Sakura No Yakusuko (Vignette)
Sakura No Yakusuko
Sakura
Membawa kegembiraan setiap ia mekar
Namun, tak berlangsung lama
Tak ada yang abadi di dunia ini
Namun, sakura tak pernah ingkar
Ia akan selalu kembali lagi
Untuk musim semi yang akan datang
***
Laki-laki itu baru saja keluar dari sebuah cafe. Ia membawa segelas kopi di tangannya. Dengan senyumnya, ia melangkah menelusuri jalan. Jalan di Kota Tokyo sungguh damai, pikirnya.
Namun, tak sedamai yang ia kira. Seorang gadis menabraknya dan membuat americano-nya tumpah ke sneakers putih yang ia kenakan.
Gadis itu ternganga ketika melihat sepatu orang yang baru ditabraknya kini menjadi cokelat. Sepatu orang di hadapannya ketumpahan kopi. Dengan cepat, gadis itu berlutut dan mengambil tisu di dalam tasnya. Gadis itu sungguh menyesal.
"Maaf. Aku tidak sengaja."
Jeon Jungkook gelagapan melihat gadis itu berlutut didepannya dan membersihkan sepatunya. Pasalnya, kegiatan gadis itu menjadi bahan tatapan orang-orang di sekitar.
"Nona, sudah, tidak apa-apa. Kau tidak perlu membersihkannya," ujar Jeon Jungkook menahan gadis di hadapannya.
"Ah, tidak apa-apa. Biar kubersihkan. Ini salahku," ucap gadis itu, masih membersihkan sepatu Jungkook. Gadis itu masih berlutut dan semakin membuat orang-orang di sekitar mengalihkan pandang pada mereka.
Dia hanya menumpahkan kopi ke sepatunya. Namun, haruskah berlutut seperti itu untuk meminta maaf? Membiarkan seorang gadis berlutut untuknya? Pria macam apa itu?
Mungkin seperti itu yang ada di benak orang-orang sekitar. Namun, bukan begitu sebenarnya.
Jeon Jungkook kini mulai risih dengan sorotan pasang-pasang mata itu. Ia menarik tangan gadis di depannya untuk berdiri. Di luar dugaan, gadis itu malah hampir terjatuh jika saja tangannya tidak menahan bobot gadis itu.
Sepasang mata Jungkook memperhatikan wajah gadis itu. Wajah seorang gadis yang menumpahkan kopinya ke sepatunya. Seperkian detik, ia melepaskan tangannya saat dirasa gadis itu sudah bisa berdiri tegak.
"Kau tidak perlu membersihkannya. Kau membuat orang-orang tertarik melihatnya,"
Jeon Jungkook memperhatikan sepatunya yang sudah agak kering meskipun warnanya berubah menjadi cokelat. Tatapannya beralih ke arah gadis di hadapannya. Dilihatnya wajah gadis itu sangat menyesal.
"Tidak perlu merasa bersalah. Oh, siapa namamu? Aku Jeon Jungkook." Jungkook tersenyum dan memberi tangan kanannya.
Gadis itu tersenyum lega. "Oh, kau orang Korea, ya?" Gadis itu mulai berbicara dengan bahasanya. Ia tersenyum pada orang yang masih satu kewarganegaraan dengannya. Ia menyalami tangan kanan pria didepannya.
"Apa? Kau juga, ya?"
"Mm." Gadis itu tersenyum lebar, memperlihatkan deretan gigi-gigi putihnya. "Oh, namaku—"
"Sakura!" Teriakan itu terdengar sebelum gadis itu memperkenalkan namanya. Gadis itu tampak panik. Ia melepas telapak tangannya yang masih bersalaman dengan Jungkook.
"Ternyata dia masih mengejarku. Sampai jumpa, Jeon Jungkook! Senang bisa bertemu!" ucap gadis itu yang kini kembali berlari dan melambaikan tangannya pada laki-laki yang masih memperhatikannya.
"Sakura?"
***
Gadis itu cepat-cepat menutup pintu berwarna putih rumahnya. Ia bersandar di balik pintu. Menghela napasnya setelah dikejar-kejar teman seuniversitasnya, Honoka Miki.
