Say Yes (Songfict)


Author: Alivia Zalfa

Casting:

- Minji (OC)

- Samuel (OC)

- Wendy (Red Velvet)

Genre: Romance

Song: Say Yes - Punch

---

Aku berada di depanmu.
Aku tepat berada di sini.
Katakan padaku dengan bibirmu.
Katakan ya katakan ya.

"Ah~ tampan sekali!"

Minji tak henti-hentinya mengulum senyumnya. Dia, Namja yang dia puja tepat ada di hadapannya. Ingin rasanya Minji mengungkapkan perasaannya, tapi dia ragu. Akankah dia mengatakan 'ya' dari bibir manisnya itu? Ah, atau malah sebaliknya ...

Tanpa mengetahuinya.
Aku menghampirimu.
Aku ingin memberitahumu. Hatiku dengan angin yang bertiup ...

Cinta itu sejati~

Minji melangkahkah kakinya menuju suatu titik. Ya, kearah Namja yang saat ini duduk di meja yang terletak di seberang meja Minji. Entah kenapa, pikiran Minji terasa kosong. Tubuhnya seperti bergerak mengikuti aliran dari hatinya.

Minji duduk di depan meja milik Namja itu. Mata milik Minji terus saja menatap ke arahnya tanpa henti. Bola mata itu, memiliki daya tarik tersendiri bagi Minji. Membuatnya tersenyum tiada henti.

Matamu yang hanya menggelitikku ...
Sekarang membuatku tersenyum, seolah-olah aku sudah terbiasa.

Jantung Minji kini terasa berdegup lebih kencang, saat mata indah itu perlahan menatap ke arahnya. Minji merasa ada ribuan kupu-kupu yang datang menggelitiki perutnya. Rasanya ah~ susah untuk Minji jelaskan.

Kau hanya perlu berjalan kesana.
Teman-temanku terus memberitahuku.
Saat mereka mencoba untuk mendorongku.

Minji menengok ke arah samping, di mana dua orang temannya itu saling mengepalkan tangan mereka ke arah Minji, mulut mereka menggumamkan sebuah kata tanpa suara, "Minji-ya! Fighting!"

"Hehe, annyeong Samuel-ah!" seru Minji dengan raut bahagia.

Samuel tersenyum kikuk sambil menjawab sapaan Minji. "A-annyeong, Minji-a!"

Minji tak mengucapkan satu patah kata pun pada Samuel. Dia hanya terus tersenyum sambil menatap mata elang milik Samuel.

"Samuel-ah!" seru Minji memecah keheningan. Samuel hanya mengangkat satu alisnya ke atas, dia sendiri bingung dengan kelakuan teman sekelasnya yang hyperactive ini. Di kelas, Minji memang terkenal memiliki sifat ceplas-ceplos nan unik. Jadi, wajar saja jika Samuel tak sadar dengan perasaan yang Minji tunjukkan padanya.

"Tahu tidak, kenapa langit itu berwarna biru?" Kening Samuel nyata berkerut bingung. Ternyata, selain terlalu banyak tingkah, Minji juga seseorang yang begitu absurd, begitu pikir Samuel.

Samuel menggeleng pelan. Tak tahu lagi harus menjawab apa pada pertanyaan Minji tadi.

"Langit berwarna biru karena sudah takdir Tuhan. Begitu juga kita yang sudah ditakdirkan Tuhan untuk bertemu, dan mungkin saja kita ditakdirkan bersama, hehe... . Saranghaeyo, Samuel-ah!" Nah, kan, Minji memang aneh dan juga absurd.

---

Heelsku masih berat.
Aku hanya ingin melepasnya pada akhir malam.

"Yak! Yak... berhenti sebentar Wendy-ah!" ujar Minji dengan napas ngos-ngosan. Lirikan mata Minji terus menatap ke arah Samuel yang perlahan kembali menjauh dari jangkauannya. Kaki Minji terasa hampir patah, heels yang menempel erat di kakinya saat ini terasa sangat menyiksanya. Ah-jangan lupakan dress yang dia kenakan saat ini juga. Semua ini bukan gayanya.

"Waeyo?" ujar Wendy bingung. Sama halnya dengan Minji, Wendy juga sedikit ngos-ngosan kali ini. Bayangkan saja, bagaimana dia tidak ngos-ngosan jika harus terus mengikuti Samuel mengelilingi Mall yang besarnya tak terhingga ini. Jika bukan karena Minji, dia tak akan mau melakukan hal absurd yang lebih menjurus ke stalker ini.

