VIOLET (Oneshoot)

Violet
.

.

.

***

Pagi yang cerah, matahari tengah memancarkan sinarnya menerangi seluruh pelosok bumi. Di sebuah toko bunga, nampak seorang wanita sedang sibuk merangkai bunga yang berwarna ungu. Memberikan tambahan keindahan pada bunga itu, walaupun bunga itu sebenarnya sudah sangat cantik.

"Hei, Park Chorong, kau simpan di mana bunga mawar putih tadi, ha?" tanya sesorang dari dalam toko.

Mendengar namanya disebut, seketika gadis yang di panggil Chorong tadi langsung berbalik. "Ah, kurasa aku menyimpannya di samping meja berwarna pink itu," jawab Chorong. Kemudian kembali melanjutkan aktivitasnya semula.

"Aku tidak melihatnya, sebenarnya kau simpan di mana, sih?" kata seseorang yang kemudian muncul dari balik pintu berwarna putih itu.

"Apa kau tuli? Aku sudah mengatakan kalau bunga itu aku simpan di samping meja pink di sebelah sana," jawab Chorong.

"Aku tidak menemukannya. Jika kau tak percaya, sana cari sendiri," kata Eunji, sahabat Chorong sekaligus salah satu pemilik toko bunga ini.

Chorong kemudian menyelipkan rambutnya di belakang telinga lalu mendengus kesal. "Baiklah, jika aku menemukannya, kau yang harus mengantar bunga itu. Oke?" kata Chorong.

"Tidak masalah, lagipula aku sudah tahu siapa nantinya yang akan mengantar bunga itu," kata Eunji sombong.

"Ck, kita lihat saja nanti," kata Chorong kemudian berjalan memasuki toko bunga itu. Sebenarnya Chorong adalah gadis yang pelupa. Jika ia menyimpan sesuatu, dalam sekejap dia akan melupakannya. Itulah sebabnya Eunji tidak takut jika diancam seperti itu.

Seperti sekarang ini, sebenarnya tadi dia hanya asal bicara, agar Eunji tidak mengejeknya lagi pagi-pagi. Kini Chorong berusaha mencari bunga mawar putih itu, kali ini dia tidak boleh gagal. Dia tak akan mau mengantar bunga itu, karena orang yang memasan bunga itu adalah seorang kakek mesum. Dia selalu memesan bunga berbagai jenis setiap harinya di toko miliknya dan Eunji. Dan setiap hari Chorong lah yang harus membawakannya, karena Eunji selalu punya alasan untuk tidak mengantarnya. Anak itu memang pintar mencari alasan. Sungguh menyebalkan. Kali ini, dia tak akan kalah, gadis itu yang harus mengantarnya.

"Aigoo ... di mana bunga itu kusimpan tadi? Aku benar-benar lupa," kata Chorong. Sambil terus menyusuri tempat-tempat yang kemungkinan bunga itu berada.
"Aish, di mana bunga itu? Ya, Tuhan ... biarkan sekali ini bukan aku yang menantar bunga itu kepada si kakek mesum," kata Chorong frustasi.

"Apa kau sudah menemukannya, Chorong-ssi?" teriak Eunji dari luar.

"Tsh! Dasar, lihat saja, aku tak akan kalah kali ini, Eunji-ssi," kata Chorong dengan nada pelan, agar tidak didengar oleh Eunji.

Kini Chorong semakin bersemangat mencari bunga itu. Dan tiba-tiba kakinya menyenggol sesuatu. Segera ia melihat benda itu, seketika itu juga matanya membulat sempurna. Yah, benda yang dari tadi ia cari kini ia temukan.

"Hah, akhirnya ketemu. Sepertinya hari ini adalah hari keberuntunganku," kata Chorong senang. Segera ia meraih pot bunga itu, kemudian membawanya keluar. Memperlihatkan kekalahan Eunji.

