ANGEL
Cast : Kim Mingyu & Jung Chaeyeon.
Song : Very Nice by Seventeen
===
"Jeong-a, aku tidak mengikuti kelas. Aku merasa tidak enak badan. Aku minta tolong, izinkan aku!" mohon Mingyu kepada Jeonghan selaku ketua kelas.
"Em, akan kusampaikan.... Mau kutemani keruang kesehatan? Kau terlihat sangat pucat," tanya Jeonghan, khawatir dengan kondisi sekarat Mingyu.
"Aniya. Tidak perlu. Aku bisa sendiri. Gomapta," cegah Mingyu, tidak ingin merepotkan.
"Jeongmal? Kau bisa?" tanya Jeonghan kembali.
"Hm," jawab Mingyu dengan anggukannya, kemudian berjalan lemas keluar kelas. Jeonghan hanya melihatnya khawatir.
Mingyu izin dari kelas dengan alasan sakit. Ia sekarang menuju keruang kesehatan. Saat memasuki ruang kesehatan, ia melihat sekilas bayangan putih melesat. Mata Mingyu membulat dan ia mulai mengeluarkan keringat dingin. Dan detik berikutnya, penglihatan Mingyu mulai gelap, kemudian ia jatuh tak sadarkan diri.
***
'Kkaja! Mingyu-ya.'
'Ireona....'
"Oh... chakkaman.... ani.... kajima...," igau Mingyu dengan keringat dingin yang keluar dari tubuhnya.
"Demamnya tinggi! Ottokhae?" gelisah Wonwoo.
"Tenanglah, Jeon Wonwoo!" tegur Joshua yang melihat tingkah cemas Wonwoo.
Kesadaran Mingyu telah kembali dan hal itu membuat Wonwoo kegirangan. Mingyu mulai membuka matanya perlahan.
"Mingyu-ya, neo gwaenchana? Kau sudah sadar kan?" tanya Wonwoo, mendesak.
"Eodiya?" tanya Mingyu dengan suara yang serak.
"Kau masih di ruang kesehatan. Wae? Kau butuh sesuatu?" tanya Joshua.
"Kalian yang mengangkatku ya?" tanya Mingyu tiba-tiba, membuat Wonwoo dan Joshua saling bertukar pandang. Kebingungan.
"Apa maksudmu? Mengangkatmu? Kau memang sudah terbaring di sini sebelum kami datang menjengukmu," sahut Wonwoo.
"Jjinja? Ani. Bukan itu. Maksudku, aku tadi pingsan saat memasuki ruang kesehatan dan perasaan, aku tidak terbaring di sini, tapi tergeletak di sana. Dan, aku pikir kalian yang mengangkatku," tutur Mingyu, berusaha mengingat kejadian tadi.
"Ani. Bukan kami," timpal Wonwoo.
"Apa mungkin Jeonghan? Katanya kamu izin sakit ke Jeonghan. Mungkin karena ia khawatir, ia pergi memeriksamu dan menemukanmu pingsan dan tergeletak di lantai. Jadi, ia yang mengangkatmu. Kami tahu kamu sakit juga dari Jeonghan," jelas Joshua.
"Mungkin," gumam Mingyu masih memikirkan kejadian yang membuatnya tak sadarkan diri.
***
Satu bulan kemudian.
Saat ini, Mingyu berjalan menuju ke ruang musik. Ketika ia membuka pintu, langsung terdengar suara dentingan piano yang sangat merdu bagi Mingyu. Namun, saat memasuki ruangan tersebut, tak ada siapa pun di sana.
"Ige ... m-mwoya?" kata Mingyu pelan keheranan. "Ini...."
Hawa dingin terasa memenuhi ruang musik. Hal itu berhasil membuat Mingyu tertegun.
"Yo! Kenapa berdiri saja? Ayo duduk. Lee Ssaem sebentar lagi dating," suara Wonwoo berhasil memecah lamunan Mingyu.
"Melamun lagi?" tanya Jeonghan saat kelas sedang berlangsung.
Mingyu hanya menggelengkan kepalanya dan tersenyum kecil. Ia tidak ingin siapa pun tahu tentang kejadian yang menimpanya barusan. Ia tidak ingin disangka gila oleh orang-orang.
***
Mingyu sekarang berada di pinggiran atap sekolah. Semenjak kejadian minggu lalu, Mingyu mulai penasaran dengan sesuatu yang terus mengikutinya selama sebulan ini. Ia merasa, ia perlu mencari tahu. Namun, masih belum tahu harus mulai dari mana.
Awalnya, Mingyu tidak ingin melakukannya karena ia benar-benar akan disangka gila jika memercayai hal-hal seperti itu. Akan tetapi, di sisi lain, hal itu mengganggu kehidupannya. Ini sangat serius karena ia sudah mengalaminya sebanyak dua kali.
