Waktunya hukuman!"

Mingyu tidak tahu mengapa jantungnya berdebar resah gara-gara kalimat Pimook itu. Harusnya Pimook paham jika Jungkook diberi kesempatan untuk 'menghukum' Junhoe, ia bisa tidak berhenti sampai pemuda Goo itu meregang nyawa. Segera Mingyu keluar dari air, membarengi ketiga kawannya dalam antisipasi yang mengaduk perut.

"Kemari."

Junhoe mengernyit tak senang atas nada arogan Jungkook itu, tetapi ia cukup konsekuen untuk melangkah ke tegel yang Jungkook tunjuk dengan dagu. Dari sudut mata, Mingyu melihat Yibo menutup buku dan berdiri meski tidak berpindah dari depan kursinya. Seperti pemuda Wang itu, Mingyu juga merasakan dorongan yang kuat untuk mendekati Jungkook dan Junhoe hingga tanpa sadar maju selangkah.

"'Menyuruh yang kalah selama seharian', ya? Aku punya ide yang lebih bagus."

Telapak Jungkook terkepal di sisi tubuhnya. Bukan pertanda baik.

"Cuma ada satu keinginanku yang belum terwujud."

Jungkook mengangkat bogemnya.

"Untuk Yugyeom, akan kubunuh Goo Junhoe suatu saat nanti. Pasti!"

"Jung—"

***

Satu kepala terpuntir. Satu wajah menjadi lebam. Tinju Jungkook telah melayang, tetapi bukan Junhoe yang terhantam.

Pimook menarik Jungkook mundur, sementara Yibo menarik Junhoe.

"Jangan menghalangiku!" Jungkook meronta seperti orang kesetanan. "Mingyu-ya, apa kau baru saja melindunginya? Orang itu telah menghabisi nyawa teman kita!"

Benar. Yugyeom meninggal karena melindungi Junhoe. Tidak adanya Yugyeom secara otomatis menyebabkan segala mimpi klub fisika hancur sebelum satu usaha pun dilakukan untuk mewujudkannya. Junhoe pantas dihancurkan sebagaimana ia menghancurkan persahabatan mereka ...

... tapi Mingyu ternyata tidak menginginkan itu. Setelah dua tahun berdebat dengan diri sendiri, di tepi kolam renang Jaehyun ini, ia baru akan mengakui perasaannya sendiri.

"Cukup." Mingyu menatap Jungkook lurus-lurus,tak menghiraukan denyut nyeri di wajahnya. "Kita tidak bergerak ke mana-mana dengan bersikap seperti sekarang. Menurutmu, apakah Yugyeom akan senang kita melakukan ini? Apakah kau senang melakukan ini terus-terusan—atau malah semakin terluka karenanya?"

"MINGGIR, KIM MINGYU!!!"

Semakin Jungkook beringas, semakin tampaklah bahwa ia sesungguhnya membenarkan ucapan Mingyu, tetapi kebenaran kadang tidak sejalan dengan nafsu—dan di antaranya, Jungkook terobek.

"GOO JUNHOE, KAU PEMBUNUH!!! SELAMANYA, KAU ADALAH SEORANG PEMBUNUH!!!"

"Aku tahu."

Mingyu terkesiap ketika Junhoe angkat suara, untuk pertama kalinya, dengan begitu dingin dan tatapan yang tidak teralih sama sekali.

"Aku memang pembunuh, tetapi dengan berniat membunuhku, kau jadi tidak lebih baik dariku, bukan, Jeon Jungkook?"

***

"Lagi, huh?"

Di antara suara para pemuda, bekunya nada seorang dara terdengar begitu kontras. Semua orang berpaling pada sosok ramping di ambang pintu kaca yang tengah bersedekap dengan raut masam. Mata sang gadis terarah lurus pada Jungkook.

"Choi Yuna," gumam Yibo, yang lebih dulu menguasai diri. Diraihnya tangan Mingyu sebagai isyarat agar pemuda itu masuk, sementara tangan satunya menarik Junhoe. "Kim Mingyu terluka. Apa kita punya obat?"

"Eung. Masuk saja, keringkan dulu tubuh kalian."

Selagi Mingyu, Junhoe, dan Yibo berjalan masuk, Yuna melawan arah, mendekati tegel yang tersiram cahaya matahari. Pimook pasang badan di depan Jungkook yang gemetar.

"Choi Yuna, tenang." Kedua telapak tangan Pimook terangkat defensif. "Aku yang memulai kekacauan ini, jadi—"

"Aku tidak peduli siapa yang memulai." Yuna menggeser Pimook ke samping, dengan nyali besar melawan manik Jungkook yang tak fokus. "Kupikir aku adalah orang terakhir yang akan kausakiti secara fisik gara-gara Yugyeom. Mau berapa lama lagi kau melampiaskan emosimu sembarangan begini, Jungkook-ah?" []

---

setelah mabok winyang sekarang aku mabok weishenv dan nct 7dream like WAE KAMCAGI 7DREAM HNG mark udh lulus juga -.- jaehyuna anyeong for eternity, liana tidak lagi mengenalimu sebagai ultimate bias ~ oh ya, ada yg bikin mabok lagi

jidat mbak ujuy

nih kukasih gede biar enak

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top