10
Wyvern adalah penggambaran sempurna untuk kekuatan. Cakar, taring, dan ekor berduri mereka dapat merobek daging dari tulang. Rahang mereka dapat menghancurkan tengkorak mamalia terbesar di darat, dan sisik mereka sekeras berlian. Tapi mereka menjadi lembut dan setia untuk pasangan dan anak-anak mereka.
—Creatures of the Grishold Lands, oleh Novak Marynn
Cara Kapten Moringan bergerak selalu mengingatkan aku pada kucing hutan, anggun dan waspada. Dan dia mendekatiku seolah aku lawan yang sepadan bukannya mangsa yang lemah. Aku tidak tahu kenapa dia begitu curiga padaku, apakah karena aku putri pemberontak atau karena dia sudah melihat aku menebas dengan pedang, yang mana pun itu aku jengkel dengan tuduhannya kali ini. Dia berdiri hanya beberapa kaki dariku, aku bisa menarik belati dan menerjang ke arahnya untuk mencungkil keluar bola matanya yang menuduhku, tapi aku menahan diri. Berdiri dengan bangga di kakiku dan mengangkat tinggi daguku, menolak untuk merasa tidak nyaman atau terintimidasi oleh intensitasnya. Bibirnya terbuka untuk mengatakan sesuatu tapi aku memotongnya lebih dulu.
"Simpan saja kecurigaanmu di kepalamu, Kapten. Aku tidak membunuhnya, aku berada di The Radiant hampir sepanjang waktu bersamamu, dan motif apa yang aku miliki untuk menginginkan kematiannya?" Aku puas begitu dia menutup mulut dengan kalah, dia sadar aku benar. "Apakah kau menemukan sesuatu untuk petunjuk?"
"Tidak ada kecuali aku cukup yakin pembunuhnya adalah ahli pedang yang baik, melihat bagaimana luka potong yang begitu halus dalam satu kali tebasan." Dia terdiam sesaat, tenggelam ke dalam kengerian pikirannya sendiri. "Dan jantungnya hilang."
"Hilang?" Aku bertanya dengan suara hampa.
Jantung yang hilang. Banyak cerita kuno tentang makhluk-makhluk jahat yang tinggal di balik bayang-bayang, makhluk yang memakan organ manusia. Makhluk-makhluk yang namanya tidak bisa diucapkan oleh lidah fana. Ras setan musuh para Dewa. Itu hanya cerita tapi kemudian hantu juga hanya cerita hingga aku bertemu satu. Bagaimana kalau cerita-cerita itu benar, aku juga telah melihat sihir, dan bagaimana dengan kekuatanku sendiri, bukankah itu bukti bahwa ada lebih banyak kebenaran di dalam kisah-kisah pengantar tidur yang diceritakan dengan suara yang berbisik di dekat nyala api perapian? Mungkin wraith dan wight, mayat hidup yang berjalan di antara dunia orang mati dan hidup itu nyata, mungkin ghoul yang bersembunyi di bayang-bayang menunggu untuk merobek isi perut manusia itu benar-benar ada. Mungkin Shade, Raja Setan juga nyata. Dan bagaimana jika makhluk-makhluk itu yang membunuh Yeva?
"Yah itu hilang," ucap Kapten menarikku dari pikiran kusutku. "Aku hanya pernah melihat pembunuhan semacam ini satu kali sebelumnya."
"Maksudmu ini pernah terjadi sebelumnya? Apakah pelakunya tertangkap?"
Dia kembali melihat ke bercak darah yang masih tersisa. Perasaannya terbang dengan kacau, ketidak percayaan atas apa yang dia lihat dan kemungkinan yang terbentuk di benaknya. "Apa yang kamu tahu tentang kematian Putra Mahkota pertama?"
"Jadi itu benar? Dia dibunuh, bukan? Kamu pikir ini sama dengan itu? Kamu pikir Pangeran Priam melakukan ini?" Dia terlihat ngeri mendengar kata-kataku.
"Tidak! Dia tidak akan melakukan ini. Dan bagaimana kamu tahu?"
Dia berbohong, aku tahu itu, karena perasaan gelisah yang tumbuh di benaknya takut akan kemungkinan yang dia temukan. Dia berusaha mencari opsi lain seperti orang baru di istana yang pandai dengan pedang, orang seperti aku, lebih nyaman untuk dicurigai.
"Perasaanmu mengatakan hal lain padaku, Kapten." Dia terlihat lebih bingung dari sebelumnya. "Dan tentang bagaimana aku tahu, aku mendengar itu dari seseorang, dan Pangeran mengatakan apa yang sebenarnya terjadi."
"Dia memberi tahumu?"
"Bukan detail, tapi ya, dia memberi tahuku. Bagaimana dia berada di ruangan berdarah yang sama dengan kakaknya yang sudah mati." Lalu itu menjelaskan kepanikan Pangeran saat melihat Yeva, pikirku. "Tapi Pangeran tidak ingat telah membunuh kakaknya."
