EVENT RUMAH_Rumah Ayah
Screenwriter: remahan_wafer // Casts: Super Junior Kangin, Heechul, Yesung (Kim Jongwoon), Ryeowook & Kim Myunghee (OC)
***
Suara tepuk tangan diiringi nyanyian lagu 'Selamat Ulang Tahun' mengisi seluruh rumah petak di pinggiran Seocheon. Seocheon adalah salah satu daerah yang terletak di Provinsi Chungcheong Selatan. Daerah ini terkenal dengan makanan laut dan dekat dengan mulut Sungai Geum.
Dorrr
Suara petasan diiringi riuh tepuk tangan dan konfeti yang bertebaran di lantai rumah menambah hangatnya suasana rumah malam ini. Ingar-bingar kota tak lagi terdengar oleh kami. Hari ini adalah hari ulang tahun Ayah yang ke-53. Keriput dan guratan luka di atas bibirnya yang kian jelas, menambah kesan tua pada diri Ayah makin kentara. Tak apa. Ayahku tetap tampan.
"Selamat ulang tahun, Ayah," ucapku sambil memeluknya. Jongwoon Oppa membawa sebuah kue bertuliskan 'Selamat Ulang Tahun Kangin Appa' dalam bentuk hangeul yang tidak bisa dikatakan rapi. Kue itu diletakkan di atas meja makan bersama sup rumput laut dan makanan lainnya.
"Aish! Siapa yang menulisnya? Masih bagus tulisan anak bayi daripada tulisan di atas kue itu!" celaku.
Plakk!
Aku mengaduh. Kepalaku baru saja dipukul oleh anak tertua Ayah, Kim Heechul. Laki-laki berparas cantik yang mana aku sendiri kalah cantik dengannya.
"Jaga mulutmu, Myunghee-ya! Mulutmu seperti tidak pernah sekolah," omel Kak Heechul
"Bukan mulutku yang sekolah. Tapi, otakku!" timpalku kesal.
Kim Heechul memandangku sinis. Mulutnya terus bergumam sumpah serapah terhadapku. Dia tidak akan berani melawanku ketika aku dalam pelukan Ayah.
"Sudah, hentikan! Kalian ini sudah dewasa. Sudah besar, bukan anak-anak lagi. Berhenti bertengkar!" ujar Ayah.
"Dia yang mulai duluan, Ayah!" ucap aku dan Kak Heechul serempak.
Kim Ryeowook yang dari tadi hanya duduk mengamati kita menghembuskan napas kasar. Demikain dengan Kim Jongwoon yang sibuk saja dengan anjing peliharaannya. Mereka tidak akan ikut serta dalam perhelatan acara pertengkaran kami.
"Heechul-i, pabo! (Heechul, bodoh)," ejekku dengan menjulurkan lidah.
Kim Heechul yang hendak menerkamku dihentikan oleh Ayah. Aku hanya tersenyum kecil dan mengedipkan kedua mataku berkali-kali. Aku bisa mengerti seberapa jengkel Kim Heechul padaku.
Untuk menghentikan pertengkaran yang kian berlanjut, Ayah menyuruh kami makan. Di awali dari tiup lilin dan memotong kue. Potongan kue pertama tentu saja diberikan pada Kim Heechul sebagai anak pertama. Lalu, diikuti Kim Jongwoon dan Kim Ryeowook. Meskipun aku paling akhir, tapi kue yang diberikan Ayah ukurannya lebih besar daripada milik ketiga kakakku.
Aku memasang wajah sombong. "Lihat, Ayah lebih sayang padaku."
"Ayah memberimu potongan lebih besar, karena Ayah sedih melihat tubuhmu yang kurus seperti selembar kertas," ucap Kim Ryeowook datar.
Aku bisa mendengar Kim Heechul menahan tawa. Aku merengek pada Ayah dan dia tidak menghiraukan aku. Sial.
Ayah lebih tertarik pada sup rumput laut buatan Kak Wookie alias Kim Ryeowook sang juru masak di rumah kami. Masakan yang dia buat, tidak pernah gagal. Sepertinya, Dewi Athena memberikan kepandaiannya pada Kim Ryeowook dalam bidang kepandaian.
Ayah tak hentinya memberikan pujian pada Kak Wookie. Hampir semua yang tersedia di meja dari sup rumput laut hingga sup tauge pedas pun, hasil buah karya tangannya. Dibantu Kim Jongwoon tentunya. Kim Heechul? Dia hanya seharian bermain game tak ada yang bisa diandalkan dari hal masak-memasak darinya.
"Ayah ingin memberitahu kalian sesuatu." Ayah meletekkan sendok tepat di sebelah mangkuk supnya.
Aku dan ketiga kakakku menghentikan kegiatan mengunyah kami. Berganti memperhatikan Ayah yang hendak mengatakan sesuatu yang penting. Jika dilihat dari sorot matanya, di sana seperti ada kesedihan yang mungkin selama ini Ayah pendam sendiri.
Aku dan pikiranku mulai berspekulasi. Mengingat beberapa hari ke belakang, aku menemukan Ayah berkontemplasi memandang langit di teras rumah. Cuaca musim gugur sering kali berubah menjadi sangat dingin ketika mendekati musim dingin. Yang kami tahu, Ayah sedikit mengidap depresi ketika memasuki musim dingin.
"Ayah minta maaf pada kalian semua. Heechul-ah, Jongwoon-ah, Ryeowook-ah, dan bungsuku Myunghee. Ayah belum bisa menjadi seorang ayah yang baik bagi kalian. Sebenarnya...." Ayah menggantungkan kalimatnya.