Gadis asli Korea Selatan itu tak bergeming. Ia tersenyum lembut dan menunduk. Mengingat siapa yang baru ditemuinya hari ini. Seorang pria bersepatu berwarna putih yang ia buat sepatunya menjadi berwarna cokelat. Bukan sulap, bukan sihir.
"Tapi, mungkin aku jatuh cinta."
Gadis itu kembali tersenyum. Bukan Sakura. Sakura hanya nama panggilannya di Jepang sejak ia dan ibunya memutuskan untuk menetap di Jepang. Juga setelah perceraian kedua orangtuanya. Nama aslinya Lee Yeeun. Dan, entah kenapa ia lebih menyukai nama Hwang Yeeun sejak ayahnya diketahui berselingkuh.
Gadis itu menghampiri ibunya yang ternyata sedang sibuk memasak didapur. Ia memeluk ibunya dari belakang. Membuat tubuh wanita paruh baya itu tersentak kaget, kemudian bibirnya tersenyum.
"Ibu, apa aku boleh meminta izin?"
"Untuk apa? Pergi tamasya dengan teman-temanmu, atau—"
"Aku ingin merasakan rasanya jatuh cinta. Bolehkah?"
Sang ibu tersenyum mendengar suara anaknya. Ia selalu berpikir, anaknya sudah dewasa untuk itu. Ia terlalu memanjakan putri semata wayangnya, sampai-sampai gadis itu baru merasakan yang namanya jatuh cinta pada usia dua puluh dua tahun.
"Kupikir jatuh cinta itu hak semua orang. Pria mana yang membuatmu menjadi seperti ini, hm?" tanya sang ibu yang kini memegang tangannya anaknya yang tengah memeluk pinggangnya.
"Namanya Jeon Jungkook."
***
Jeon Jungkook tersenyum kala memperhatikan kertas putih yang tadinya dijadikan alas untuk membuat coret-coretan untuk skripsinya. Ia pria dua puluh tiga tahun yang akan segera menyelesaikan kuliahnya.
Menabunglah, selesaikan kuliahmu, cari pekerjaan dan menikahlah. Itu pinta ibunya saat hari pertama ia melanjutkan pendidikan ke universitas.
Kuliah, ya? Namun, yang ia sedang lakukan sekarang adalah berlibur ke Jepang saat ia benar-benar harus menyelesaikan skripsinya. Butuh hiburan, dia stres, alasannya.
Dan malam ini, malam terakhirnya di Jepang, ia berniat menyelesaikan skripsinya. Namun, apa yang ia pikirkan? Ia malah menuliskan nama "Sakura" di selembar kertas yang ada di hadapannya.
"Malam terakhir. Kuharap kita bertemu lagi. Besok pagi aku harus kembali ke Seoul."
***
Setahun sudah. Jeon Jungkook bahkan sudah mendapatkan gelar sarjana yang telah ia perjuangkan. Menabung, sudah. Lulus kuliah, sudah. Dan kini pria dua puluh empat tahun itu pun sudah mendapat pekerjaan tetap di sebuah perusahaan.
Apalagi, ya?
"Jeon Jungkook, apa kau berniat menikah di usia muda? Eomma-mu ini ingin menjadi nenek di usia muda."
"Ibu, kupikir aku akan menikah empat belas tahun lagi," ujarnya sebelum akhirnya melenggang pergi ke kamarnya. Laki-laki itu berbaring di ranjangnya, dengan kedua lengan yang menjadi bantalnya.
"Apa aku harus berlibur ke Jepang lagi? Aku stres terus memikirkanmu. Jika kau bernama Sakura, mungkin aku harus bermimpi menjadi Uchiha Sasuke," gumamnya sebelum akhirnya terlelap.
***
Musim semi. Ia bahagia. Ia akan pulang ke kampung halamannya di Korea Selatan. Liburan tahunannya. Ia meliburkan diri seminggu penuh setiap musim semi, pada setiap tahunnya. Demi merayakan ulang tahun sang nenek tercinta.
