[Chat 8]
Sambung Cerita
1. Kumi
2. Ann
3. Luci
4. Eri
5. Fin
6. Mayu
7. Kazare
8. Natha
Harum bunga semerbak tertangkap di indra penciumanku, sedangkan cahaya mentari seolah menusuk di mataku meskipun aku belum membuka kedua kelopaknya. Begitu aku membuka kelopak mataku, sebuah hamparan bunga nemophila kudapati. Warna biru muda dari kelopaknya, sebiru langit, berada dari ujung satu ke ujung lainnya seperti berusaha menghiburku.
Lantas, ada satu hal yang aku ingat. Apa yang terjadi dan mengapa aku tiba-tiba berada di sini? Tempat antah berantah yang indah, namun misterius. Aku mengerjap, menyadari bahwa satu hal tersebut adalah nama. Aku hanya mengingat namaku, selebihnya tidak. Benar, namaku adalah Nemo.
Aku pun bangkit dan mulai menoleh ke kanan dan kiri, berusaha mencari petunjuk.
Karna ga nemu, akhirnya aku jalan-jalan keliling. Woww indah yeu, ga nyesel ada disini lumayan kan bisa foto-foto masukin Insta*gram. Oh ya walau namaku Nemo, aku bukan ikan oren temennya ikan biru loh.
Bentar deh, aku tadi kepikiran buat foto-foto dan sekarang aku gatau dimana hp ku. Mampus ga bisa nelpon orang rumah.
"AHHH, SIALAN!" Aku mengacak-acak rambutku karena sebal. Mau tidak mau aku harus keliling pulau karena siapa tahu ada orang yang hidup di pulau ini.
Tapi kalau bukan orang juga ga masalah deh, minimal ada babi hutan atau macan gitu, masa udah gak ada hp, ga ada temen juga, sedih sekali hidupku.
Aku pun berkeliling pulau dan menemukan orang lain yang ternyata terdampar tidak jauh dariku, perawakannya tinggi besar, tapi wajahnya lucu kaya bayi.
"Gap moe macam apa ini," batinku.
Karena penasaran, kudatangi orang itu. Wah sepertinya dia belum sadar. Haruskah kutendang biar bangun? Waktu kuambil ancang-ancang, tiba-tiba...
"WHAAAAAA."
Kaget aku! Kenapa orang itu tiba-tiba teriak?? Apalagi dia langsung bangkit berdiri dan melakukan beberapa gerakan aneh.
"Dengan kekuatan bulan, aku akan menghukummu!"
Dia ngomong apa, sih? Aku yang kebingungan hanya bisa bengong menatapnya.
'Gila.' batinku. dengan segera aku mencoba mengabaikannya. apa-apaan coba. apa yang sebenarnya terjadi. bagaimana aku bisa terdampar di tempat tak berhuni, kecuali mahluk aneh jadi-jadian yang kelihatannya terlalu banyak menonton saluran anak-anak.
Aku ingin pulang.
Saat itu, aku hanya duduk diam sangat lama. kenapa aku hanya mengingat hal-hal tidak penting?
Kenapa aku ada di sini?
Siapa aku?
Aku menyugar rambut sebahuku. Setalah berusaha mencoba mengingat-ingat, hal yang muncul di pikiran hanya tentang kucingku di rumah. Kira-kira, apa dia sudah makan? Sudah masuk kandang, kah?
Aku tidak ingin saat balik ke rumah nanti kucingku sudah beternak banyak. Cukup sadar diri uangku tidak sebanyak itu untuk menjadi budak yang baik bagi sang majikan.
Membuang pikiran-pikiran aneh yang mulai muncul, tiba-tiba saja sebuah ide datang. Orang aneh itu, apa dia punya uang banyak?
Dari gayanya, dia sepertinya seorang wibu.
Aku kembali menghampiri orang aneh tersebut. Dia masih saja melakukan hal yang aku tidak tau faedahnya. Satu langkah lagi, aku akan berada tepat di belakangnya.
"Hei." Aku memanggilnya. Tidak tahu harus kupanggil apa.
Dia menoleh ke belakang, kemudian seluruh tubuhnya sudah berbalik menghadapku. "Kau siapa?" Aku bertanya lagi, hanya sekedar basa-basi.
"Aku …." Dia terdiam sesaat.
Aku pun langsung memotongnya. "Kau punya uang?" tanyaku langsung.
"Kau ingin uang?" Kali ini dia berbicara dengan lancar.
"Ya, tentu saja. Siapa yg tidak mau uang?"
"Kalau kau kuberikan uang, kau akan memberikanku apa?" Aku sedikit mengernyit ketika bertanya hal tersebut. Apa yang bisa kuberikan? Apa yang kubawa ke tempat antah berantah ini?
"Aku tidak memiliki apapun," jawabku.
"Bagaimana jika kau … memberikan nyawamu?"
Tunggu, dia bilang apa? Memberikan nyawaku sebagai barter uang? Tidak, tidak. Jika aku memberikan nyawaku padanya, lantas apa gunanya uang itu?
"Apa kau sudah tidak waras?!" pekikku tak mengerti. "Kau menginginkan nyawaku untuk apa?!" sambungku sembari melangkah mundur, ancang-ancang untuk berlari meninggalkan orang aneh itu.
"Apa ya?" Dia memegang dagunya sendiri, kepala ditelengkan sedikit seperti orang berpikir. "Entahlah, mungkin untuk kesenangan pribadiku." Ia menyeringai padaku, seringai yang begitu menakutkan.
"Kau gila!" jeritku bersamaan pecutan kakiku untuk berlari.
Aku terus berlari, meninggalkan orang aneh itu sendirian. Jantungku memacu begitu cepat, rasa takut mulai menjalar di sekujur tubuhku. Aku takut, cemas saat ia benar-benar menginginkan nyawaku hanya untuk kesenangan pribadi semata. Sesekali aku menoleh ke belakang untuk memastikan ia mengejarku atau tidak, ternyata, ia mengejarku. Lariannya terlihat begitu cepat dan lincah seperti singa sedang mengejar mangsanya.
'Sial!' makiku dalam hati. Aku semakin ketakutan, terus mengambil berbagai jalan di antara pepohonan yang rimbun, berlari secara zig-zag agar ia tidak bisa mengejarku lagi. Setelah cukup lama berlari, aku berhenti, mengambil oksigen sebanyak mungkin. Napasku tersengal-sengal, sesekali batuk keluar dari mulutku.
"Hah ... hah ... aku harap ... dia, hah ... tidak ... mengejarku," sengalku berharap.
"Sayangnya harapanmu tidak menjadi kenyataan."
Mataku membulat kala mendengar sebuah kalimat pematah harapanku, suara yang sedari tadi ingin kuhindar kembali menyapaku. Aku mendongak, menatap orang aneh itu langsung di kedua matanya.
"Katakan 'selamat tinggal dunia'," desisnya sebelum aku menutup kedua mataku dengan sempurna.
.
.
[END]
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top