EVENT SINDROM_Strange Love
Screenwriter: bunnyxjeon29 // Casts: Xi Luhan & TWICE Dahyun
~
L E A ' S P R E S E N T :
"Semesta, terimakasih sudah mempertemukanku dengannya yang telah menjadi rumah untukku, tempat dimana aku bisa pulang dimanapun aku berada. Sebagai gantinya, aku akan menjadi obat baginya, dimana ia bisa datang padaku kala ia terluka."
oOo
LUHAN, cowok itu bergeming dikamarnya. Kamar yang bertemakan warna putih itu sudah ternodai oleh bercak darah.
"Apa lagi yang harus kulakukan sekarang?" Gumamnya sebelum akhirnya tertidur. Ia mencoba untuk melarikan diri. Dari apa? Dari kenyataan yang terus mencambuk tubuhnya menggunakan cambuk berduri. Tubuhnya tercabik - cabik oleh duri itu. Beban berat yang dipikulnya membuatnya tersakiti.
Ia sakit. Ia merasa frustrasi. Namun ia tidak bisa melakukan apapun. Percayalah, rasa sakit yang saat ini ia rasakan, mungkin sudah menjadi tahap klimaks dari segala kepedihan hidupnya.
oOo
DAHYUN merebahkan tubuhnya, enggan untuk bangun sedikitpun walau waktu sudah menunjukkan jam 08.50 dini hari. Ia bosan, mendengar ocehan seluruh keluarganya yang selalu mendesaknya untuk mendapat peringkat umum, bahkan memaksanya untuk ikut olimpiade tingkat international. Memang, ia tidak menang dan hanya mendapat peringkat 5, tapi itulah kemampuannya.
Itu batasnya, ia muak. Muak dengan segala paksaan dan desakan, itu adalah usahanya, mengapa tidak ada yang menghargainya?
Tring.
Sebuah pesan masuk membuat ponsel gadis itu bergetar, ia kemudian meraih benda persegi panjang itu, kemudian mengecek notification disana. Dilihatnya nama pengirim pesan itu, ibu. Lalu ia membukanya.
Ibu.
Kau dimana? Tempat lesmu menelepon,
Katanya kau tidak datang
hari ini. Telepon Ibu sekarang
juga, atau kau akan lihat
hukumannya.
Dahyun hanya menggenggam erat ponselnya, frustrasi menghadapi Ibunya itu. Namun sepersekian detik kemudian ia menekan tombol untuk menelepon Ibunya itu, "Iya, Ibu, aku kesana."
— S T R A N G E L O V E —
"Kita kedatangan anak baru, semoga kalian bisa bersikap baik kepadanya." Begitu ucap guru Ahn, lelaki paruh baya itu kemudian mengisyaratkan kepada seseorang dibelakangnya untuk memperkenalkan diri.
"Aku Xi Luhan, kalian bisa memanggilku Luhan, senang berkenalan dengan kalian." Luhan membungkukkan tubuhnya, memberi tanda hormat, kemudian lelaki itu duduk dibelakang bangku Dahyun, bangku kosong, tidak ada orang disebelahnya, intinya, ia sendirian dibagian pojok kiri ruangan, bangku paling belakang. Lelaki itu tersenyum, pikirnya ia bisa menyontek dengan mudah karena spot-nya yang memadai itu.
Tanpa lelaki itu sadari, Dahyun memicingkan matanya, menatap kearahnya dengan curiga sedari tadi, Luhan hanya bisa meneguk kasar salivanya, takut - takut hal yang disembunyikannya itu akan tertangkap oleh Dahyun, jadi lelaki itu lebih memilih untuk mengalihkan pandangannya, kemana saja asalkan jangan kearah pandangan Dahyun.
Sudah satu bulan lelaki itu berada di sana, dan terlihat mudah untuk memahami sifatnya. Lelaki dingin? Tidak. Lelaki yang tampak badboy sehingga diidam - idamkan kaum hawa? Tidak, apalagi itu. Lelaki dengan IQ yang luar biasa sehingga meraih prestasi? Jangan bercanda.
Ia hanyalah Xi Luhan, lelaki bodoh dengan tingkahnya yang usil. Lelaki yang dapat membuncah amarah semua guru sekaligus, juga Xi Luhan yang mempunyai jutaan lelucon yang tidak lucu sama sekali, namun menghibur. Xi Luhan yang dapat membuat seantero sekolah menjadi temannya dalam waktu sehari, terkecuali gadis bertubuh mungil itu tentunya, Kim Dahyun.