Ia melangkah keluar rumah. Ia sangat senang jika neneknya senang. Semalam, gadis itu kembali membuat hati neneknya bahagia di tahun ini. Neneknya bilang, gadis itu harus kembali melihat Seoul dan membahagiakan dirinya sendiri.
Gadis itu duduk dibangku taman di bawah pohon sakura putih di salah satu taman di kota Seoul. Ia tersenyum. Ia rindu kampung halamannya. Ia rindu mengucap sapaan "Annyeonghaseyo". Beberapa tahun ini ia lebih sering menyapa dengan sapaan "Konichiwa".
Tatapannya kini terarah pada seorang pria berkaus putih dan bersepatu merah. Ia masih mengingat pria itu. Pria yang satu tahun ini membuat otaknya selalu menampilkan wajah pria itu. Ia berharap pria itu melihatnya.
***
Jeon Jungkook berjalan santai di sebuah taman di Seoul. Libur dari pekerjaannya, yang mampu membuatnya memutuskan diri untuk mengisi hari liburnya ditaman ini. Meski hanya berjalan seorang diri, suasana taman di musim semi ini dapat menghiburnya.
Jeon Jungkook memperhatikan sebuah pohon bunga sakura putih yang menarik perhatiannya. Ia membidik objek itu dengan kamera digital yang dikalungkan di lehernya. Saat ia melihat hasil bidikannya, ia melihat sesuatu yang menarik. Ada sakura yang lebih indah di bawah pohon bunga sakura yang dibidiknya.
Segera, kakinya melangkah menuju objek sakura yang dimaksud. Sakura yang selama ini menghiasi pikirannya. Yang masih bermekaran setahun penuh, meski nyatanya bunga sakura hanya dapat mekar seminggu sampai dua minggu sekali dalam setahun.
"Annyeong! Kau masih mengenalku? Kau menumpahkan kopiku ke sepatuku tahun lalu. Ingat?" sapa Jeon Jungkook yang langsung duduk di kursi taman di samping gadis itu.
Gadis itu tersenyum, lalu mengangguk. "Aku ingat. Maaf waktu itu temanku mengejarku karena aku menghilangkan gantungan kunci kesayangannya. Kau Jeon Jungkook, bukan?"
Jeon Jungkook mengangguk mengiyakan. Ia tersenyum lebar pada gadis yang sedang ditatapnya. "Jangan diingat lagi. Aku memaafkanmu. Sakura, bagaimana kabarmu?"
"Kabarku baik. Jangan panggil aku Sakura, itu nama panggilanku di Jepang. Namaku Lee Yeeun," gadis itu tersenyum menjawab.
"Kau kenapa berada di Seoul? Bisa jelaskan tentang dirimu?" tanya Jeon Jungkook. Sial pertanyaanya meleset. Bisa jelaskan tentang dirimu? Kalimat itu terdengar seperti ia ingin tahu gadis itu lebih dalam. Kau memang menyukainya, bukan, Jeon Jungkook-ssi?.
"Aku pulang ke Seoul seminggu dalam setahun di musim semi. Untuk mengunjungi nenekku. Aku masih menyelesaikan kuliahku di Jepang. Aku dan ibuku memutuskan untuk menetap di Jepang, setelah perceraian kedua orangtuaku. Dan akan kembali menetap di Seoul jika aku menikahi pria dari Seoul. Bagaimanapun, aku harus mengikuti suamiku nanti."
Kurang jelas, Jeon Jungkook? Kau sudah mengetahuinya. "Jadi, kau akan kembali lagi ke Jepang?"
"Mm." Gadis itu mengangguk. Suasana jadi canggung. Pria di hadapan gadis itu memang agak blak-blakan, tapi gadis itu menyukainya. Sudah menyukai pria itu jauh dari hari ini.
Suasana makin canggung, sejak lima belas menit lalu keduanya bungkam. Jeon Jungkook berdiri dari duduknya. "Mau jalan-jalan?"
***
Seminggu bersama gadis bernama Lee Yeeun belum cukup untuk dinikmati. Namun, cukup membuat hatinya bergetar hebat. Gadis bunga sakura.
