Secret Admirer (Vignette)

Pink
.
.
.

Mencintai seseorang secara diam-diam dengan memperhatikan apa yang dilakukannya, tersenyum bodoh ketika melihat senyum ataupun tingkah lakunya. Kemudian menjadi penguntit karena ingin tahu apa yang ingin dia lakukan. Atau setiap hari menjadi stalker media sosial, menjadi orang pertama yang bahagia karena sesuatu yang baru saja diunggah sang doi.

Jika kalian bertanya, apakah menjadi secret admirer sangat membosankan, maka jawabannya tidak. Kebahagiaan seorang secret admirer adalah mengetahui apapun yang tengah dilakukan sang pujaan hati.

Gadis berwajah ayu dengan rambut gelombang cokelat gelap memilih duduk di dekat jendela kelasnya yang berhadapan langsung dengan lapangan. Pandangannya tertuju pada gerombolan murid lelaki yang tengah membentuk lingkaran-saling memeluk satu sama lain dan melompat-lompat- sesekali bibirnya melengkung sempurna karena melihat tingkah konyol mereka, bahkan ia tidak sadar ketika gerombolan lelaki itu memilih bubar dan pergi meninggalkan lapangan.

Kim Jongin.

Pria berkulit tan yang mempunyai wajah tampan dengan rahang tegas, dan bibir tebal yang membuatnya terlihat seksi di mata para gadis. Tubuhnya memang tidak setinggi Park Chanyeol-Kapten basket- tapi dibalik seragam putih tipis itu tubuhnya terlihat atletis dengan abs diperutnya. Oleh karena itu, dia meraih gelar "Lelaki ter-seksi" di sekolah sehingga membuat namanya melambung sejajar dengan Oh Sehun-Pria paling tampan di sekolah- dan Park Chanyeol.

Sebagian murid berteriak senang ketika mendapat pengumuman bahwa hari ini tidak ada pelajaran karena para guru sedang mengadakan rapat. Soojung mendesah senang karena ia tidak akan melewatkan kelas sejarah yang membosankan dan membuatnya mengantuk.

"Soojungie, ayo kita ke kantin." Suara berat milik Amber menginterupsi kesibukannya yang sedang membereskan meja.

"Tunggu seben-" belum sempat ia menyelesaikan perkataannya suara berdebum mengejutkan seluruh murid yang berada di dalam kelas, disusul teriakan kencang milik pemuda cantik bernama Byun Baekhyun yang jatuh terduduk. "Ya, Kim Jongin!"

Pemuda yang disebut namanya itu hanya meringis pelan sambil mengulurkan tangan. "Mianhae," katanya diakhiri dengan cengiran.
Hampir seluruh gadis di kelasnya mematung menatap pria berkulit tan itu. Kedua kancing seragamnya terbuka dengan rambut berantakan yang berhasil membuat para gadis terpesona.Dada Soojung semakin sesak ketika Jongin berjalan semakin dekat kearahnya dan berhenti di meja Jumyeon yang terletak satu meja di depannya.

"Ada apa?" Kim Junmyeon, pria berkulit putih dengan jabatan ketua OSIS di sekolahnya itu bertanya dengan ramah. Mengamati Jongin yang menyeringai dengan alis terangkat sebelah.

"Malam ini kita akan berpesta di rumahku," katanya sambil duduk di meja sehingga Soojung bisa mengamati wajah pemuda itu dengan bebas. Menelusuri setiap lekuk wajah Jongin dari alisnya yang tebal, mata sipit, hidung yang tidak terlalu mancung dan berhenti pada bibir tebalnya yang seksi.

"Kau mau ikut tidak?" Junmyeon mengangguk pelan dengan sudut bibirnya yang terangkat, "Eoh, aku akan datang."

"Aku lapar." Pria berwajah cantik itu menginterupsi obrolan mereka, "Jongin-ah, bukankah hari ini kau mendapat bekal lagi di lokermu?"

Bekal? Tubuh Soojung semakin bergetar mengingat bahwa tadi pagi ia menyelundupkan bekal buatannya di loker Jongin secara diam-diam. Tangannya bergerak gelisah dibawah meja sambil menggigit bibir bawahnya menahan gugup.

"Sudah ku makan," kata Jongin disertai dengan cengiran khas membuat jantung Soojung semakin berdegup kencang.

Bagaimana rasanya?Apa kau menyukainya?

"Dan itu sangat enak. Lain kali tidak akan kuberikan padamu lagi," lanjutnya diiringi dengan dengusan pelan seolah ia telah melewatkan kesempatan emas berkali-kali.
Demi Tuhan, Kim Jongin baru saja memuji masakanmu Soojung.

***

Seoul, 14 Februari 2016

Valentine Day.

Pagi ini koridor sekolah lebih ramai daripada hari sebelumnya. Pertengahan Februari datang membawa kebahagiaan. Seluruh kota hampir berhiaskan warna merah jambu, mulai dari toko kecil, supermarket, mall bahkan sekolah. Koridor lebih ramai dari hari sebelumnya sehingga terasa sesak ketika ia berjalan menuju ruang loker yang sepi, tapi dari beberapa sisi loker terlihat coklat dan bunga yang diselipkan. Mulutnya terbuka ketika melihat loker Jongin yang penuh bahkan pintunya sedikit terbuka.