"Eunji-ssi, hei! Eunji, kali ini kau yang harus mengantar bunga itu kepada kakek mesum, hahahaha," kata Chorong berlari menuju keluar menghampiri Eunji.

"Apa kau menemukannya, Chorong?" tanya Eunji. Langsung dibalas anggukan senang oleh Chorong.

"Tsh! Jangan membohongiku, Chorong-ssi," kata Eunji menatap Chorong. Segera Chorong memperlihatkan bunga itu kepada Eunji. Dan seketika itu juga mata Eunji membulat sempurna. Tak percaya dengan apa yang ia lihat sekarang. Bagaimana bisa si pelupa Chorong menemukannya?

"Aigoo ... jadi, hari ini aku yang harus membawakannya, yah?" tanya Eunji, dengan nada lesu. Kemudian dibalas anggukan oleh Chorong. "Baiklah, berikan padaku," kata Eunji dengan nada kesal. Segera Chorong berikan pada Chorong dan tersenyum jahil kepada Eunji.

"Hei, ini yang terakhir, Park Chorong. Tertawalah," kata Eunji.

"Hehehe ... persiapkan dirimu Eunji-ssi. Jangan sampai kau tergoda olehnya. Aku tidak bisa membayangkan jika nanti kau akan menikah dengan kakek-kakek," kata Chorong segara berlari menjauh dari amukan Eunji setelah mendengar perkataannya.

"Hei, Park Chorong! Itu tidak akan terjadi. Justru kau yang akan menikahinya," teriak Eunji dengan nada kesal, kemudian berjalan menuju motor yang biasa ia dan Chorong gunakan untuk mengantar pesanan orang. Sementara Chorong yang mendengar perkataan Eunji di dalam toko tersenyum senang. Kali ini bukan dia yang di buat kesal, sekarang sudah berbalik.

***

Kini Chorong sedang sibuk melayani pengunjung yang datang ke tokonya. Kebetulan hari ini toko sedang ramai. Dan Chorong harus ekstara aktif untuk melayani pengunjung. Karena Eunji belum pulang juga.

"Chorong-ssi, aku sudah sampai," teriak Eunji datang dari balik pintu dan mencari keberadaan sahabatnya itu.

"Hah, akhirnya kau sampai juga, cepat bantu aku. Hari ini toko benar-benar ramai," kata Chorong.

Kringgg ...

Terdengar sebuah panggilan telepon. Segera kedua gadis bersahabat itu berbalik melihat ke arah sana. "Kau bantu pembeli, aku akan mengangkat telepon itu, okey?" kata Chorong langsung berjalan menuju telepon itu.

"Annyeong ... di sini toko bunga CE, ada yang bisa kami bantu?" tanya Chorong.

"Aku ingin memesan bunga berwarna violet, dan tolong antarkan ke alamat ini Jln. Xxx No. xxx," kata sesorang di seberang sana.

"Baiklah, kami mengerti, kami akan mengirimkannya segera," kata Chorong sebelum menutup telepon itu.

"Eunji-ssi, aku ingin pergi mengantar bunga dulu, yah." Chorong langsung meraih bunga berwarna violet itu kemudian membungkusnya dengan rapi, lalu berangkat menuju alamat yang di katakan si penelepon tadi.

***

Kini Chorong sedang berada di perjalanan, mencari alamat yang ia tuju. Entah mengapa, ada perasaan aneh saat mendengar suara pria yang menelepon tadi. bukankah hal itu biasa? Tetapi suaranya terasa berbeda di telinga Chorong. Dia tidak tahu alasannya.

Tak butuh waktu lama, Chorong sudah menemukan alamat itu, karena daerah itu sudah sangat di kenal baik oleh Chorong. Kini Chorong tengah berada di depan pintu, memencet bel beberapa kali di sana agar pemilik rumah tahu jika mereka sedang kedatangan tamu.