Ya. Sakura. Yang hanya menemani musim semi tak lebih dari satu sampai dua minggu saja. Tapi sakura selalu menepati janji untuk datang kembali di musim semi yang akan datang. Begitu pula bunga sakura milik Jungkook.
Milik Jungkook. Jeon Jungkook lebih suka menyebutnya begitu. Dan ia akan menyatakannya hari ini juga. Sebelum bunga sakura itu gugur meninggalkannya lagi.
"Kau suka bunga sakura, ya?" tanya Yeeun yang masih setia berdiri di sampingnya. Menunggu pria berkalungkan kamera digital itu yang sedang asyik memotret berbagai penampakan mekarnya bunga sakura.
"Mm. Aku menyukainya," jawab pria itu yang kembali menatapnya. Kemudian, ia mengarahkan kameranya ke arah wajah gadis itu.
Ckrekk ... Jungkook itu memotret gadis itu. "Tidak. Lebih tepatnya aku mencintainya."
Lee Yeeun terkekeh. Seorang pria mencintai bunga? Itu bodoh, bukan?
"Mencintai bunga sakura? Bunga itu untuk dinikmati dan bisa kau sukai. Mana mungkin untuk dicintai? Jangan-jangan, kau akan melamarnya? Gila!" tawa gadis itu mulai meledak.
Jeon Jungkook menatapnya dengan serius. Gadis itu benar-benar belum megerti, ya?. "Mungkin."
Gadis itu tersentak. "Apa?" Gila! Ini gila! Jeon Jungkook akan menikahi bunga sakura? Mungkin pria tampan ini perlu dibawa ke psikiater. "Kau benar akan menikahi bunga sakura?"
"Ibuku bilang, ia ingin menjadi nenek muda," ucap Jungkook yang kembali membidik objek incarannya dengan kamera digitalnya yang ia bawa.
"Memberikan ibumu cucu dengan menikahi bunga sakura? Kau ingin anakmu menjadi siluman bunga sakura?" Lee Yeeun benar-benar tidak mengerti dengan jalan pikiran seorang Jeon Jungkook.
"Mm. Aku tidak peduli. Kalaupun bunga sakura itu hanya datang seminggu sekali dalam setahun, aku akan tetap menunggunya untuk tahun-tahun berikutnya. Sampai bunga sakura itu menjadi milikku dan takkan pernah pergi lagi dan terus bersamaku,"
Lee Yeeun makin bingung. Oh, ayolah. Ia mendapat IQ rendah saat tes IQ sewaktu SMU dulu. 113. Masih diatas rata-rata, tapi tetap saja rendah. Yeeun menghela napas. Lalu kembali memperhatikan sosok yang ada di hadapannya.
Jungkook menatapnya dalam. Apa gadis itu tidak mengerti? Jeon Jungkook menghela napasnya. Kembali mengambil napas dalam, lalu mengembuskannya perlahan.
"Bunga sakura itu kau. Lee Yeeun, aku mencintaimu."
***
Lee Yeeun melangkah masuk ke dalam bandara. Sudah habis waktunya. Saatnya ia kembali, dan berdoa agar musim semi tahun depan dipercepat. Ia menatap wanita paruh baya di sebelahnya.
"Ibu, masuklah. Aku akan menyusul."
Ibunya tersenyum dan mengangguk. Ia tahu betul mereka perlu waktu. Ya, mereka. Yeeun dan kekasih barunya. Senang rasanya mengetahui anak satu-satunya telah memiliki kekasih. Gadis itu sudah dewasa, bukan? Terlebih, Jeon Jungkook adalah pria yang dapat diberikan kepercayaan.
Tak lama setelah sang ibu meninggalkannya lebih dulu, gadis itu memeluk erat pria yang berdiri di sampingnya. Rasanya tak ingin meninggalkan pria itu. Oh, ayolah, pasangan mana yang mau berpisah dengan kekasihnya setelah satu hari mereka resmi menjadi kekasih?
"Aku akan merindukanmu."
