Fri Auckland

Tap tap tap

Gema derap langkah itu mengisi lorong gelap yang slalu ada dalam dunia ini. Takut? Tidak. Semenjak aku berada dalam dunia ini, tiada takut yang ku rasa kecuali dia. Jika gelap lorong sepi adalah salah satu tempat angker yang menakutkan bagi sebagian banyak orang, bagi ku ini adalah sebuah karya seni.

Ya! Aku selalu memandang sekitarku bagai karya seni. Bayangkan saja, di lorong gelap sepi, derap langkah mu bisa jadi sebuah karya seni berupa nada bahkan degub jantungmu yang nyaris mengisi sepinya lorong pun bisa jadi karya seni.

Mereka bilang ini lorong gelap, tapi entah kenapa bagiku ini lorong yang sangat terang bahkan aku dapat melihat ragam pintu dengan corak yang menarik.

Aku tiada tau kenapa, aku begitu bersemangat hari ini, biasanya aku hanya bertugas menanggapi kekonyolan dunia maya namun kali ini aku di beri kesempatan merasakan menjadi dirinya.

Kalau dipikir, kapan terakhir kali aku mengunjungi tempat ini? Aku sudah tiada dapat mengingatnya.

Dengan senyum mengembang, kedua tangan yang kumasukkan ke dalam kantong celana, aku berjalan penuh semangat bahagia kerana akan berjumpa dengan semua. Aku tiada sabar jumpa mereka kerana kejadian ini adalah kejadian langka yang sangat jarang terjadi.

Di depan pintu minimalis dengan ciri khas dia, aku menarik nafas dalam bersiaga menikmati apa yang kelak akan aku dapat. Tanganku berasa sangat dingin kerana gugup tapi bukan Fri namanya jika aku tiada bisa atasinya.

Ceklek

Perlahan pintu terbuka, aku bisa rasakan kehangatan yang selalu ku suka. Visual yang di tangkap matakupun merupakan gambaran yang sangat memanjakan mataku bagai sebuah karya seni.

"Kenapa kau lama sekali? Hampir saja aku memutuskan tuk hibernasi!"

"Hibernasi di kutub utara? Bagaimana bisa aku terlambat, aku datang di jam yang sesuai dengan perjanjian kita!"

Icha. Dia orang yang mengundangku tuk menjumpai dirinya hari ini. Alasannya, dia ingin melakukan beberapa interview terhadapku seperti yang di lakukannya pada Aiko beberapa waktu lalu.

"Kenapa mereka semua juga datang?"

"Jangan pedulikan mereka, kau duduklah di depan ku ini!"

"Apa kau akan merekamnya?"

"Untuk apa?"

"Mana tau!"

Bukan naif, hanya bersikap naif menyembunyikan rasa bahagiaku mendapati mereka semua berkumpul meski tiada lengkap.

Biru laut dan aqua. Kombinasi yang menarik untuk ruangan ini. Bahkan mereka membuat jendela besar dengan pemandangan hutan indah yang membuat moodku membaik. Totalitas sekali.

"Bagaimana perasaanmu?" 😃

"Hm? Perasaanku? Apa kau tiada percaya akan perasaanku padamu?" 😎

Ini menarik. Sesekali menggoda mereka bukalah hal yang buruk.

"Aish, bukan aku! Kamu!" 😒

"Ya! Kau tau aku tulus mencintaimu!" 😎

"Berhenti bermain kata!" 😑

"Kau bertanya, aku jawab!" 😳

Hahaha aku kesulitan menahan tawa mendapati wajah nya yang tertekuk kesal. Ini menyenangkan.

"Apa kau menyukai peranmu?" 🙂

"Jika kau tanya peranku sebagai pemilik hatimu, tentu. Aku sangat suka!" 😎

Wajah datar penuh kesal. Aku suka ini. Bahkan guyonan ku membuat yang lain juga menahan tawa.

"Yak! Berhentilah mempermainkanku. Aku seniormu!" 😠

Pukulan telak ke kepala membuatku hentikan tawa tertahan dengan seketika.

"Maaf!" 😞

Aku sangat benci jika mereka sudah marah seperti ini tapi dia lucu sekali brasa ingin tuk mengoda terus. Tapi dak dink, bisa gawat kalau moodnya jelek.

"Apa kau dapat kendala dalam peranmu?" 🙂

"...kendala.....seperti mendapati sikap cuekmu saat aku tulus menyayangimu?" 😎

Bamm

Langkah yang salah dan berakhir dengan dia yang merajuk. Bahkan tawa menggelegar dari yang lain juga membuat Icha semakin kesal. Wajah cemberut yang membuat lehernya nyaris menghilang, bibir tebal yang menekuk kebawah, remasan pada kertas di tangannya melampiaskan kesal. Aaaaa bagaimana Icha bisa selucu ini.

Meski kesal, Icha masih duduk di tempatnya mengontrol emosi yang tiada ingin dia keluarkan.

"Aku tiada tau bagaimana harus mengambarkan perasaanku. Keberadaanku semata hanya tuk menutupi semua gundahnya. Kebodohan dan kepolosan ku hanya bagian dari hobi tuk buat senang dirinya. Aku menikmatinya. Seni yang dapat ku lihat dari semua. Bahkan kau bagai sebuah seni dimataku!" 😎

Got ya! Meski sangat mengerikan mendapati Icha dalam keadaan marah, sangat mudah sebenar membujuk Icha jika paham bagaimana karakternya.

