Special Chapter: Various Colors
Earphone tak lepas dari telinganya, suara musik mengalahkan kencangnya kendaraan yang terus berlalu lintas. Masker ia pakai sebagai penghalang dari debu-debu yang mengikuti arah angin. Beberapa kali matanya dia tutup, menjaga agar matanya tak perih karena debu. Kota padat dengan polusi udara di mana-mana sudah menjadi makanan sehari-hari gadis itu, membuatnya mau tak mau harus terbiasa.
Matanya mengedar, mencari warung nasi Padang untuk mengganjal perutnya yang lapar sejak tadi. Ketika telah menemukan tempat yang dituju Rin segera melangkah ke sana. Mengambil piring yang telah di sediakan lalu memilih kalio ayam sebagai lauk. Memilih tempat duduk yang sepi kemudian duduk di sana.
Rin makan dengan santai, kadang juga memainkan handphone-nya untuk sekedar menurunkan volume dan mengganti lagu. Matanya melihat ke arah pintu warung, mendapati seorang gadis berumur sepuluh tahun sedang berjalan menggunakan kayu, pupil mata berwarna putih ke abu-abuan membuat Rin tahu kalau ia buta.
Gadis berumur 10 tahun itu melihat ke sana-sini, beberapa kali pula mengedipkan mata. Orang-orang yang sedang makan di warung terlihat tak begitu peduli, ada rasa iba di mata mereka pada gadis berumur 10 tahun. Namun, tidak ada satupun yang mau untuk membantu. Mungkin karena badan gadis itu yang kotor dan pakaian robek membuat mereka untuk sekedar melihat saja merasa jijik. Rin melepas earphone dari telinganya, lalu ia taruh ke dalam kantong beserta handphone-nya.
Rin bangkit dari duduknya, lalu berjalan ke arah gadis itu, "Lapar?"
Gadis itu refleks melihat ke arah sumber suara, "Iya."
"Ingin makan? Biar kakak yang bayar." Sebenarnya Rin juga bukan tipe orang yang akan langsung peduli pada orang lain, tapi apa yang ia lakukan sekarang cukup bisa menghilangkan rasa bosannya. Hari ini ia tidak ada rencana apapun, terutama untuk menikmati tahun baru.
"T–tapi—"
Ucapan gadis itu Rin potong, "Tidak apa-apa. Lagipula ini tidak akan merepotkanku sama sekali."
Ia ingin menolak, tapi elusan pada kepala yang diberikan Rin membuat dirinya ragu.
Kayu yang gadis itu bawa Rin ambil, lalu disandarkan tak jauh dari pintu. Kemudian melangkah ke tempat nasi dan lauk di sediakan. Gadis itu hanya celingak-celinguk, tak tahu Rin sedang berada dimana. Mengambil piring dan mengisinya dengan nasi yang menurutnya cukup untuk perut sang gadis kecil, lalu di isinya juga lauk kalio ayam, sama seperti yang dia makan tadi.
Menarik tangan gadis itu yang sejak tadi hanya diam, membuatnya harus mengikuti langkah Rin. Rin mendekatkan tubuh gadis itu pada bangku, membiarkan dia tahu dimana letak yang harus ia duduki. Gadis itu bergerak perlahan untuk duduk.
"Siapa namamu?" tanya Rin sembari mengambil sendok yang tersedia pada meja.
"Lina." Rin hanya mengangguk lalu mulai menyuapi gadis itu dengan suara 'aa' sebagai kode agar Lina membuka mulut.
❅❆❅
Setelah lelah berkeliling menemani Lina, Rin memutuskan untuk mengajak gadis itu ke rumahnya. Sekaligus menuruti permintaan sederhana dari Lina.
"Aku ingin melihat kembang api, kata ibu, kembang api itu warna-warni."
Rin hanya tersenyum menanggapi perkataan bernada riang dari Lina. Gadis itu segera saja menelpon Zen untuk membelikan kembang api, pemuda yang pada dasarnya cuek dan penurut itu langsung saja menuruti permintaan Rin.