Luhan datang dengan bajunya yang dikeluarkan, jari - jemarinya dimasukkan ke sakunya, entah apa yang disembunyikan olehnya, yang jelas, ia tampak keren dari segi pandang gadis - gadis jaman ini.
Ia kemudian menuju tempat duduknya, "Siapa kau?" Tanyanya ketika melihat seseorang duduk disebelah bangkunya. Kemudian lelaki yang dipanggilnya itu tersenyum, "Baekhyun. Byun Baekhyun, yah, kau tidak mengenalku karena aku sudah di skorsing selama satu bulan, sih." Luhan hanya ber-oh ria, sementara Baekhyun mengernyit, bingung mengapa Luhan tidak menanyakan padanya perihal apa yang menyebabkannya terkena hukuman skorsing selama sebulan.
"Sudah mengerjakan PR?" Tanya Baekhyun tiba - tiba, Luhan menggeleng,
"Kau bertanya padaku? Mana pernah aku mengerjakan hal bodoh seperti itu."
Baekhyun tersenyum, akhirnya ia menemukan spesiesnya yang telah hilang dikelas ini. Niatnya tidak ingin mengerjakan PR itu, namun mengingat bahwa ia diancam akan membersihkan satu sekolahan jika melanggar peraturan sekolah lagi, ia hanya bisa pasrah, "Sekolah bodoh." Gumamnya.
"Hei, culun." Seseorang memanggil. Merasa terpanggil, Dahyun menoleh kebelakang, tepat dibelakangnya ada Baekhyun dengan tatapan menggodanya. Ah, Dahyun tahu maksud dari tatapan itu.
"Ini." Kemudian ia menyodorkan sebuah buku pada lelaki ber-eyeliner itu, Baekhyun hanya tersenyum sumringah,
"Aku pinjam, ya. PR milikku belum selesai." Dahyun terdiam, kemudian berbalik dan kembali menjawab soal - soal Kimia yang bahkan terlalu sulit untuk anak berusia tujuh belas tahun itu.
Luhan hanya diam dan menatap Baekhyun yang tengah mengerjakan PR-nya, namun sepersekian detik setelahnya, ia ikut. Hitung - hitung menghemat satu hukuman, begitu pikirnya. Dan jadilah, kedua sejoli itu mengerjakan PR bersama, disusul oleh murid - murid malas lainnya. Mungkin ini yang dinamakan 'Indahnya berbagi'.
oOo
"Tidak pulang?" Luhan bertanya, bel sudah berbunyi selama tiga puluh menit, dan semua siswa maupun siswi sudah pulang. Kebetulan, Luhan sedang dihukum sehingga menjadi alasannya untuk pulang terlambat. Baru saja ia ingin mengambil tasnya dan pulang, namun ia melihat Dahyun sendiri, ia tidak tega.
"Tidak." Jawab Dahyun singkat, fokusnya tidak beralih dari kertas - kertas berisi soal - soal biologi dihadapannya.
Luhan tersenyum, "Kenapa?"
Dahyun menghembuskan napasnya kasar, "Hanya tidak ingin saja."
"Dengan belajar - belajar saja, hidupmu membosankan. Kau takkan tahu jati dirimu, bersenang - senanglah sedikit, aku yakin kau sudah cukup pintar, mengingat bahwa kau adalah peringkat satu umum disekolah ini." Ucap Luhan sembari tersenyum.
Segaris tipis senyum terpampang diwajah Dahyun, nyaris tidak terlihat, namun Luhan menangkapnya. Sejenak lelaki itu tertegun, segitu mahalnya kah senyuman gadis itu? Ia akui, Dahyun dan senyumannya membuatnya terpana, ia telah menyaksikan moment langka. Benar - benar langka. Ingin ia memfotonya, menjadikan senyum itu sebagai sesuatu yang abadi dan bisa dilihatnya setiap hari, namun hei, dia bukan paparazzi.
"Kau? Tidak pulang?" Kini Dahyun angkat suara, setelah sepuluh menit keadaan telah diselimuti oleh keheningan, tidak biasanya ia merasa tidak nyaman dengan kesunyian.
"Tidak, aku menunggumu." Sungguh, ingin rasanya Luhan memasukkan kaus kaki kedalam mulutnya sendiri, menyumpal mulutnya yang bodoh itu.
