The Truth, 3
Usai mengobrol dengan Rodrick, Sylus menyusuri lorong-lorong temaram menuju kamar Ramona. Sangkar emas yang membuat gadis itu macam burung mungil yang rapuh, matanya berbinar acap kali melihat kemewahan di sekelilingnya. Sylus sudah biasa ditatap penuh puja dan ketakutan oleh orang-orang, tetapi Ramona berbeda.
Berbeda, sebab gadis itu pembohong luar biasa. Sylus ingin melihat trik apalagi yang Ramona keluarkan setelah ini.
Ia mengetuk pintu, menanti persetujuan sang gadis, dan membukanya. Tampak Ramona sedang menyisir rambut di ranjang. Aroma selepas mandi memenuhi ruangan.
Sylus bersandar pada ambang pintu dengan tangan terlipat. "Karena kau jadi buronan, jangan bepergian tanpa seizinku." Itu peraturan yang mudah. Mudah untuk ditaati, dan mudah juga untuk dilanggar. Namun, mudah pula bagi Sylus untuk menangkap Ramona dan memberinya pelajaran.
"Baik."
Sang pria mengangkat dagu. Ujung bibirnya berkedut geli. "Dan hentikan suplai bunga bulan untuk Montez dan Dox, Sayang. Mengerti? Mulai saat ini, seluruh bunga bulan adalah milikmu."
Kedua mata Ramona membulat. "Milik ... milikku? Bukan kamu?"
Sylus menggeleng pelan. "Hakmu penuh atas bunga-bunga bulan yang kautumbuhkan. Aku hanya ingin menawarkan kerja sama. Kau mengolah Debu Perak jenis baru khusus untuk kaum kita, dan aku akan memberi sponsor seutuhnya. Bagaimana?"
Ramona sudah cukup kelabakan kala diberitahu bahwa bunga-bunga bulan itu sepenuhnya adalah miliknya. Macam budak yang diberitahu bahwa ia bebas mengambil daging yang disembelihnya sebanyak yang diinginkan, tidak lagi dijatah oleh masternya. Mendengar bahwa Sylus menawarkan sponsor, gadis itu terlihat mau pingsan.
Di saat-saat seperti ini, Sylus nyaris bimbang apakah Ramona memang tulus dengan reaksinya dan masa lalu berdarah itu bukanlah hal nyata, atau sang gadis cuma berpura-pura.
"Rodrick ... apakah dia benar bekerja untukmu?"
Sylus tidak menyangka dengan pertanyaan tiba-tiba tersebut. "Ya, mengapa?"
"Bisakah aku mengobrol dengannya?"
Sang pria mengangkat alis. "Aku sedang menugaskannya untuk mengunjungi Dox. Melenyapkan bunga-bunga bulan yang disimpan olehnya."
"Lebih bagus lagi." Ramona beranjak dengan ekspresi kukuh. "Agar dia tidak susah payah mencari, kuberitahu sekalian di mana semua tempatnya. Dan, ada sesuatu yang ingin kubicarakan dengan Rodrick."
Ramona tidak mengerti mengapa Rodrick terlihat cukup berbeda dari terakhir kali mereka bertemu. Masih teringat perihnya luka cambukan Mami Montez kala ia berlutut di depan Rodrick. Mengapa sekarang pria itu yang terlihat ingin cepat-cepat pergi dari hadapannya?
Ramona tidak menyalahkan. Mahakarya sulur-sulur mawarnya semalam pasti membuat manusia itu waswas. Sorot matanya tajam tiap bertatapan dengan Ramona, sebelum si pria mengalihkan pandangan.
"Gudang-gudang penyimpanan bunga bulan ada di lantai teratas Cunning Cats," kata sang gadis. "Tepatnya di bawah atap kaca, karena butuh sinar bulan agar tetap tumbuh dengan baik. Apa kau perlu informasi soal perangkap keamanan?"
"Pengawal kembar Bos sudah mengurusnya," jawab Rodrick. "Aku akan lewat jendela di kamar enam, tepatnya jendela yang dekat dengan partisi."
"Itu memang opsi paling bagus. Apalagi kalau kalian berhasil mendapat jadwal tamu kamar enam," balas Ramona, "tapi ada cara yang lebih aman, dan kusarankan kamu mengambil ini."
Rodrick menoleh kepada Sylus yang duduk di sofa seberang, mendengarkan dalam diam sambil menyesap anggur lambat-lambat. Sylus menggoyang gelasnya ringan, tanda mempersilakan.
"Beritahu kami rencanamu, Sayang."
"Kally." Seketika menyebut nama itu, Ramona menyadari perubahan samar pada ekspresi Rodrick. Rupanya sang pria masih mengingat Gadis Kucing yang menemani kunjungan pertamanya di rumah bordil. "Ia sebenarnya tidak berpihak kepada Mami Montez; dia adalah satu-satunya temanku di sana. Dia mendambakan kebebasan yang sama denganku, dan bersedia untuk melakukan apapun."
Sylus mengangkat alis. Untuk pertama kalinya, sang kaisar turut berkomentar. "Kamu menyarankan agar kami memanfaatkan orang tambahan yang, sepertinya, adalah kepercayaanmu?"