"Pergilah. Selesaikan kuliahmu." Jeon Jungkook membalas pelukan gadisnya. Hangat. Kenapa di saat musim semi hatinya terasa sedang berguguran? Rasanya sedih akan ditinggalkan orang yang kau cintai.
Masih dalam pelukan Jeon Jungkook, gadis itu ingin waktu berhenti sekarang juga. Hentikan. Gadis itu sadar, ia bukan Kim Soohyun, pemeran malaikat di drama My Love From The Star yang bisa menghentikan waktu.
Jeon Jungkook tersenyum kala gadis di pelukannya, mencium pipinya. Entah kapan ia bisa merasakan hal itu lagi. Ia mengecup pelan kening kekasihnya, lalu menghela napasnya, sebelum akhirnya melepaskan dekapannya.
"Pergilah. Kau boleh membuatku menunggu, tapi kau tidak boleh membuat ibumu menunggu."
"Mm." Gadis itu mengangguk. "Jeon Jungkook, kau tahu filosofi bunga sakura? Bunga sakura adalah bunga yang akan selalu menepati janjinya. Meskipun ia hanya mekar sebentar di musim semi, ia pasti akan kembali di musim yang akan datang."
"Aku tahu. Kuharap Sakura yang aku kenal seperti bunga sakura. Kau bunga sakura yang selalu membawa kegembiraan saat kau hadir. Terima kasih." Jeon Jungkook tersenyum. Senyum yang sebisa mungkin dipaksakan ... untuk sakura yang kini akan pergi lagi.
"Tunggu aku kembali! Sakura selalu menepati janjinya! Aku mencintaimu!" ucapnya sebelum akhirnya melangkah pergi meninggalkan pria jangkung itu berdiri sendiri.
***
Musim semi tahun yang baru, datang. Musim panas, musim gugur dan musim dingin berlalu. Ini adalah saat yang ditunggu-tunggu. Usianya kini dua puluh lima tahun. Jeon Jungkook sudah dewasa. Ia sudah memikirkan rencananya dengan matang sebelumnya.
Ia kembali menapaki tanah negeri bunga sakura setelah dua tahun lamanya. Ada sakura yang harus ditemuinya. Ada sakura yang harus ditagih janjinya. Ada sakura yang akan kembali untuknya.
Ia datang di hari yang spesial. Tepat di hari kelulusan sakura. Apa? Sejak kapan bunga sakura sekolah? Namun, hari ini benar-benar spesial.
Jeon Jungkook melangkah ke arah seorang gadis yang kini tengah asyik berbincang dengan teman-temannya. "Ehm!" Jeon Jungkook berdeham sambil menyembunyikan seikat mawar yang baru dibelinya.
"Ah, aku pergi dulu, ya." Honoka Miki, Sahabat Yeeun selama lima tahun ini di Jepang. Ia mengerti sahabatnya perlu waktu dengan kekasihnya. Ia berlari-lari kecil menjauhi sepasang insan itu.
Jeon Jungkook mengeluarkan seikat bunga dari balik punggungnya. "Selamat atas kelulusanmu," ucapnya. Ia dapat melihat senyum gadisnya merekah.
Gadis itu senang bukan main. Bagaimana tidak? Kekasihnya yang kini datang padanya. "Terima kasih. Aku menepati janjiku, 'kan? Kita bertemu lagi tahun ini. Kumohon, jangan pernah menghitung waktu. Seminggu itu tidak cukup. Akan terasa sebentar jika kau terus menghitung ada berapa hari dari seminggu. Aku mengerti kau sibuk dengan pekerjaanmu."
"Ayo, kembali pada negeri kelahiranmu."
"Aku tidak ingin kembali pada ayahku."
"Bukan kembali pada ayahmu, tapi kembalilah padaku."
"Hm?" Lee Yeeun tidak mengerti. Bukankah dia telah kembali pada Jeon Jungkook?. Bukankah ia berada di hadapan pria itu?
"Lee Yeeun, dua tahun menunggu di setiap musim semi bukanlah waktu lama. Tapi menunggumu yang hanya datang sebentar saja dalam setahun akan terasa sangat lama bagiku. Dan, itu membuatku lelah menunggu, meskipun kau tahu aku tidak akan pernah menyerah untuk menunggumu."