Berdiri sambil membawa bunga berwarna violet itu, Chorong tak henti-hentinya menekan bel. Dia sudah lelah menunggu pemilik rumah untuk membukanya. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk berteriak. Namun saat ia ingin membuka mulutnya, pintu di depannya sudah terbuka. Dan menampilkan sosok pemuda tampan, menurut Chorong.
Matanya seketika menyusuri pemuda itu dari kaki hingga kepala. Saat Chorong tengah memandang wajahnya, pemuda itu langsung terseyum. Lagi-lagi Chorong terpukau oleh senyumannya.

"Maaf, apa ada masalah?" tanya pemuda di hadapan Chorong.
Mendengar perkataan itu, Chorong langsung tersadar dari lamunannya.

"Ahh, Maaf, tadi apa yang kau katakan?" tanya Chorong.

"Ah, Bukan apa-apa," jawabnya.

"Ah, apa kau yang memesan bunga violet ini?" tanya Chorong. Langsung di balas anggukan oleh pria di hadapannya.

"Ah, Iya. Benar," katanya. Tanpa basa basi Chorong langsung menyerahkan bunga yang di bawanya kepada pria di hadapannya. Pria itu lantas menyerahkan uang sebagai bayaran.

"Baiklah. Kalau begitu saya permisi dulu," kata Chorong.

"Ah, apa aku boleh meminta bantuamu lagi?" katanya. Chorong langsung mengangguk.

"Boleh kau bantu aku menghiasi rumahku dengan bunga ini?"

"Baiklah," kata Chorong. Sungguh, berada di dekatnya sangat membuat Chorong senang. Seakan pria ini membawa ketenangan bagi dirinya. Kini Chorong tengah berada di dalam rumah milik pemuda itu, ia tak henti-hentinya memandangi seluruh sudut ruangan ini. Chorong benar-benar kagum akan kebersihan dan keindahan ruangan tempat ia berada. Setiap sudut ruangan ini terdapat bunga mawar pink. Tetepi menurut Chorong, letak bunga-bunga di ruangan ini, tidak terlalu bagus.

"Apa kau yang menghias ruangan ini?" tanya Chorong. Sungguh pertanyaan bodoh yang telah ia keluarkan. Tentu saja yang menghias ruangan pasti pelayan rumah ini, atau ibu dari pemuda yang tengah berdiri di sampingnya.

"Tentu saja," katanya. Sontak membuat Chorong terkejur.

"Tsh, jangan bercanda."

"Tidak, aku sama sekali tidak bercanda," katanya.

"Mana ada pria yang menyukai bunga dan apalagi sangat suka menghiasi bunga. Jangan membohongiku," kata Chorong.

"Aku tidak bohong, memang aneh, tetapi itulah kenyataannya. Aku suka bunga," katanya.

"Bunga jenis apa yang kau sukai?"

"Entahlah, mungkin semua bunga aku suka, hehehe."

"Baiklah, sekarang kau boleh mengganti semua bunga di ruangan ini dengan bunga violet yang kau bawa itu, aku ingin ke dalam dulu," katanya.

"Eh ... aku harus memanggilmu apa?" tanya Chorong.

"Panggil saja Suho. Namaku Suho," kata pria yang sudah di ketahui indentitsanya.

"Aku Chorong, dan apa aku boleh mengganti letak dan tatanan bunga di ruangan ini? Aku rasa ada banyak yang kurang pas," kata Chorong

"Terserah kau saja," katanya lalu pergi. Sementara Chorong tengah bersiap untuk mendekorasi ruangan ini. Kini ia sedang melihat dan memikirkan hal yang cocok dengan ruangan ini, lalu mulai melakukannya. Chorong menghias dengan sangat baik, hingga membuat ruangan ini tampak berbeda. Dan tanpa Chorong sadari, seseorang tengah mengamatinya. Dia adalah suho.

