Story 1 [REVISI]

Seorang pemuda berambut hitam yang tertutup tudung jaketnya yang berwarna putih. Sedang berjalan dengan santai melewati kerumunan masyarakat yang sedang berlalu lalang melakukan aktivitas mereka. Ia semakin menurunkan tudungnya ketika melihat semakin banyak orang yang bermunculan. "Kenapa juga Ibu memintaku pergi berbelanja?" tanyanya sedikit kesal. "Hirato!"

Terdengar suara yang sangat familiar baginya memanggil dari arah belakang. Pemuda itu membalikkan badannya dan menatap pemuda yang tak lain adalah sahabat masa kecilnya yang selalu menemaninya. "Kau lama, Yuta," ucap Hirato kesal saat sahabatnya itu sudah berada di hadapannya dengan berusaha mengatur napas. "Ma-maaf," ucapnya menyesal. "Sudahlah, ayo. Hari ini kau akan membantuku berbelanja bahan makanan yang di minta Ibuku," ucap Hirato dingin. "Baik!" teriak Yuta semangat.

Yuta dan Hirato pun berjalan melewati setiap pedagang untuk mencari bahan yang mereka butuhkan. "Ngomong-ngomong, Hirato," panggil Yuta tanpa menatap ke lawan bicaranya dan hanya menatap kedepan. "Kenapa warna matamu kau sembunyikan?" tanya Yuta. "Apa kau lupa warna mataku itu apa?" tanya Hirato dingin lalu mereka berhenti di salah satu pedagang sayuran.

"Silakan tuan sayurannya," sapa sang penjual ramah. "Saya mau beli ini, ini, ini, dan ini," ucap Yuta mengambil dan menyerahkan sayur-sayuran kepada penjual itu. "Baik tuan, sebentar akan saya bungkus," ucap pedagang itu. "Aku tahu warna matamu itu apa, tapi kau tidak harus menyembunyikannya kan?" tanya Yuta. "Apa kau bodoh? Tentu saja aku harus menyembunyikannya. Kau tahukan, jika ada orang lain yang tahu warna mataku, mereka bisa berpikir aku salah satu kaum Iblis," bisik Hirato kesal.

"Itu tidaklah benar, Hirato tetaplah Hirato, meskipun warna matamu seperti itu dan kau memang dari kaum iblis, kau tidak mungkin menjadi seperti mereka, benarkan?" ucap Yuta sambil menatap Hirato lalu tersenyum ceria. Membuat Hirato terdiam melirik sahabatnya itu. "Ini tuan, semuanya jadi seratus lima puluh perak," ucap penjual itu lalu menyerahkan pesanan Yuta sambil menerima uang yang Yuta berikan. "Terima kasih, silakan datang kembali," ucap penjual itu sambil tersenyum ramah lalu Yuta dan Hirato berjalan meninggalkan pedagang itu.

Di dunia ini, adalah dunia yang semacam sihir, kutukan masih berlaku. Di dunia ini juga masih menjalankan sistem kerajaan, dan masih banyak Ras yang berbeda. Seperti ras Elf, ras iblis, ras manusia, dan masih banyak lagi. Sedangkan uang yang ada di sini menggunakan mata uang yang cukup unik, ada tiga macam. Yang paling rendah adalah perak. Gold, satu gold sama dengan seribu perak, dan yang paling tinggi adalah Euro. Satu Euro sama dengan satu juta gold.