Setelah sejam di sana, bel masuk berbunyi. Dari kejauhan, Mingyu melihat seorang siswi yang berbalik menatap Mingyu. Kemudian, siswi itu segera membuka pintu dan masuk ke sebuah ruangan.
Mingyu tentu saja penasaran dengan siswi yang tak dikenalnya itu. Mingyu lantas berlari dan saat ia ingin membuka pintu, pintu tersebut tak bisa terbuka. Seakan pintu tersebut ditahan sesuatu dari dalam.
"Kyahh!! Minggirlah! Aishh...," gerutu Mingyu yang mulai merasa siswi tadilah yang menahan pintunya dari dalam.
BRAAAAKKK!!!
Mingyu berhasil mendobrak pintu tersebut. Namun aneh, tak ada siapa pun di sana. Orang maupun benda, tak ada apa pun di sekitar pintu tersebut. Tak terlihat sesuatu yang mengganjal.
"Ke mana gadis itu?" Hanya kaliamt ini yang ada di benak Mingyu.
Sekeras apa pun ia mencari siswi tadi, Mingyu tak menemukannya di mana pun. Seolah, Mingyu hanya berhalusinasi.
"Jika halusinasi, mengapa terlihat begitu nyata?" pikirnya.
***
'Mingyu-ya, sampai jumpa di sekolah....'
'Aku menunggumu....'
Mingyu membuka matanya perlahan. Seperti biasa, ketika membaca buku di bangku taman sekolah, lama-lama ia pasti tertidur. Mingyu menguap sejenak, lalu mulai mengingat mimpinya tadi.
Ini sudah kesekian kalinya ia memimpikan seorang gadis. Namun yang membuatnya kesal, ia tak bisa mengingat siapa gadis dalam mimpinya itu. Ia hanya ingat, gadis itu berambut panjang dan memakai seragam yang sama dengannya.
Ini sudah memasuki bulan kedua, semenjak Mingyu mengalami kejadian yang aneh. Walau pertama ia ingin mencari tahu, tapi sekarang ia mulai terbiasa dengan hal aneh itu.
"Mimpi aneh..., gadis tanpa wajah..., bayangan putih..., ilusi yang nyata..., aishh" geram Mingyu mengacak rambutnya kesal.
"Berhenti memikirkannya. Berhenti memikirkannya, Kim Mingyu!" tegur Mingyu untuk dirinya sendiri.
Mingyu telah memasuki perpustakaan. Ia ingin mengembalikan buku yang ia baca tadi.
"Kenapa sepi? Mana penjaganya?" kata Mingyu bertanya-tanya. Ia kemudian menyusuri rak-rak buku. Ia sibuk mencari rak tempat buku yang ia baca tadi.
BRAAAK!!! BRAAAK!!!
"Omo! Aishh! bikin kaget saja." Mingyu terkejut oleh buku-buku yang terjatuh. Ia berbalik, lantas berjongkok untuk merapikan buku-buku tersebut.
"Ck! Kenapa buku ini bisa jatuh?" gumam Mingyu. Ketika ia ingin mengambil buku terakhir, sebuah tangan yang tampak putih dan halus juga memegang buku itu. Mingyu mendongakkan kepalanya dan ia pun bertemu pandang dengan seorang gadis yang bermaksud membantunya itu.
"Gwaenchanayeo?"
'Gwaenchanayeo?'
"Kau tidak terluka kan?"
'Kau tidak terluka kan?'
"Apa perlu ku obati?"
'Apa perlu ku obati?
"Waeyo?" tanya gadis itu melihat Mingyu tiba-tiba melepaskan buku yang ia pegang. Ia juga bingung mengapa Mingyu perlahan mundur menjauhinya.
"De javu... aniya? Kenapa begitu mirip?" gumam Mingyu masih terkejut dengan barusan yang terjadi.
"Mingyu-ya."
'Mingyu-ya.'
Mata Mingyu membulat dan kini tubuhnya jatuh terduduk di lantai saking terkejutnya.
"Oo, ireona!"
'Ireona.'
"Andawe! Aku bisa sendiri!" tolak Mingyu berusaha berdiri ketika gadis itu ingin membantunya. Setiap kata yang keluar dari mulut gadis itu, selalu persis yang ia dengar dari mimpi-mimpinya.
Mingyu melamun lagi. Ia masih tidak percaya hal mustahil ini.
"Apa semua sudah terlihat masuk akal, Mingyu-ya?" Gadis itu tersenyum simpul. Dan muncul perasaan aneh di dalam hati Mingyu. Awalnya ia merasa takut dan khawatir. Akan tetapi, ketika ia melihat senyuman itu, hatinya mulai tenang dan nyaman.
"Neo ... nuguya?" tanya Mingyu memberanikan dirinya.
"Na Chaeyeon, Chagiya...," ucap gadis itu menampilkan deretan gigi putihnya.
Entah mengapa Mingyu merasa aneh dengan jantungnya yang berdetak cepat. Harusnya ia memaki gadis yang sembarangan memanggilnya sayang itu, tetapi kenapa ia malah terpesona? Apa ini sihir?