"Aku hanya bingung, bagaimana pintu itu selelu tertutup dan tiada dapat terbuka oleh satu dari kita. Bukankah keberadaan kita atas kehendaknya? Apa kita tiada boleh mendekatinya?" 🤔

Jujur pertanyaan itu selalu menghantuiku kala diriku selalu singgah keruangan ini. Pernah sekali aku mendekati pintu itu kerana penasaran, aku mendapati aura yang tiada dengan kebaikan. Terlalu dingin dan muram.

Rasa penasaranku memaksaku membuka pintu itu namun, aku tiada kuasa dan mampu tuk membuka pintu itu. Hawa dingin itu terlalu menusuk ketulang. Biasa aku yang tiada takut dengan apapun, kali itu, aku sangat takut namun penasaran dalam waktu yang bersamaan.

"Ku dengar, ada diantara kita yang bisa membuka pintu itu?" 😕

"Tanyakan itu pada Aiko!" 😒

Jawaban Icha berhasil membuat kami mengarah pandangan pada Aiko yang sibuk dengan kegiatannya.

"Apa? Kenapa memandangku seperti itu?" 😶

Ingin aku tertawa lepas memandangi wajah tertindas Aiko atas pandangan kami yang menuntut namun niatan itu tidak terlaksana tatkala Aiko menyebutkan nama yang sangat jarang ku jumpai orangnya.

"Memeng! Dia yang bisa memasuki ruangan itu." 🙄

Orang itu, kurasa lebih senior dari ku tapi aku jarang berjumpa dengannya. Aku ingin tau siapa dia sebenar namun keberadaannya sangat jarang kutemui. Bertanyapun rasanya tiada kebaikan. Apa baiknya aku selidiki saja?

"Apa yang kau pikirkan?" 😕

"Hm, apa? Aku?" 😶

"Ya!" 😶

"Aish, bagaimana kau bisa bertanya seperti itu saat pikiranku hanya di penuhi olehmu!" 😉

Hahahaha aku tiada dapat lagi menahan tawaku mendapati wajah lucu itu. Kenapa dia selalu serius seperti ini kala dia tau aku penuh dengan kekonyolan.

"Berhenti tertawa seperti itu. Aku selesai dengan semua ini!" 😡

"Hei, kau ingin kemana? Kita belum selesai!"

Brak

Lepas sudah tawa kami semua kala Icha ngambek dan pergi meninggalkan semua. Sengaja aku tiada mengejarnya kala aku tau acara ngambeknya hanya menyembunyikan rasa malu yang dirasakan.

Icha sangat jarang untuk marah dan ungkapan tadi bukanlah amarahnya namun kesal kerana selalu di bully.

"Ada yang tau Memeng dimana?" 🙂

Rasa penasaranku akan sosok satu ini memberanikan diriku menanyakan keberadaannya pada yang lain. Namun jawaban mereka di luar ekspektasiku. Mereka serempak menunjuk Aiko yang lagi sedang fokus dengan kegiatannya.

"hm?" 😕

Kebingungan tiada mendapat jawaban kala Aiko tiada mengacuhkan kegiatan kami. Entah apa yang dia lakukan dan aku tiada peduli. Aku lebih penasaran dengan apa yang ada di balik pintu dingin itu. Apa yang membuat dia betah di dalam sana?

Lelah bercanda ria, masing kami mengundurkan diri satu persatu. Aku yang terakhir meninggalkan Aiko yang masih betah dengan kegiatannya.

Selepas dari ruangan itu, tiada lepas senyuman dari wajahku. Bahagia hati mengingat tingkah konyolku menggoda semua. Aku tiada pernah peduli dengan peranku. Aku sangat menikmati existensi ku menghibur semua.

High Hopes menjadi lagu yang ku dendangkan sepanjang jalan kembali pada dunia virtual melaksanakan hobiku. Namun entah kenapa langkahku terhenti dan hati hendak ingin berbalik ke ruangan tadi.

Kejadian super langka kudapati kala diriku kembali berada dalam ruang penuh warna ini. Namun, hal yang tiada terduga, pintu ruangan dingin yang susah ku dekati itu terbuka dan aku tiada mendapati kehadiran Aiko dimanapun.

Rasa penasaran kembali menghantuiku. Hati menuntunku dengan perlahan tuk dekati ruangan yang kutakuti itu.

Dari celah pintu yang terbuka, ku mendapati Aiko tengah memeluk dia yang duduk membelakangi pintu dari belakang. Perih rasa hati yang kurasa melihat kejadian itu namun bukan kerana iri ataupun cemburu. Aku tiada mampu menggambarkan rasa ini.

Sesak yang ku dapat membuatku tiada mampu bertahan lama dekat ruangan itu. Dalam diam, aku meninggalkan ruangan dingin itu dan menutup kembali ruangan tadi.

Bukan sedih yang kurasakan. Entah kenapa rasa senang yang ku dapat kala mengingat Aiko dapat memeluk dia yang selalu berada dalam ruang dingin itu.

Jadi intinya, Memeng dan Aiko dapat memasuki ruangan itu. Bukankah itu sebuah kemajuan?

Tiada dapat ku hentikan kebahagianku sehingga lagu High Hopes kembali bersenandung dari mulutku.

Langkahku sempat terhenti pada pintu yang memberikan aura kenangan yang ku tau itu merupakan harta berharga bagi dia.

"Andai kalian tau dan betapa dia menjadikan kalian harta beharganya!"
😊

Fri Auckland

31th Oct '18 - 1st Nov '18

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top