Dia gadis yang cantik dan tentunya menarik. Entah mengapa aku menyukai gadis ini. Walaupun ini tiba-tiba, tapi inilah kenyataannya. Aku langsung menyukai gadis ini sejak pandangan pertama. Dia secantik bunga violet yang ia bawa. Atau bahkan lebih cantik dari bunga itu?

Gadis violet.

Namun, aku tidak bisa memilikinya. Aku akan pergi sebentar lagi, meninggalkan dunia ini untuk selamanya. Seandainya aku bisa hidup lebih lama, aku ingin hidup dan berkeluarga bersamanya.

Kini Chorong telah selesai mendekorasi ruangan ini, segera ia berbalik mencari Suho. Betapa terkejutnya, ia melihat Suho tengah memandanginya dengan pandangan yang sulit Chorong artikan.

"Suho-ssi, aku sudah selesai dan ... dan bunganya m-masih ada yang tersisa," kata Chorong dengan gugup.

"Kenapa kau gugup? Tadi kau tidak seperti ini," kata Suho.

"Aku tidak gugup, aku cuma terkejut melihatmu memandangiku," kata Chorong menunduk malu.

"Ah, baiklah. Apa aku boleh meminta nomor teleponmu?" kata Suho.

"Baiklah," kata Chorong mencari ponselnya dan memberikannya kepada Suho.

"Ah, sekarang semua sudah selesai, aku mau pulang dulu," kata Chorong lagi. Sebenarnya Chorong tidak ada keinginan untuk pulang, ia ingin berlama-lama bersama Suho, tapi ia teringat dengan Eunji sahabatnya. Eunji akan marah jika dia terlalu lama meninggalkannya di toko bersama pelanggan yang banyak.

"Baiklah, apa ini pertemuan terakhir kita?" tanya suho.

"Hah, maksudmu?" tanya Chorong.

"Apa aku boleh menemuimu kapan saja?" tanyanya lagi.

"Tentu saja."

***

Semejak hari itu Chorong dan Suho sering bertemu dan menghabiskan waktu bersama, sementara Eunji tidak pernah tahu jika sahabatnya mempunyai seorang pria yang ia sukai. Seperti sekarang ini, Chorong dan Suho tengah berada di sebuah taman, duduk bersama dan saling mengeluarkan candaan.

"Suho-ssi, aku tahu ini tiba-tiba dan aku tahu ini juga konyol. Namun inilah kenyataannya, a-aku menyukaimu, Suho-ssi," kata Chorong.

Sungguh perkataan yang tidak ingin didengar oleh Suho kini keluar dari mulut Chorong. Sebenarnya ia juga menyukai Chorong, tetapi ia sadar hidupnya tak akan lama lagi. Dia tak akan sanggup pergi jika Chorong sudah berada di dalam pelukannya. Itu akan berat bagi Suho.

"Maaf, Chorong-ssi, Aku mempunyai seorang gadis yang aku cintai, dan kami akan menikah. Maafkan aku, aku tidak pantas untukmu. Aku hanya menganggapmu adikku. Maafkan aku, Chorong-ssi," kata Suho berusaha menahan air matanya.

"Jadi selama ini aku salah, ya?" Chorong menunduk lesu.

"Sebenarnya aku menemuimu untuk memberi tahu hal itu, aku benar-benar minta maaf, Chorong-ssi," kata Suho langsung pergi meninggalkan Chorong yang mematung.

Sungguh, ia tak ingin menyakiti Chorong, tetapi apa daya. Ini harus ia lakukan. Suho tak ingin Chorong menyesal nantinya, jika nanti dia akan pergi meninggalkan Chorong sendirian. Suho tak ingin membuat Chorong menderita karena ditinggalkan olehnya.

Tiba-tiba ia langsung meraih ponsel yang berada di sakunya dan menekan tombol. "Annyeong, Eomma. Aku ingin mengatakan jika aku siap untuk menikah," kata Suho dengan nada pasti.