"Jeon Jungkook?" Lee Yeeun mulai mengikuti arah tatapan pria di hadapannya. Serius. Lee Yeeun tidak tahu akan berakhir seperti apa. Yang jelas, ia tidak ingin Jungkook berhenti menunggunya.
"Menikahlah denganku dan tinggal bersamaku. Kembalilah ...."
Hampir menitikkan air matanya, Lee Yeeun tak percaya. Ia pikir Jeon Jungkook akan mengakhiri hubungan mereka. Tak lama ia memeluk erat kekasihnya sebelum air matanya benar-benar jatuh.
"Kupikir kau ingin mengakhiri hubungan ini."
Jeon Jungkook membalas pelukan gadisnya erat. Ia tak peduli dengan seikat bunga mawar yang ia berikan telah dijatuhkan gadis itu. "Aku memang mengakhirinya dengan melamarmu, bukan? Mari akhiri hubungan ini dengan hubungan yang lebih jelas. Aku benci arti dari Long Distance Relationship,"
"Korea Selatan bukanlah negeri bunga sakura. Tapi jika sakura mencintai hal lain, aku rela berhenti menjadi bunga sakura. Meskipun begitu aku akan terus berpegang teguh pada janjinku. Menjadi sakura atau tidak, aku tidak akan pernah ingkar padamu. Itu janjiku." sejadi-jadinya Lee Yeeun menangis di dekapan Jeon Jungkook.
"Jadi, apa Sakura bersedia menikah dengan Sasuke?" Jeon Jungkook mendekap gadisnya erat. Memberi gurauan untuk sedikit menghentikan tangis gadis itu. Ini bukan adegan film anime Naruto, bukan?.
"Tidak. Tapi Lee Yeeun bersedia menikah dengan Jeon Jungkook,"
***
Kau pasti tahu bunga sakura, bukan? Di Jepang, mekarnya bunga sakura adalah sebuah keberhasilan. Mekarnya bunga sakura juga membawa kegembiraan tersendiri bagi orang-orang yang menikmatinya.
Meskipun begitu, bunga sakura hanya mampu bermekaran dalam jangka waktu seminggu sampai dua minggu saja sebelum akhirnya berguguran terbawa angin ataupun hujan. Tak bertahan lama memang. Namun, bunga sakura mengingatkan kita bahwa tak ada yang abadi didunia ini.
Bunga sakura tidak pernah mengingkari janjinya. Ia pasti kembali di musim semi yang akan datang. Kembali menghiasi harimu dengan kegembiraan.
Begitupun aku untuk seseorang yang tiga tahun ini menemaniku. Satu tahun lalu ia melamarku. Dan, setengah tahun kemudian, dia menikahiku. Aku kembali pada asalku. Meskipun bunga sakura bukan berasal dari Korea Selatan.
Aku ingin menjadi sakura abadi. Meskipun nyatanya bunga sakura seperti itu tidak pernah ada di dunia ini. Aku hanya ingin menjadi sakura abadi untuknya. Jeon Jungkook. Menjadi satu-satunya sakura abadi yang tak akan pernah mengingkari janjinya.
FIN
Screw : pink21ink
Editor : anditia_nurul
Free : cogan kece dunia akhirat
Eun's Note :
Yuhuu kembali lagi dengan Lee Naeun disini, Event sebelumnya kan temanya "Share Your Colors", sekarang "Share Your Sense", nih.
Balik lagi pada ff "kelinci besar berotot" a.k.a Jeon Jungkook lagi..
Gimana ff nyaa??
Absurd (say yes!)
Gaje (say yes!)
Kek apaan tau (say yes!)
Bagus minta ampun (everybody say NO! BTS – N.O)
Vomment-nya juseyooo ...
Follow yes pink21ink
I HATE SILENT READERS!! HATE U SO MUCH GUYS!
I LOVE VOMMENTERS!
Semanis cengiran gigi kelinci Jungkook, EUN.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top