Ramona menatap Sylus dengan bibir dimanyunkan. "Kau tahu orang akan melakukan apapun untuk sedikit kebebasan di sini, Sylus." Ada secuil pengakuan rasa lemah di suaranya, dan Ramona malu-malu soal itu. Bukankah ia melakukan hal yang sama?
Daripada penjara Montez, lebih baik ia memilih istana Sylus sebagai sangkar barunya. Tingkah gadis itu membuat Sylus terhibur, tetapi Rodrick menatapnya sangsi.
Ramona berdeham dan melanjutkan, "Kally juga diperlakukan agak tidak adil oleh Gadis-gadis Kucing lain, jadi sering dibebani tugas untuk menjadi kurir Debu Perak ke tamu-tamu khusus. Kau hanya perlu cari tahu kepada tamu siapa ia mesti temui minggu ini. Yakinkan Kally, maka dia bisa membawamu keluar masuk gudang. Biasanya dia ditemani preman berbeda setiap kali, dan saking banyaknya preman Dox, mereka banyak yang tidak saling mengenal satu sama lain."
"Maksudmu, kau menyarankan Rodrick menyamar jadi preman Dox." Sylus menelengkan kepala. "Kau bisa melakukannya, Rod?"
"Semestinya tidak sulit bagiku." Rodrick mendesis. Sebenarnya ia terlihat enggan untuk melakukan itu, tetapi pertanyaan Sylus mesti dijawabnya demikian jika tidak mau terlihat lemah di depan Ramona. Dan, itu berarti, justru menyetujui rencananya pula.
Sial.
"Bagus." Sylus tersenyum.
Rodrick mengangguk. Tak ingin berlama-lama di sana, ia pamit. Dengan wajah muram, ia melangkah lebar keluar ruangan.
Sylus menoleh ke arah sudut gelap di belakangnya. Luke dan Kieran, pengawal setia Sylus, keluar dari bayang-bayang bagai memadat dari kegelapan.
"Pastikan semuanya aman."
"Beres, Bos."
Ramona mulai terbiasa dengan kejutan-kejutan kecil ini. Ia mengembuskan napas sembari menyaksikan pemuda kembar itu meninggalkan ruangan. Langkah mereka ringan seperti tanpa beban, atau mereka memang tidak takut pada apapun di dunia ini selain Sylus.
"Mulai menunjukkan taringmu, Sayang?" Kekehan Sylus mengalihkan perhatiannya. "Mengumpankan teman begitu gampang ... kau tidak senaif itu untuk memercayakan kawanmu pada kami, kan?"
Bahu Ramona menegang. Ia ingin menyangkal, tetapi kata-katanya luruh di tenggorokan. Cara Sylus menatap seolah menelanjangi kebenaran dari lapis-lapis kemeja kedodoran yang dikenakannya.
"Kemari."
Ramona menurut. Ia menghampiri Sylus dan ditarik untuk duduk di pangkuannya. Jari-jari kokoh sang pria melingkar di pinggangnya.
"Aku tahu apa yang kau lakukan dulu, Ramona, enam tahun lalu. Tiga ratusan orang, hm?"
Sederas darah mengaliri nadinya dengan dingin, segesit Ramona yang hampir melompat dari pangkuan sang pria, secepat itu pula Sylus meremas pinggulnya agar Ramona tak bisa pergi. Ia mengerang merasakan kuku-kuku Sylus menancap dari balik pakaiannya.
"Sylus, aku—"
"Ssh. Aku hanya ingin mengobrol."
Jemari Sylus naik, menelusup ke balik kemeja Ramona, mengusapkan dengan ringan sepanjang punggung bawahnya. Gadis itu bergidik.
"Tidak mengherankan," bisik Sylus di telinganya—begitu dekat, macam geraman singa yang akan mencaplokmu dalam satu detik. Kabur hanya akan menyemangati sang pria untuk menyantapmu lekas-lekas. "Semestinya aku curiga ada seorang Elemental yang begitu kuat sampai-sampai Kota Malam diranggas bunga-bunga bulan sejak kepergianku—sejak kedatanganmu."
Sylus berbisik kian dekat di telinga Ramona hingga terasa embusan hangatnya. "Begitu cerdas, Sayang. Membiarkan diri diperbudak pecandu kokain dan kekasihnya, demi memperlancar rencana rahasiamu untuk menjangkit kota-ku dengan Elemenmu? Kaukira aku tidak tahu? Aku tahu."
Ramona meremas jarinya. "Aku bersumpah tidak ...."
"Tidak menyangkal?" Sylus tertawa pelan. Ia masih mengusap-usap kulit telanjang Ramona dengan ujung jarinya. "Kita tahu efek bunga bulan. Membunuh dan menguatkan sekaligus. Memanfaatkan Kota Malam yang tak pernah siang, menyiram bunga-bunga dengan sinar bulan 24 jam setiap hari ... kau sedang membunuh para manusia perlahan-lahan tanpa mengeluarkan sulur-sulurmu lagi, kan?"
Gadis itu ingin sekali melecutkan diri dari pangkuan kematian, melompat dari jendela kalau bisa, dan melupakan ini semua. Namun cengkeraman Sylus yang mengerat membuatnya meringis.
"Gadis licik."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top