Aku berharap kau akan mengulurkan tanganmu.
Sehingga aku bisa berlari padamu dengan kaki telanjang.

"Jinjja-yo! Kakiku pegal sekali, Wendy-ah!" keluh Minji lagi. Ingin rasanya dia berharap bahwa Samuel mengulurkan kedua tangannya untuk membantunya. Ah~ tapi sepertinya itu hanya mimpi yang harus dia kubur dalam-dalam. Karena bagaimana pun juga itu tak akan pernah terjadi di hidup Minji.

Dalam hari-hari rumitku.
Aku mencoba untuk berpikir, setiap jam.
Sekarang akhirnya aku menyadari.
Semuanya lenyap dan hanya kau yang tersisa.

Minji tak tahu lagi apa yang harus dia lakukan kini. Di masa seperti ini bayangan Samuel selalu muncul memenuhi ruang hati dan juga pikirannya. Dan ya ... semua itu membuatnya sadar bahwa Samuel telah mendoktrin semua sistem kerja yang ada di otak Minji. Bahkan, hingga ada dirinya seorang yang ada di sana-menjadi pusat pikiran Minji.

Musim semi lalu, aku kebetulan melihatmu ...
Aku berharap tidak akan ada lagi kebetulan.

Jika memang ini adalah takdirnya, bolehkah Minji berharap bahwa semua ini adalah goresan takdir? Dipertemukan dengan Samuel merupakan sebuah anugerah tersendiri untuknya. Di mana untuk pertama kalinya dia merasa menjadi seorang perempuan seutuhnya, dirinya dapat menyukai lawan jenis, seperti yang dielu-elukan oleh gadis remaja lainnya.

"Yak! Minji-a! Samuel-Samuel!" ujar Wendy sambil terus mencolek bahu kanan Minji. Minji yang terasa terusik sontak saja menengok ke arah yang ditunjukkan Wendy tadi.

Benar, Samuel kembali berjalan ke arahnya. Minji pun heran, apakah kaki Samuel sekuat itu untuk memutari Mall sebesar ini? Minji terus menatap ke arah Samuel. Entah Dewi Fortuna sedang berpihak padanya atau bagaimana, yang jelas Samuel juga menatap ke arahnya tanpa disengaja.

"Eoh! Minji-a! Wendy-a!" sapa Samuel pada keduanya. Kaki Minji yang semula terasa nyeri kini berubah menjadi begitu lemas, persis seperti jelly. Minji gugup setengah mati untuk saat ini.

"A-annyeong, Samuel-ah!" sapa Wendy dengan senyum kikuknya. Berbeda dengan Minji yang nampak terpaku pada tempatnya.

"Kebetulan sekali kita bertemu di sini! Ah~ Minji-a, kau cantik sekali dengan dress seperti itu!" Wajah Minji terasa panas, bahkan kakinya terasa lemas mendengar pujian Samuel.

Minji membungkukkan badannya pelan tanda berterimakasih atas pujian Samuel tadi. Ingin sekali dia bertanya pada Wendy. Banyak pertanyaan yang ingin sekali dia lontarkan. Apakah wajahnya nampak memerah? Seberapa parahkah merah di wajahnya? Ah, dan masih banyak lagi.

---
Minji membanting tubuh kecilnya itu di atas ranjang kamarnya. Pikirannya terasa kosong, bahkan dia tak dapat memikirkan apapun untuk saat ini.

"Yak! Kau bodoh sekali, Minji-a! Harusnya tadi itu dapat Kau gunakan untuk semakin dekat dengan Samuel! Tapi ini tidak, Kau malah diam seperti patung! Ada apa denganmu, huh?" semprot Wendy panjang lebar. Bagaimana tidak, semenjak kedatangan Samuel tadi, Minji terus saja mematung. Tak berbicara apapun, bahkan gerakan tubuhnya juga begitu minim. Seberat inikah efek jatuh cinta?

Minji mengacak surai hitamnya kasar, dia sangat frustasi untuk saat ini.

"Berhentilah mengomel ... kepalaku terasa ingin pecah!"