"Baiklah. Lebih cepat lebih baik," katanya lagi. Setelah mematikan panggilan, ia kemudian mencari sebuah nama di dalam kontaknya. Nama yang ia cari adalah Gadis Violet. Dia segera menekan nama itu lalu menekan tombol hapus. Setelah itu, Suho segera menyimpan poselnya dan melanjutkan langkahnya pergi menjauh dari Chorong.

Sementara Chorong, ia tengah memantung menatap lurus ke depan. Tanpa ia sadari air mata langsung meluncur dengan mulus di wajahnya. Ia tak pernah berpikir jika Suho tak mencintainya. Benar-benar tak pernah terbayangkan.

Bodoh, benar-benar bodoh.

Seharusnya dia memikirkan semuanya dengan matang sebelum mengatakannya. Perih, sakit, sangat sakit mendengar penolakan Suho terhadapnya. Suho adalah pria pertama yang disukai Chorong, tapi Suho juga yang pertama membuat Chorong tahu bagaimana rasanya penolakan itu.

"Ternyata begini rasanya ditolak," kata Chorong sebelum menambah deras air mata yang keluar dari matanya. Menangis dan terus menagis? itulah yang sedang dilakuan Chorong. Terasa berat, mengingat kejadian tadi hingga isakannya terehenti mendengar bunyi ponselnya. Segara ia meraih ponsel itu dan menjawab panggilannya.

"Annyeong, Chorong-ssi. Aku punya kabar gembira," kata Eunji dengan sangat senangnya. Sementara Chorong berusaha untuk menahan tangisnya agar tidak diketahui oleh Eunji. Namun sepertinya sia-sia saja. Isakannya tidak bisa ditahan, benar-benar tidak bisa.

"Chorong, kau kenapa? Apa yang membuatmu menangis?" tanya Eunji khawatir.

"Ah, bukan apa-apa. Tadi apa yang ingin kau katakan? Kabar gembira apa?" tanya Chorong mengalihkan pembicaraan.

"Ah, aku tak akan mengatakannya sebelum kau pulang. Jadi, pulanglah cepat, aku tak sabar ingin mengatakannya," kata Eunji.

"Baiklah, akan kuusahakan."

Setelah menutup teleponnya, Chorong segera bergegas pulang. Sebenarnya hari ini dia ingin menghabiskan waktu sendirian, tetapi sayangnya itu tidak akan terjadi, karena Eunji membutuhkannya. Dia lantas menghapus bekas air mata dan merapikan pakaiannya.

SKIP TIME

Kini Chorong sudah sampai di depan pintu toko, dan hari mulai sore. Segera ia meraih knop pintu lalu mendorongnya. "Eunji-ssi, kau di mana? Aku sudah pulang," kata Chorong. Kebetulan, karena hari sudah sore, Eunji mungkin sudah menutup toko. Tiba-tiba terdengar suara Eunji yang berteriak kegirangan berlari memeluk Chorong.

"Hei, ada apa ini? Kabar gembira apa yang kau katakan tadi, hah?" tanya Chorong. Eunji kemudian melepas pelukannya kepada sahabatnya itu, lalu menariknya untuk duduk di sebuah sofa. "Coba tebak, kenapa aku bahagia?" kata Eunji. Chorong hanya menggeleng bingung, melihat sahabatnya ini.
"Aku akan menikah." Kata Eunji. Seketika itu juga mata Chorong membulat sempurna. Kini ia bahagia melihat sahabatnya bahagia, walaupun sebenarnya ia sedang berduka.

"Dengan siapa? Dan kapan? Kenapa kau tak pernah mengatakannya kepadaku jika kau mempunyai seorang kekasih?" kata Chorong.

"Bukan seperti itu, ini terjadi begitu saja," kata Eunji. Chorong semakin mengerutkan keningnya. Sahabatnya ini benar-benar membuatnya bingung sekarang.

"Apa kau ingat? Aku pernah bercerita jika aku menyukai seseorang di saat kita sekolah dulu. Dan dia lah orang yang akan aku nikahi seminggu lagi," jelas Eunji.