"Dan kamu percaya itu?" Skeptisme di suaranya tidak mengejutkanku. Aku menatap pada permadani dan menghela napas, bayangan mata Yeva terus berkelebatan di balik mataku. Seolah dia telah melihat kematian datang dan dia tidak bisa melakukan apa pun untuk menghentikannya. Horor sebelum dia bertemu dengan ajalnya itu ada di matanya.
"Ayo bicara di tempat lain, Kapten. Aku tidak suka dengan udara di sini." Dia mengikutiku keluar setelah memberi beberapa perintah pada prajuritnya. Langkahnya hening seperti kehadiran sunyi yang mantap di sekitarku. "Apa kamu percaya hantu, Kapten?"
Dia melihatku dengan aneh sebelum memberiku anggukan. "Aku lahir di Cenesty, sulit untuk tidak percaya hantu jika setiap orang di sekitarmu bersumpah telah melihat atau mendengar satu."
"Kamu lahir di Cenesty?" Dia setengah tersenyum melihat keterkejutan di wajahku. Aku seharusnya bisa menebak itu.
"Aku lahir di Cenesty tapi kemudian besar di Ryohan hingga aku berumur tiga belas tahun dan dikirim ke Abyss untuk sekolah militer. Baru satu tahun lalu aku kembali ke Ryohan sebagai Kapten Penjaga Pribadi Pangeran." Kebanggaan jelas ada di suaranya. Dan dia pernah berada di Gates of Abyss, apakah mungkin dia tahu apa yang ada di sana.
"Berapa usiamu, Kapten?" tanyaku saat kami keluar ke halaman. Matahari cukup tinggi dan panas tapi kami tetap berjalan di bawahnya, mengusir hawa dingin dari dalam tulang-tulang kami setelah melihat kematian yang begitu dingin.
"Dua puluh dua, bagaimana dengan milikmu Catalya?" Aku ingin memberinya jawaban sinis tapi setelah dia menjawab semua pertanyaanku tanpa sarkasme dan dia juga terdengar tulus saat bertanya, aku tidak melakukanya dan memilih untuk memberinya jawaban jujur.
"Akan menjadi delapan belas dalam tiga hari nanti."
"Sangat muda, dan kamu lahir tepat di saat festival musim panas, apakah Dewi Heliaf sendiri yang memberkatimu?" Dia terdengar tidak percaya.
"Kumu juga tidak terlalu tua, Kapten," godaku. Kami berhenti di depan sebuah petak bunga, dari sini aku dapat melihat siluet dari atap merah The Radiant. "Dan aku rasa Dewi Heliaf tidak memberkatiku sebagai anak-anak. Setelah aku lahir, aku terserang demam yang tinggi, aku mengalami kejang, dan itu hampir membunuhku. Ibuku menjadi salah satu wanita pengikut Dewi Kin, dia berdoa padanya di kuil dan menjanjikan kelahiranku untuknya. Ketika dia pulang dari kuil, dia menyanyikan lagu pujian di telingaku. Aku berhenti kejang dan demamku turun, aku sembuh."
"Jadi Dewi Kin benar-benar memberkatimu?"
"Bukan hanya dengan kehidupan tapi juga sesuatu yang istimewa." Aku memandangnya sekarang. Cincin yang lebih gelap di sekitar iris matanya terlihat hitam dari sudut pandangku. "Aku bisa merasakan perasaan orang-orang. Aku tahu ketika orang marah, sedih, putus asa, dan setiap perasaan yang melintas di kepala manusia. Aku hampir selalu tahu ketika orang berbohong dan dengan berkatku aku hampir selalu bisa menebak tiap gerakkan lawanku saat bertarung. Perasaan mereka bergeser setiap waktu ketika mereka akan menyerang atau mencoba lari, aku tahu kapan harus menyerang ketika mereka paling tidak fokus. Itu dikombinasikan dengan kecepatanku, aku hampir menjadi ahli pedang terbaik," ketika dia hanya diam dan menatap tidak percaya aku meneruskan, "saat ini kamu merasa tidak percaya tapi kamu juga merasa gelisah. Ada sedikit takut. Jika aku menebak dengan benar, maka aku akan mengatakan kamu takut aku tidak berbohong dan bisa merasakan apa pun yang kamu rasakan."
"Siapa pun bisa menebak itu," balasnya, masih menolak untuk percaya.
Aku mendekat ke arahnya, mendongak dan menyentuh pipinya ringan dengan jariku. "Saat aku menyentuhmu, perasaanmu cerah dan hangat, penuh dengan hasrat. Lalu saat kamu menatap ke mata cokelat gelapku seperti ini perasaanmu bergeser menjadi malu, kamu malu karena bisa memikirkan hal semacam itu." Aku mengambil langkah lain dan menghapus ruang di antara kami. "Dan ketika kita begitu dekat, perasaanmu pergi menjadi terlalu kacau hingga aku tidak bisa memilahnya. Apa yang sedang kamu pikir kita lakukan, Kapten?"