Kota yang saat ini Yuta dan Hirato tinggali bersama orang tua mereka adalah kota Greenland, kota yang cukup damai dan termasuk salah satu kota kecil di kerajaan Vinezella. "Yuta, apa sudah semua?" tanya Hirato dingin. "Coba aku lihat," ucap Yuta lalu memeriksa barang belanjaan mereka. "Ah, ada satu barang lagi yang harus kita beli, ayo," ucap Yuta lalu menarik tangan Hirato. "Oy!" teriak Hirato kesal. Namun tidak di indahkan oleh Yuta. Membuatnya membiarkan Yuta menariknya.

~~~

"Ini, di mana?" tanya Hirato heran menatap toko di depannya. "Sudah jangan banyak tanya, ayo kita masuk saja," ucap Yuta lalu menarik Hirato masuk. "Selamat datang," sambut pegawai kasir toko. Ternyata toko kecil itu adalah toko yang menjual berbagai macam senjata dan perlengkapan lainnya. "Kenapa kita ke sini?" tanya Hirato bingung.

"Hirato, kau kan suka pedang. Jadi silakan pilih pedang mana saja yang kau mau, akan aku belikan," ucap Yuta ceria. "Yuta, aku tahu kau anak orang kaya, tapi kenapa kau mau membelikan aku pedang?" tanya Hirato bingung. "Sudahlah, pilih saja," ucap Yuta ceria.

"Baiklah," ucap Hirato pasrah. Setelah itu ia berjalan mengelilingi setiap rak senjata dan melihat setiap senjata dengan teliti. Sedangkan Yuta sedang asik berbicara dengan pegawai toko. Aku masih bingung, kenapa dia tiba-tiba memintaku memilih pedang? Batin Hirato lalu melirik kearah kasir, yang ternyata Yuta sudah tidak ada di sana. "Bagaimana, Hirato. Apa kau sudah menemukan yang kau suka?" tanya Yuta yang tiba-tiba muncul di samping Hirato sambil tersenyum ceria. Membuat Hirato terkejut. "Kau ini jangan mengejutkanku!" ucap Hirato kesal. "Ahahaha ... Maaf maaf, jadi bagaimana?" tanya Yuta.

"Aku masih belum menemukan yang pas, bagaimana dengamu. Apa kau tidak beli?" ucap Hirato sambil meneliti setiap pedang di hadapannya. "Yup, aku akan mengambil panah ini," ucap Yuta ceria lalu menunjukkan panah berwarna biru muda kepada Hirato. "Eh, panah yang bagus juga," ucap Hirato. "Benarkan, aku tahu kau pasti akan berkata begitu," ucap Yuta ceria.

"Tapi aku masih belum menemukan yang cocok..." ucap Hirato sambil mengedarkan pandangannya di lorong pedang itu, lalu tiba-tiba pandangannya berhenti di sepasang pedang yang ada di rak teratas. "Aku menemukannya," ucap Hirato. "Yang mana?" tanya Yuta antusias. "Itu, ada di rak paling atas," ucap Hirato sambil menunjuk sepasang pedang berwarna putih dan hitam. "Permisi, bisa tolong ambilkan pedang di bagian rak teratas!" teriak Yuta kepada penjaga toko.

"Baik, sebentar!" teriak penjaga toko itu lalu berjalan meninggalkan kasir dan mengambilkan pesanan Hirato. "Silakan," ucap penjaga toko itu sambil menyerahkan sepasang pedang itu kepada Hirato. "Pilihan Anda sangat tepat, pedang ini adalah pedang paling sempurna yang kami buat dengan bahan aluminium dan sedikit pecahan batu sihir hitam dan putih," jelas penjaga toko itu senang. "Kalau begitu kami ambil ini dan ini, bisa sekalian isikan sihir yang bisa menyatu dengan sihir kami?" tanya Yuta ceria.

Membuat Hirato langsung menatapnya terkejut. "Apa kau yakin? Pedang ini pasti harganya sangat mahal, dan jika di tambah dengan sihir, harganya pasti akan lebih mahal lagi," tanya Hirato terkejut.

"Tentu saja aku sangat yakin," ucap Yuta. "Tolong ya tuan," ucap Yuta sambil menyerahkan senjatanya lalu Yuta memberikan isyarat kepada Hirato untuk menyerahkan pedangnya. Mau tidak mau Hirato menyerahkan kedua pedang di tangannya kepada penjaga toko itu, lalu mereka berjalan mengikuti penjaga toko itu menuju ruang khusus pengisian sihir.

"Baiklah, pertama Anda tuan, saya akan memeriksa jenis sihir Anda terlebih dahulu sebelum mengisinya ke busur panah Anda," ucap penjual toko itu. "Baik," ucap Yuta santai Penjaga toko itu mulai menggunakan sihirnya untuk mengetahui jenis sihir Yuta. Setelah selesai, ia langsung menuliskan mantra sihir di busur panah itu menggunakan sihir yang ia ambil sebagian dari Yuta, untuk menyatukan senjatanya dan sang pemilik baru.

"Baiklah, selesai, Anda bisa menggunakannya dengan mudah, dan busur panah ini tidak akan mudah di sentu oleh orang lain yang tidak Anda perbolehkan untuk menyentuhnya," jelas penjaga toko itu sambil menyerahkan busur panah yang sudah berubah dengan tambahan lambang sihir. Sekarang giliran bagi Hirato untuk di periksa dan mengisi sihir pada kedua pedangnya.

***

"Terima kasih, silakan datang kembali," ucap penjaga toko itu ramah ketika Yuta dan Hirato keluar dari tokonya. "Yuta, aku masih tidak mengerti. Untuk apa kau memberikan aku pedang ini, aku masih punya pedang di rumah?" tanya Hirato bingung. "Mungkin lebih baik aku mengatakannya kepadamu," ucap Yuta sambil tersenyum sedih.

Yuta langsung menghentikan langkahnya lalu menatap Hirato tajam. Hirato yang mendapatkan tatapan itu menjadi bingung. "Ada apa?" tanya Hirato bingung. "Akan aku katakan langsung. Hirato, aku akan pindah, dan pedang itu adalah hadiah sebagai tanda ucapan maafku dan ucapan selamat tinggal dariku." Ucapan Yuta sukses membuat Hirato membulatkan mata sempurna. "Kenapa?" tanya Hirato bingung sekaligus terkejut mendengar ucapan Yuta.

"Karena, orang tuaku harus pindah ke Ibukota," jelas Yuta tajam. Hirato langsung menundukkan kepalanya dalam diam. Yuta tidak bisa mengetahui ekpresi apa yang ditunjukkan Hirato saat ini karena tertutup poni rambutnya dan tudung jaketnya. "Dulu aku pikir hidupku tidak akan berarti dan akan selalu tidak di pedulikan, tapi setelah kau mengulurkan tanganmu untukku, aku mulai menghilangkan kegelapan yang selama ini menutupiku..." ucap Hirato yang masih menundukkan kepalanya dengan nada suara yang sedikit bergetar.

Yuta hanya diam menatap sahabatnya dalam diam. Ia menunggu sahabatnya melanjutkan ucapannya. "... Namun, ternyata aku salah. Kegelapan tidak akan pernah jauh dari hidupku, semenjak aku terlahir dengan mata ini. Baiklah, jika kau ingin pergi, silakan. Aku tidak akan melarangmu, terima kasih untuk pedangnya dan terima kasih telah menemaniku berbelanja, sampai jumpa Mashiro Yuta, aku harap kita tidak akan bertemu kembali," ucap Hirato dingin. Sangat dingin.

Setelah itu, ia mengambil pesanan Ibunya dari tangan Yuta dengan tatapan tajam dan dingin, lalu ia berjalan meninggalkan Yuta yang membulatkan mata sempurna. Setelah mendengar ucapan Yuta. "Aku akan selalu dalam kegelapan abadi, karena mataku. Mata yang terkutuk."

Bersambung...

Semoga kalian suka

Ditunggu vote dan commentnya, thanks.

See you again

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top