***
"Oneul nalssin neoreul manhi talma
Neoege ganeun gireun kkotgiri doego
Boil deut maldeuthan ne maeum boindamyeon
Onmomi ganjilganjil dugeundugeun
I gibuneun mwoya eotteokhae."
Mingyu merasa dikendalikan oleh gadis itu. Ia melakukan hal di luar kendalinya. Seperti memegang, merangkul, bahkan memeluk gadis bernama Chaeyeon itu. Padahal itu bukan kemauannya. Namun, detak jantung itu masih terasa cepat.
Mereka sekarang berada di atap sekolah. Mereka berdua sedang duduk di pinggir atap sekolah. Chaeyeon sedang bersandar di bahu Mingyu.
"Jangan percaya kalau cinta pertama itu tidak akan pernah menjadi kenyataan!"
"Apa yang ... kau katakan?" Bahkan bicara pun, Mingyu merasa dikendalikan.
"Apakah kamu berpikir aku gugup karena ini kencan pertamaku?" tanya Chaeyeon.
"Hah?" tanya Mingyu bingung. Ke mana arah pembicaraan mereka sebenarnya?
"Ah, aku penasaran dan ingin bertanya. Bagaimana kau bisa sangat tampan?"
"Apa maksudmu, Chaeyeon-ah?" Mingyu benar-benar tidak mengerti setiap pertanyaan Chaeyeon. "Huh? Barusan aku memanggilnya apa?" batin Mingyu tak percaya.
"Aku pikir kau menjawab semua pertanyaanku," ujar Chaeyeon merajuk. Tak ada tanggapan dari Mingyu dan suasana kembali diam. Hanya angin lalu yang terdengar seperti membisik mereka.
"Cuaca hari ini sungguh menyerupai dirimu. Jalan menujumu menjadi berbunga. Ketika itu aku melihat hatimu yang sulit dipahami. Apakah aku bisa membuat titik awal sampai akhir? Sehingga aku bisa memulainya denganmu dan berakhir bersamaku? Seperti saat kita menggenggam kedua tangan kita bersama?" Chaeyeon kembali membuka suara.
"Apa sebegitu sukanya kau padaku? Lalu, kau bilang kau adalah cheonsa? Sepertinya kita tidak bisa bersama," timpal Mingyu, mulai membalas perkataan Chaeyeon.
"Em, tentu saja. Tapi, biarkan hari ini saja. Jebal!" pinta Chaeyeon dan keduanya saling bertatapan lama.
"Uri cheonsa, benar-benar begitu cantik," lirih Mingyu mulai membelai rambut Chaeyeon. Kemudian, mereka memandang langit kembali.
Hari mulai petang. Dan, entah sudah berapa lama mereka berdua duduk di sana.
"Jigeum sanghwang Forever
Uri duri Forever
Cheossarangeun an irueo jindan mareun
Mitji anhgiro haeyo
Iksukhame soga ilhji anhasseumyeon hae seoroga
Uriraneun mari jikyeojil su itge~"
"Hari ini sangat menyenangkan. Aku berharap kita bisa pergi kencan di hari berikutnya. Semoga kita tidak akan menghilang satu sama lain dan bisa menjaga kata 'kita' uh?" kata Chaeyeon saat turun dari pinggir atap sambil memandang Mingyu yang masih duduk di sana.
"Mingyu-ya. Ireona .... Hari sudah gelap."
"Apa kau sudah ingin pergi? Mengapa begitu cepat? Aku bahkan belum mulai?" tanya Mingyu yang bahkan baru merasakan kehadiran Chaeyeon.
"Sampai jumpa besok di waktu yang sama."
***
"Kim Mingyu! Ya! Ireona. Jangan tidur di sini," tegur Jeonghan berusaha membangunkan Mingyu yang ketiduran di bangku taman.
"Kebiasaan! Pasti selalu tertidur setiap membaca buku di sini. Tapi, kenapa sampai mengigau begitu? Ck ck," decak Joshua.
"YAAA!!! KIM MINGYU!!!" teriak Wonwoo di depan telinga Mingyu.
"Hah! Wae?" Dan, hal itu berhasil membangunkannya. Ketiga temannya itu menatapnya malas.
"Kkaja! Ini sudah bel masuk. Kau mimpi apa sih sampai tidurmu sangat nyenyak?" tanya Wonwoo.
Entahlah. Ini tidak seperti mimpi bagiku. Seakan aku menjelajahi dunia fantasiku sendiri. Terasa nyata dan mungkin memang kenyataan. Aku bahkan baru memulainya.
Hanya satu cara yang bisa ku lakukan. Aku harus berada di suatu tempat di sekolah ini, tempat aku bisa menyendiri.
Maka semua akan terjadi kembali. Tunggu aku, uri Cheonsa ....
=THE END=
Screwriter: dyodoorue
Editor : anditia_nurul
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top