Laki-laki paruh baya yang kesehariannya bekerja sebagai kepala keamanan di sebuah perusahaan ternama di Seoul, terlihat berkaca-kaca. Dia sedikit menahan air matanya yang hendak jatuh tertarik gravitasi bumi. Seakan hatinya enggan menunjukkan air mata itu di hadapan anak-anaknya.
"Kita ini sebenarnya kaya, Nak. Ayah hanya pura-pura miskin selama ini. Ayah hanya ingin melihat kalian berjuang dengan segala keterbatasan dan kecukupan kita selama ini," pungkasnya dengan menyeka air matanya.
Kak Wookie dan Kak Jongwoon yang tadinya sedikit tidak tertarik pada Ayah, kini berubah menjadi sangat cerewet banyak bertanya pada Ayah. Aku hanya terdiam melihat mereka melontarkan pertanyaan bertubi-tubi pada Ayah.
"Berhenti, Bodoh!" bentak Kim Heechul. "Ayah, aku anakmu Kim Heechul tidak akan tertipu dengan guyonanmu yang pernah Ayah lontarkan sepuluh tahun silam."
Dua orang yang tadinya ribut kini berubah diam. Atensinya berpindah pada anak sulung keluarga ini. Kak Heechul menjelaskan bahwasanya Ayah pernah melakukan hal yang sama ketika ulang tahunnya. Katanya, saat itu masih ada Ibu yang ikut bersandiwara bersama Ayah.
Bahkan, seorang Kim Heechul masih mengingat jelas tentang kejadian tersebut. Apa dan bagaimana peristiwa itu terjadi dengan sangat tepat. Memori seorang Kim Heechul memang luar biasa. Jadi, aku tidak berani berbuat macam-macam padanya. Hehe.
"Kalian ini bodoh apa bagaimana?" sungutnya. Ayah hanya terkekeh. Melihat ketiga putranya bertengkar.
Ting... Tong...
Suara bel rumah kami yang mulai usang berbunyi. Ayah berinisiatif yang membukakan pintu utama rumah kami. Kami mendengar suara seorang laki-laki selain Ayah. Saat mereka berdua memasuki ruangan tengah dan berkumpul bersama kami, ternyata dia adalah Choi Siwon.
Choi Siwon merupakan teman Ayah waktu SMP. Mereka kenal karena waktu itu Ayah membantunya untuk kabur dari rumah dan memberikan tempat tinggal di rumah Ayah. Lantaran Choi Siwon kepergok orang tuanya karena bekerja di salah satu pompa bensin. Padahal, dia adalah pewaris utama SJ Group. Yang mana sekarang dia adalah CEO dari Hayukndai Store, salah satu cabang dari SJ Group itu sendiri.
"Anak-anak, ayo beri salam pada Presiden Direktur tempat Ayah bekerja!" pinta Ayah. Kami pun melakukan apa yang Ayah suruh.
"Hyung, ini tidak di kantor, jadi panggil saja namaku seperti sekolah dulu," rengeknya.
Setelah drama, bercerita tentang masa lalu mereka yang cukup epik menurutku, kini Paman Siwon--begitu aku memanggilnya, mulai mengajak kami berbicara. Sebenarnya, ketiga kakakku ini bekerja di perusahaan yang sama dengan Paman Siwon. Hanya saja beda divisi. Kim Heechul bidang IT, Kim Jongwoon bidang digital marketing, sedangkan Kim Ryeowook bidang human resource.
"Kim Myunghee? Kenapa kau memanggilku Paman? Aku kan masih muda?" protes Paman Siwon. Padahal, aku memanggilnya 'Paman' sudah dari satu jam yang lalu.
"Karena, anda adalah teman Ayahku," jawabku singkat.
"Ya sudah. Kalau itu maumu. Tapi, kau boleh memanggilku dengan sebutan Oppa, kok," ungkapnya disertai senyum lebar. Ketiga kakakku berdeham kencang sebagai jawaban.
"Hyung, karena hari ini kau ulang tahun, aku membawakan sedikit hadiah untukmu." Paman Siwon mengeluarkan amplop cokelat dan memberikannya pada Ayah.
Ayah membuka amplop tersebut dan membacanya sekilas. "Siwon-ah, ini sungguh?"
Paman dengan potongan rambut mengkilap dan setelan jas dongker ini mengangguk. Ketiga kakakku pun ikut melihat isi dari amplop tersebut. Tiga pasang bola mata seketika hendak keluar dari tempatnya.
"Ini sungguhan? Ya, ah maaf, maksudku Paman Siwon. Anda memberikan sebuah rumah di kawasan Apgujeong lengkap beserta isinya pada Ayah?" tanya Kak Heechul sedikit berteriak. Tidak sedikit, bahkan dia sudah berteriak sejak awal dia berbicara.
"Wah, aku seperti mimpi. Kita akan pindah ke rumah mewah? Wah, ini nyata?" gumam Kak Jongwoon. Kepalanya tidak berhenti bergeleng.
Semua pertanyaan yang dilimpahkan pada Paman Siwon dijawabnya dengan mudah. Dia memberikan ini, sebagai ucapan terima kasihnya karena hanya dia yang mau berteman dan semapt menampungnya dulu. Awalnya Ayah menolak pemberian itu karena terlalu berlebihan. Namun, laki-laki setinggi enam kaki ini tetap memaksa Ayah untuk menerimanya.
"Hyung, boleh aku bertanya?"
Ayah mengangguk di tengah harunya.
"Jadi, kapan kau akan menjodohkanku dengan Kim Myunghee?" tanyanya dengan wajah polos.
Seketika ruangan berubah menjadi sedikit suram.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top