"Seminggu lagi? Kenapa secepat itu? Bunkankah ini terdengar terburu-buru?" tanya Chorong.

"Entahlah, yang penting sekarang aku harus mempersiapkan segalanya. Kau harus membantuku."

"Baiklah," kata Chorong.
Eunji segera pergi meninggalkan Chorong. Gadis itu sangat bersyukur dengan kebahagiaan yang didapat sahabatnya itu. Namun nasibnya tak sama dengan Eunji, sekarang ia sedang bersedih sementara sahabatnya sedang sangat gembira. Memang takdir seseorang itu berbeda. Namun kenapa saat tuhan memberikan kebahagian kepada sahabatnya sementara di diberi derita? Sungguh, itu benar-benar tidak adil.

Eunji adalah sahabatnya, dia adalah gadis yang selalu menemani Chorong. Jadi, sebaiknya dia harus senang dengan semua itu. Dia harus senang, walaupun keadaan hatinya sedang buruk.

SKIP TIME

Kini Chorong sedang duduk di sebua kursi seraya memegang bunga berwarna violet dengan menggunakan gaun yang indah. Ya, ini saatnya pernikahan sahabatnya, Eunji. Chorong tidak pernah tahu siapa pria yang akan dinikahi Eunji. Setiap Chorong bertanya, Eunji selalu tak ingin menjawabnya. Eunji ingin Chorong tahu siapa pria yang ia sukai saat acara pernikahan berlangsung.

Tema yang di pilih Eunji adalah warna violet, sama dengan warna bunga yang sedang dipegang oleh Chorong. Eunji meminta Chorong sebagai pembawa bunga saat pernikahannya nanti dan tentu saja Chorong menyetujuinya.

Tiba-tiba Chorong teringat sesuatu saat melihat bunga yang sedang berada di genggamannya. Bunga itu adalah bunga yang sama saat Chorong pertama kali mengantar bunga ke rumah Suho.

"Kenapa aku masih mengingatnya? Seharusnya aku melupakan semua tentangnya. Dia akan menikah jadi aku harus melepaskannya," kata Chorong dengan nada lesu.

"Chorong, cepat kau panggi Eunji. Acaranya akan segera dimulai," kata seseorang yang tiba-tiba datang menghampiri Chorong. Tanpa menunggu lama lagi, Chorong segara beranjak dari duduknya dan pergi menemui Eunji.

"Apa kau takut?" tanya Chorong saat melihat sahabatnya sedang duduk di sebuah sofa berwarna putih. Eunji langsung mengangkat kepalanya melihat siapa yang menganggunya. Saat melihat Chorong berada di hadapannya, ada perasaan lega di hati Eunji. Yah, setidaknya bisa mengurangi beban yang sedang ditanggunganya.

Eunji mengangguk. Tanda meng-iyakan perkataan Chorong.
Melihat anggukan sahabatnya itu, Chorong tersenyum kemudian berjalan menghampiri Eunji dan duduk di sampingnya. " Tidak usah takut, aku ada bersamamu, Eunji-ssi," kata Chorong. Lagi-lagi Eunji mengangguk.

"Sekarang sudah waktunya, aku juga tidak sabar ingin melihat setampan apa pria yang beruntung memilikimu, Eunji-ssi."

Kini Chorong sedang berjalan menuju altar pernikahan Eunji. Dia di bagian depan karena diminta untuk menjadi pembawa bunga saat pernikahan Eunji. Sementara Eunji berada di belakang bersama dengan ayahnya. Dengan tersenyum Chorong memasuki altar, tak sabar ingin melihat wajah pemuda yang akan menikahi sahabatnya itu. Namun senyumnya langsung pudar saat melihat siapa pangantin pria yang sedang berdiri menunggu pasangannya.

Dia adalah Suho.