Seharusnya ini adalah kesempatan emas yang tidak akan dilewatkan Soojung karena ruang loker masih sepi, tapi melihat loker Jongin yang siap meledak membuatnya harus berpikir dua kali untuk memberikan bekal yang sudah ia bawa dari rumah.

Ayolah, Soojung. Kau pasti bisa.
Tidak ada waktu lagi jika ia masih terdiam di loker Jongin seperti orang idiot. Jadi, dengan kepercayaan diri yang kelewat sedikit ia menempelkan sebuah memo disana lalu membuka pintu loker Jongin pelan-pelan.

Damn!

Perkiraannya benar, semua coklat, bunga dan surat berjatuhan di lantai. Soojung menggigit bibir bawahnya dengan panik dan sesekali menoleh ke belakang memastikan jika tidak ada orang yang datang. Bekal yang dibawanya diletakan di loker Jongin sementara ia menjumputi cokelat, bunga dan surat-surat yang berjatuhan dengan tangan gemetar.

Tap tap tap

Suara derap langkah semakin membuat tubuhnya gemetar, ia tidak mempunyai banyak waktu lagi selain kembali memasukan hadiah milik Jongin ke loker seperti semula. Hingga suara berat khas menelesup di indra pendengarannya, "Apa yang sedang kau lakukan?"

Soojung terlonjak ketika mendengar suara yang tidak asing itu, semua barang yang berada di genggamannya kembali berjatuhan ke lantai. Pemuda yang dihadapannya sekarang adalah Kim Jongin.

Mata elang milik Jongin semakin mengintimidasi, menyudutkan posisinya dengan mengikis jarak diantara mereka. Jongin menyeringai melihat Soojung yang gelagapan dan wajah merah padam.

"Apa yang sedang kau lakukan dengan lokerku?" Jongin mengulang kembali pertanyaannya dengan mendekatkan wajah mereka. Hembusan napas milik Jongin menyapu wajahnya membuat tengkuk lehernya merinding.

"A-aku-" tenggorokannya tercekat hingga untuk menelan ludah saja rasanya sakit. Bibirnya semakin bergetar menahan gugup dan takut secara bersamaan. Kim Jongin benar-benar sialan karena ketampanannya dan tingkah seduktifnya, sehingga ia tidak dapat berpikir jernih dan kehilangan kata-kata dalam sedetik.

"Oh," ia mengikuti pandangan Jongin pada kotak makan berwarna biru yang berada di loker. "Jadi kau gadis yang membuatkan bekal untukku?"

Sekarang kau tertangkap basah, Jung Soojung.

"Eoh-" belum sempat ia melanjutkan perkataanya pemuda itu meraih secarik kotak kecil berwarna merah jambu yang menempel di lokernya. Seringainya semakin lebar ketika manik mata mereka bertemu dan itu sukses membuat jantung Soojung berdegup lebih kencang.

"Kau mengajakku berkencan?" Jongin terkekeh pelan seolah menertawai tingkah Soojung yang terlalu nekat. Mengajak kencan seorang Kim Jongin adalah mustahil bagi gadis seperti dirinya.

Mendengar cara bicara pemuda itu membuat dadanya terasa sesak seperti ada ribuan paku yang menusuk hulu hatinya. Entah apa yang dipikirannya seolah ia tidak pantas berharap sesuatu atau berada di samping Kim Jongin. Kedua matanya memanas menahan air mata yang memenuhi pelupuk matanya.

"Aku sedang berbicara kepadamu, Nona Jung Soojung." Kata Jongin penuh penekanan. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukannya lagi selain mengikuti Jongin yang meraih dagunya untuk menatap manik mata kecoklatan milik pemuda itu.

Sentuhan lembut yang diberikan Jongin pada pipinya membuat tubuhnya hampir melorot jika saja lengan kekar itu tidak meraih pinggangnya dan mempersempit jarak diantara mereka. Jongin semakin mendekatkan wajahnya, hingga napas pemuda itu terasa hangat di wajahnya. Lantas, sesuatu yang lembab membasahi bibirnya, selama lima detik pula tubuhnya tak memberi reaksi apapun.

Jongin melepas tautan mereka sembari menekan bibirnya dengan ibu jari, "Satu, untuk bekal yang setiap hari kau kirimkan," kata Jongin tepat di atas bibirnya.

Setelah itu Kim Jongin kembali mencium bibirnya selama dua detik lalu melepaskannya, "Dua, untuk gadis yang selalu kucintai dalam diam," lanjutnya dengan senyum yang mengembang.

Sesuatu menggelitiki perut Soojung, seperti ada ribuan kupu-kupu yang terbang didalamnya. Sensasi ciuman yang diberikan oleh Jongin benar-benar membuatnya mabuk kepayang. Namun, belum sempat ia membuka suara Kim Jongin kembali meraih tengkuk lehernya dan kembali memberikan kecupan singkat.

"Tiga, untuk menjadi kekasih Kim Jongin. Ayo, kita berkencan!"

Fin

Screw : Keynaaw
Editor : lee-jungjung

A/n : Maaf kalau feelnya nggak dapet karena hampir setahun vakum menulis 😢

Salam kecup,

Key

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top