Berjalan ke arah halaman belakang, mendapati Zen yang sepertinya sudah menunggu sejak tadi. Rin melepaskan genggaman tangannya pada lengan Lina, sebenarnya sejak tadi gadis itu cukup risih dengan denyutan nadi Lina yang cukup cepat. Anggap saja ini sekaligus untuk mengabulkan permintaan sederhana sang gadis.
Dua menit lagi tahun akan berganti, Rin menggerakkan bahu sang gadis kecil agar menghadap ke arah kembang api akan meluncur, lalu menutup telinganya. Lina hanya diam saat Rin menutup telinganya.
"Tidak akan ada yang khawatir denganmu, 'kan?"
"Tidak, orang tuaku sudah ... pulang."
Rin tersenyum, lalu menutup pelan matanya. Angin menerpa helai rambut, membiarkan poni belah tengahnya terbang mengikuti arah angin.
"Sekarang, pejamkan matamu lalu bayangkan beragam warna muncul saat kembang api mulai meluncur. Dan ... semoga tenang."
Gadis berumur 20 tahunan itu membuka matanya, lalu memberi kode pada Zen untuk segera menyalakan kembang api.
Kembang api mulai meluncurkan, seperti di sihir sesuatu Lina dapat melihat beragam warna yang ingin ia lihat, tidak ada kembang api pada matanya. Semua yang dia alami bukanlah sihir ataupun sulap, gadis itu benar-benar melihatnya.
Dadanya terasa nyeri, padahal saat ini ia tidak sedang merasakan sakit hati. Kepalanya seakan begitu ringan padahal ada beberapa pohon dan bunga berada di halaman belakang, tak mungkin gadis itu akan kekurangan oksigen. Jantungnya berdenyut cepat tapi bukan karena rasa bahagia yang menyeruak karena melihat beragam warna. Napasnya begitu cepat membuatnya dadanya kembang-kempis tak beraturan.
Rin melepaskan tangannya dari telinga Lina, membiarkan gadis itu terduduk pada tanah dengan sendirinya. Gadis dengan rambut sepanjang bahu tanpa poni itu terus batuk kering. Matanya mengeluarkan cairan bening, menangis dalam diam. Lina mendongak, pupil berwarna putih ke abu-abuannya mendapati dua tangan berbeda seakan sedang menyambutnya.
Lina menyambut sambutan kedua tangan tersebut. Tapi ... itu hanya halusinasi sang gadis. Kenyataannya, sekarang ia sudah terbaring di atas tanah.
"Dia kenapa?" tanya Zen, pemuda itu sejak tadi memang tak tahu apapun.
"Sejak beberapa waktu lalu denyut nadinya cukup cepat untuk ukuran anak seusianya. Kemungkinan ... Emboli paru¹."
Zen hanya mengangguk lalu mendekati Lina, mengangkat tubuhnya. Lalu melangkah pergi ke halaman depan. Pemuda itu tahu, pasti Rin akan membawa Lina ke rumah sakit, kejadian seperti bukan pertama kalinya terjadi.
Gadis itu menggaruk lehernya, lalu menatap ke atas langit. Menikmati semilir angin yang mulai menerpa kulitnya. Bertanya pada diri sendiri kenapa bisa melakukan hal seperti sekarang. Padahal dirinya sendiri sering men-cap bahwa ia bukanlah gadis dengan empati besar.
Menghembuskan napasnya pelan, setidaknya Rin tahu bahwa yang dia lakukan sekarang adalah sikap baik. Seperti yang telah diajarkan.
–fin–
Emboli paru adalah kondisi dimana satu atau lebih arteri pada paru-paru menjadi terhalang oleh gumpalan darah. Sering kali juga, emboli paru disebebkan oleh pembekuan darah yang berasal pada dari kaki atau bagian lain tubuh.
Tanda-tanda:
1. Nyeri pada dada saat bernapas.
2. Kepala ringan / oksigen dalam tubuh rendah.
3. Denyut jantung cepat (palpitasi)
4. Napas cepat / napas pendek.
5. Batuk kering.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top