"Tapi, buktinya kepalamu masih utuh, tidak berubah sedikitpun. Jadi, kepalamu tidak pecah!"

Jadi, bolehkah Minji membunuh sahabat tercintanya ini?

"Aku ada rencana untukmu!" ujar Wendy dengan senyum miringnya yang membuat Minji merinding seketika. Nah, tidak salah, kan jika dia ingin membunuh sahabatnya ini?

---

Aku berada di depanmu.
Aku tepat berada di sini ...

Di sinilah Minji sekarang berada, tepat di hadapan Samuel. Ah~ jangan tanyakan seberapa gugupnya Minji saat ini. Karena saat ini dia begitu gugup. Entah kemana sikap hyperactive dan urakan milik Minji, yang ada sekarang hanya Minji yang gugup dan tak berani menyatakan perasaannya yang sebenarnya.

"Panduan pertama! Datangi dia. Tunggu jangan katakan bagaimana perasaanmu dulu. Pastikan bahwa kau siap terlebih dahulu, karena aku tidak yakin bahwa kau dapat mengatakan ini semua dengan benar!"

"Eoh! Annyeong, Minji-a! Ada apa menemuiku?"
Oke, tarik napas panjang ... dan embuskan secara perlahan Minji. Ah, yang pasti Minji mengembuskannya lewat hidung bukan lewat belakang.

"Oke, panduan kedua! Sedikitlah berbasa-basi agar sedikit akrab!"

"A-ah~ tidak, aku hanya ingin menemuimu saja-ah, sebenarnya ada sedikit hal dan ... ya seperti itu!"

Samuel mengeryitkan dahinya pelan. Tak mengerti dengan apa yang dibicarakan oleh Minji. Sedangkan Minji semakin tak karuan berada di tempatnya. Tangannya mulai meremas ujung rok yang sedang dia kenakan. Dan kalau boleh jujur ... tubuhnya juga terasa bergetar dan begitu dingin. Ah, Minji begitu nervous.

"Panduan ketiga! Katakan perasaanmu secara pelan-pelan. Intinya jangan terlalu cepat! Diterima atau tidak itu urusan belakangan. Yang jelas, kau berhasil mengatakan perasaanmu!"

"Ah! S-Samuel-ah! Aku ... sudah lama menyukaimu! Aku begitu menyukaimu!" ujarnya dengan cepat. Bahkan begitu cepat.

Tentu saja Samuel bingung, bahkan dia tidak pernah menyangka hal ini.

Minji benar-benar sudah mengatakannya. Namun, semua rasa gugup itu malah semakin bertambah. Bahkan, dia sempat terlintas dalam beenaknya apakah Samuel akan memberikannya sebuah tanda tangan sebagai balasan dari pernyataan cintanya. Ah~ Minji terlalu banyak menonton film anime.

Katakan padaku dengan bibirmu.
Katakan ya katakan ya.
Tanpa mengetahuinya.

Minji berpikir, setidaknya dirinya pernah ada usaha untuk mengatakannya. Meskipun dia tahu akan ditolak nantinya, dia baik-baik saja. Meskipun dia tahu air matanya pasti akan menetes.

Aku tersenyum padamu.
Mataku memberitahumu.
Jawab aku juga seperti itu.
Katakan ya katakan ya.
Aku menyukainya karna itu kamu.

Samuel diam seribu bahasa. Tak tahu harus menjawab apa. Namun, apakah boleh Samuel mengatakan jika cinta tak dapat dipaksakan?

"M-Minji-a! Aku tak tahu harus menjawab apa! Aku bahkan tak tahu jika dirimu menyukaiku, jujur ini terlalu mendadak. Dan bahkan hatiku belum siap untuk ini!"

Ingin rasanya Minji menyeburkan dirinya ke dalam sungai Han. Hatinya hancur berkeping-keping, tapi ya... dia sadar, bahwa cinta memang tidak dapat dipaksakan.
Karena, sekuat apapun digengam jika dia bukan takdirmu pasti akan lepas. Ikhlas lebih baik daripada menyakiti dan tersakiti.

Aku tak perduli jika kau membuatku menangis ...
Karna kau segalanya bagiku.

Cinta itu sejati~

-Fin-

Screw : Aliviazlf_

Editor : reyflosta

A/n : Mohon Reviewnya, silahkan vote dan komentar ya ^^

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top