Dahyun tertawa, "Ya sudah, aku mungkin akan selesai beberapa jam lagi." Lagi, Luhan kembali tertegun. Gadis itu tertawa? Diulangi, Dahyun, gadis yang hanya akan berbicara tentang pelajaran itu TERTAWA? Bayangkan, betapa bahagianya Luhan menyaksikan momen langka yang hanya ia yang bisa melihatnya. Ingin Luhan mengarunginya, katakanlah ia serakah, namun ia ingin menyimpan senyuman gadis itu, agar hanya ia yang dapat memilikinya.
Namun tidak, ia sadar itu hanya angan. Pada akhirnya, ialah yang akan menyakiti siapapun yang berada didekatnya, dengan atau tanpa keinginannya sendiri. Jadi, ia hanya berharap, meminta kepada semesta agar ia boleh bermimpi sesukanya, dan ketika terbangun, ia akan tetap sadar akan posisinya. Biarkan segalanya seperti ini saja.
"LUHAN!" Luhan tersentak, ia mengerjap - ngerjapkan matanya kemudian melihat kesekelilingnya.
"Ah, aku ketiduran, ya?" Ia terkekeh pelan.
Dahyun menghembuskan napasnya kasar, "Iya, sudah tiga jam kita disini, kau tidak pulang?" Luhan terbelalak, alangkah kagetnya ia, padahal ia merasa baru saja menutup matanya, hanya seperti sedang mengedipkan kedua matanya untuk waktu yang sebentar, mengapa waktu terasa cepat?
"Ah, iya, aku akan pulang." Ucap Luhan, ia hendak beranjak dari tempat duduknya, namun Dahyun mencengkram kuat lengannya, tidak membiarkan pria jangkung itu pergi, "Tadi kau bilang, seharusnya aku bersenang - senang, 'kan? Kalau begitu, temani aku."
oOo
"Kupikir kau akan mengajakku ke taman bermain atau sejenisnya, namun kau malah membawaku kesini?" Dahyun menatap bingung kearah Luhan. Pasalnya, ia dibawa ke sebuah pantai yang tidak terlalu ramai, padahal waktu sudah menunjukkan pukul 16.50 KST.
"Kim Dahyun, bukankah kau ingin bertanya sesuatu padaku? Mengapa kau memendamnya dari awal Kita bertemu?" Tembak Luhan to the point. Dahyun berekspresi datar, tidak terkejut akan pertanyaan Luhan yang sudah menjadi pernyataan ditelinganya.
"Awalnya kupikir aku salah, namun benar dugaanku, kau memiliki sindrom strange love, 'kan? Apa aku Salah, Lu?" Luhan terdiam. Jika gadis itu tahu, mengapa ia tidak membongkarnya sejak awal? Kalian tahu, sindrom yang membuat Luhan tersiksa ini adalah sindrom dimana tangan kalian seolah memiliki nyawa dan pikirannya sendiri, tidak semua yang kita inginkan akan diinginkan juga oleh 'si tangan' intinya, tangan kalian bisa bertindak sesukanya.
"Dahyun.." Lirih lelaki itu, "Kau benar." Imbuhnya. Dahyun terdiam, ia telah mengetahui hal yang menghantuinya belakangan ini, namun selanjutnya apa? Menyebarkannya dan mengatakan bahwa Luhan berbahaya? Tidak, itu tidak benar.
Dahyun kemudian memegang tangan Luhan, ia tidak kaget mendapati banyak sayatan disana, "Lu, mungkin kau membenci tangan ini hingga ingin mengamputasinya, namun percaya padaku, Lu, ia akan sembuh."
Grep.
Luhan memeluk gadis itu, ia menangis, berbagi kepedihannya dengan Dahyun. Ini aneh, padahal mereka baru saja bertemu selama sebulan, dan bahkan baru saling berbicara hari ini, namun Luhan merasa.. nyaman.
"Dahyun, kau tahu, untuk pertama kalinya, tangan ini mau memeluk seseorang." Ucap lelaki itu disela - sela tangisnya, katakanlah ia cengeng, namun ini benar - benar pertama kalinya seorang Xi Luhan berbagi kepedihannya dengan seseorang. Dahyun tersenyum lembut, walau tahu bahwa Luhan tidak dapat melihatnya, ia menepuk punggung Luhan pelan.
Drrrt.. Drrrt...