Ketika dia sadar dengan seberapa dekat kami, dia tersentak mundur. Aku tidak bisa tidak penasaran apa yang dia pikirkan di kepalanya. "Jangan melakukan hal seperti itu!"
"Kenapa Kapten?" Suaraku pelan untuk menggodanya. Dia hanya tumbuh lebih malu dan gelisah. "Lupakan itu, aku hanya ingin membuat kamu percaya. Dan sekarang ketika kamu tahu ada hal-hal di luar pemahaman manusia, kamu tentunya akan percaya ketika aku mengatakan aku melihat hantu Pangeran Leander."
"Kamu melihat apa?"
"Hantu Pangeran Leander. Bagaimana jika yang membunuh Yeva bukan manusia? Bagaimana jika yang membunuhnya adalah makhluk jahat yang tinggal di bayang-bayang? Kamu sendiri yang mengatakan jantungnya hilang."
"Itu tidak masuk akal, Cetalya. Hal-hal seperti itu hanya ada di dongeng." Aku menyilangkan tanganku dengan keras kepala. Tidakah dia melihat kemungkinan itu?
"Kenapa dongeng tidak bisa menjadi nyata? Kenapa tidak ketika sihir dan keajaiban terjadi? Kenapa tidak ketika hantu benar-benar bisa berjalan di dunia makhluk hidup?" Dia memberiku pandangan gadis konyol yang membuatku benar-benar marah. "Ada kekuatan yang lebih dari apa yang bisa kita pahami Kapten. Mungkin ghoul, wraith dan wight itu nyata."
"Itu hanya mitos."
"Baiklah anggap itu mitos! Lalu beri tahu aku orang macam apa yang mengambil jantung dari korban yang dia bunuh?"
"Aku tidak tahu! Jenis orang gila tentunya."
Kami tidak mengatakan apa pun lagi. Aku karena aku menyerah untuk membuat seseorang percaya dengan teori gilaku. Sementara Kapten aku tidak tahu apa yang terjadi di kepalanya. Setelah sepertinya keheningan di antara kami bertahan untuk keabadian Kapten memecahkannya.
"Aku minta maaf." Dia tidak melihatku ketika mengatakan itu, matanya tiba-tiba terlalu tertarik pada kumbang yang melayang di antara petak bunga. "Maaf untuk apa yang telah aku lakukan pada keluargamu. Maaf karena aku membawamu ke dalam nasib yang begitu buruk. Aku tidak menginginkan hal itu tapi aku sudah bersumpah untuk Rajaku. Seandainya aku bisa melakukan sesuatu untuk memperbaikinya, untuk menghentikan mimpi buruk yang terus hidup di tanah ini."
Aku tidak tahu harus mengatakan apa dengan perubahan topik yang begitu tiba-tiba jadi aku mengatakan hal pertama yang melintas di kepalaku. "Kamu bersumpah untuk kemakmuran kerajaanmu bukan Rajamu, Kapten. Kamu seharusnya melakukan apa yang baik untuk Grishold. Kamu bisa membantuku."
"Tapi aku—"
"Pangeran tahu bahwa apa yang dilakukan Raja salah dan dia bertekad untuk menghentikannya. Tidakkah kamu ingin mengikutinya Kapten? Ingin membantunya mewujudkan Grishold menjadi Negeri para Dewa sekali lagi?" Dia tidak mengatakan apa pun tapi aku dapat merasakan perasaannya yang mulai bergeser, keyakinannya, rasa bersalah, penyesalan, dan bagaimana tekadnya sendiri untuk memperbaiki tumbuh. "Ingat rakyat yang mati di jalanan Grishold, ingat gadis-gadis di The Radiant. Bahkan prajurit mati setiap saat dalam perang yang seharusnya dapat kita hindari. Bantu kami Kapten."
"Apa yang bisa aku lakukan?" tanyanya pada akhirnya.
"Cari tahu tentang apa yang Raja siapkan di Cenesty. Karena Laksamana memberi tahuku kalau satu minggu ini Raja sibuk dengan apa pun yang ada di sana."
"Baiklah, aku akan mencari tahu apa yang ada di sana, Catalya."
"Namaku bukan Catalya, itu Rose dan aku masih bersumpah akan membuat nereka hidup untukmu Kapten." Aku menyeringai padanya dan dia mengembalikan seringai itu. Teffa! Dia tampan saat tersenyum. Saat angin mengacak rambut cokelatnya yang terlalu pendek.
"Lalu Drake akan baik-baik saja untukmu Rose."
***
Huhuhu aku sebel, sedih, pingin nonjok hp tapi aku ga tega 😥😢 masak aku dah ngetik capek-capak terus pas aku save ilang 😰😭😢 harus ngetik lagi, mana itu dua kali kejadiannya 😩😭 uhh maaf ya telat lagi update nya dan maaf chapter ini kurang berasa apa gtu, kayak kurang garam. Btw menurut kalian gmna logo dan tema baru wattpad? Jangan lupa vote dan komen yah :)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top