Bagaikan disambar petir, hati Chorong langsung hancur bagaikan abu. Pandangannya masih tak bisa dialihkan dari wajah pemuda di hadapannya ini. Tatapan nanar segera ia berikan pada pemuda yang menggunakan setelan jas hitam. Seketika air mata tumpah membasahi pipi Chorong.

Chorong POV

Apa-apaan ini semua? Bagaimana bisa Suho menjadi pengantin Eunji? Ini tidak mungkin, jika sekarang aku mimpi, kumohon sesorang bangunkan aku. Aku tidak bisa melihat ini semua, ini benar-benar menyakitkan!

Apa takdir sedang mempermainkanku? Apa takdir sedang membenciku? Kenapa ini semua terjadi padaku? Kenapa orang yang aku sayangi akan menikah dengan wanita lain dan wanita itu adalah sahabatku sendiri? Kenapa?!

Sungguh, langkahku semakin lama semakin berat. Semakin aku mendekati Suho, rasa sakit semakin menjalar di tubuhku. Sesak sangat sesak, saat ini aku rasa sedang di cambuk olehnya. Aku membencimu Suho. Hingga tanpa sadar aku telah sampai di hadapannya.

Dia menatapku sekilas kemudian beralih menatap Eunji dengan kasih sayang. Sungguh ini benar-benar perih. Melihat ini semua rasanya aku ingin pergi. Aku ingin menjauh dari semua ini. Namun jika aku melakukannya, sama saja aku merusak pernikahan sahabatku sendiri. Itu tidak akan kubiarkan. Aku segera berjalan pergi meninggalkan altar, membiarkan Eunji bersama dengan Suho untuk mengucapkan janji suci mereka. Dengan langkah berat aku berjalan bergabung dengan para tamu.

Aku tak ingin berbalik, benar-benar tak ingin. Sudah cukup aku melihatnya tak peduli denganku. Sudah cukup aku melihatnya berdiri sebagai pasangan orang lain. Sudah cukup. Kali ini biarkan aku menutup mata dan telingaku.
Biarkan aku tak melihat acara pernikahan ini, dan biarkan aku tak mendengar suara Suho yang mengucapkan janji suci mereka.

Hingga tak tahan, aku langsung berlari keluar dari ruangan ini meninggalkan semuanya dengan air mata yang terus mangalir derasan di wajahku.

Apa ini hukumanku? Namun apa salahku hingga Tuhan menghukumku seberat ini? Apa salah yang terlah kuperbuat? Aku percaya jika Tuhan tak 'kan memberikan ujian yang berat di luar batas kemampuan sesorang. Namun aku rasa ini sudah jauh dari batasku, sangat jauh.
Aku menangis membiarkan air mataku keluar membawa semua kepedihanku. Sekarang aku tak peduli lagi dengan penampilanku yang sudah hancur, benar-benar tak peduli.

Author's POV

Setelah perginya Chorong dari ruangan ini, Eunji terus mencari sahabatnya itu. Bertanya kepada semua tamu, tapi tak ada yang tahu keberadaan sahabatnya. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk meneleponnya.

"Annyeong, Chorong-ssi. Kau di mana?" tanya Eunji.

"Aku ada di bandara, Eunji-ssi. Kata bibiku, ibuku jatuh sakit. Jadi, aku langsung pergi tanpa sepengetahuanmu. Maafkan aku, Eunji-ssi."

"Apa? Bibi sakit? Yasudah, tak apa. Lebih baik kau temani bibi. Kalau begitu aku tutup teleponnya, Chorong-ssi," kata Eunji pasrah.

"Aku titip toko padamu, Eunji-ssi, mungkin aku akan lama di sana, atau bahkan tak akan pulang ke sini. Selamat berbahagia, Eunji-ssi."