Dahyun melepas pelukan mereka, merogoh saku seragamnya kemudian melihat notifikasi, gadis itu memutar bola matanya malas.
"Siapa?" Tanya Luhan. Dahyun mencebikkan bibirnya kesal, "Ibuku." Jawabnya. Luhan terkekeh, ingin ia menarik bibir Dahyun yang maju itu, membuatnya monyong lima senti.
"DAHYUN!" Terlihat seorang wanita paruh baya mendekati mereka berdua, membuat Dahyun takut, ia berlindung dibelakang Luhan. "Lu.. ini Ibuku."
Mata elang Luhan memicing, menatap sinis kearah wanita paruh baya itu.
"Jaga matamu. Kau tidak tahu sedang menatap siapa, heh?"
"Aku tahu, Nyonya Kim. Malah, kau yang tidak tahu, siapa yang dihadapanmu kali ini." Penuturan Luhan jelas membuat Dahyun kaget, Luhan mengenal Ibunya?
"Kau... Xi Luhan?" Tanya Nyonya Kim, bermaksud untuk memastikan kalau dugaannya salah, semoga saja.
"Wah, teganya kau melupakan anak dari seseorang yang sudah kau bunuh~" Luhan terkekeh pelan namun sepersekian detik selanjutnya ekspresinya berubah serius.
"Lepaskan Dahyun, nyonya, dia tidak bisa kau jadikan percobaan lagi. Sudah cukup ayahku dan aku."
Dahyun hanya diam dan mendengar, benar - benar tidak mengerti apa yang terjadi.
Kaki Nyonya Kim bergetar, ia gentar. Gentar akan Luhan yang disangkanya sudah ia bunuh namun sekarang berada dihadapannya!
"Sekarang, aku beri dua pilihan. Serahkan dirimu ke polisi atas tindak ilegal, atau aku yang membunuhmu."
"Xi Luhan sialan." Seluruh tubuh Nyonya Kim bergetar kala menelepon, diduga menelepon kantor polisi. Apa lagi selain menyerahkan diri?
— S T R A N G E L O V E —
4 YEARS LATER..
"Lu, jangan begini." Dahyun melepas pelukan Luhan, lelaki itu senang sekali memeluknya dari belakang.
"Sayang, jarang - jarang aku mendapat hari libur, bahkan terkadang aku tidak pulang, namun apa? Kau tetap ingin bekerja? Oh ayolah, tinggal disini dan ayoo bermain." Rengek lelaki jangkung itu.
Kini sudah resmi satu tahun mereka menikah. Luhan menjadi CEO diperusahaannya, padahal semasa SMA-nya ia bodoh dan malas, mungkin berkata dorongan Dahyun.
Dahyun kini diterima sebagai dokter bedah. Awalnya banyak tawaran kerja seperti psikiater untuknya, namun ia menolak. Entah kenapa.
Tentang Ibu Dahyun, ternyata ia bukan In kandungnya. Ia diadopsi dari sebuah panti asuhan, lalu Nyonya Ahn mencuci otaknya. Ia juga membunuh ayah Luhan karena susah untuk dikontrol, lalu mengambil sampel DNA-nya, lalu dimasukkan kedalam DNA Luhan, entah mengapa, sindrom itu menurun begitu saja padanya.
Diketahui, sindrom itu tidak memiliki obat, dan tidak bisa sembuh. Namun bagi Luhan, Dahyunlah obatnya. Dan bagi Dahyun, Luhanlah rumahnya untuk pulang, Luhanlah tempat dimana ia bisa berbagi kehangatan. Dan inilah akhirnya, ending dari cerita yang bermula dari pertemuan.
End.
Maapin ceritanya nggak jelas, yak,
Ini kebut - kebutan nulis,
Itupun nulis H-1 deadline, malem lagi
*Ketahuan pemales
By the way, itu sindrom strange love sih aku ketemu gitu did google, kayaknya emang beneran ada/?
Itu sindrom langka yang pertama kalinya ditemuin tahun 1909, TAPI, SEGALA YANG TERJADI DISINI BENER BENER PURE FICTION, Karena saya males memperdalam mengenai sindrom ini, jadi saya membuat apa yang ada diotak saya.
Jadi, buat yang bilang "Lea, sindrom strange love kan nggak gitu."
"Ah, Lea buatnya lebay." Dll, MAAFKAN SAYA YEOROBUN😂😂
Sekian Dan terimasuga.
With big luv, Leaboo.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top