Yah, Chorong memang sedang berada di bandara, ia ingin pergi meninggalkan kota Seoul. Dan soal ibunya jatuh sakit, itu hanya alasan. Karena jika tidak, Eunji tak akan membiarkannya pergi.
Beberapa menit lagi pesawat Chorong akan berangkat dan sebentar lagi dia akan pergi meninggalkan semuanya.

Meninggalkan kenangannya.

3 tahun kemudian.

Nampak seorang wanita sedang berjalan keluar dari Airport sambil menggandeng sebuah koper berwarna cokelat dengan kacamata hitam yang menempel di wajahnya.
"Chorong-ssi! Chorong-ssi," panggil sesorang dari kejauhan.
Perempuan ini segera berbalik menatap sesorang yang memanggilnya. Saat ia melihat sesorang yang memanggilnya tadi, seketika senyuman terukir di wajahnya. Ia segera melangkah menuju orang itu.

"Eunji-ssi, apa itu kau?" tanya Chorong. Eunji mengangguk. Yah, wanita di hadapan Chorong adalah sahabat lamanya. Sahabat yang telah menikahi orang yag ia sayangi. Namun semua itu sudah berakhir. Kini Chorong sudah memulai hidup baru.

"Wah! Kau hamil, Eunji-ssi?" tanya Chorong saat melihat perut sahabatnya yang mulai membesar.
Eunji hanya mengaguk.

"Anak Suho?" tanya Chorong.
Eunji menggeleng.

Melihat tingkah sahabatnya ini Chorong semakin bingung, bukankah 3 tahun lalu Eunji menikahi Suho? Tetapi kenapa?
Tiba-tiba terdengar sesorang yang memanggil nama Eunji. Dia adalah seorang pria, tapi bukan Suho. Dan tampaknya Eunji sangat bahagi melihat pria itu.

Siapa pria ini?

"Dia siapa, Eunji-ssi?" tanya Chorong.

"Dia Myungsoo, suamiku," kata Eunji dengan gamblangnya.
Sontak mata Chorong membulat sempurna, bagaimana bisa pria yang bernama Myungsoo ini adalah suami Eunji? Bukankah Suho yang dinikahi Eunji dulu? Ini semakin membuat Chorong bingung.

"Maksudmu?"

"Ayo kita pergi dari sini, nanti akan aku jelaskan," kata Eunji langsung menarik tangan Chorong.

***

Kini Chorong tengah berada di ruang tamu, lebih tepatnya di rumah Eunji. Dia sedang duduk memanadangi ruangan ini. Dari tadi ia mancari foto Suho di sini tetapi tidak ada.

"Ini, minumlah," kata Eunji yang tiba-tiba datang. Chorong hanya menangguk.

"Cepat jelaskan semua ini!" Kata Chorong.

"Baiklah. Begini, sebenarnya 1 tahun setelah menikah dengan Suho, dia meninggal dunia. Kata ibunya dia memang memiliki penyakit yang kapan saja dapat mencabut nyawanya. Dan setelah itu, aku semakin terpuruk. Aku ingin menghubungimu, tetapi nomormu tak pernah aktif. Hingga aku bertemu dengan Myungsoo. Aku dan Myongsoo jatuh cinta pada pandangan pertama. Lama- kelamaan kami memutuskan untuk menikah," jelas Eunji.

"Apa?! Jadi, Suho sudah meninggal? 2 tahun lalu?" tanya Chorong tak percaya. Pikirannya kembali berputar dengan kenangan yang sempat ia lalui bersama Suho. Kenangan terindah sekaligus kenangan pertama dalam hidupnya. Suho adalah pria pertama yang mengubah pikiran buruk tentang 'pria' di pikiran Chorong.

"Dan ini, Suho menitipkannya untukmu. Aku tak tahu apa isinya," kata Eunji menyerahkan sebuah kotak berwarna violet kepada Chorong.

"Ini dari Suho?" tanya Chorong memastikan. Eunji hanya mengangguk.

SKIP TIME

Kini Choorng sedang duduk di tepi pantai. Angin meniup rambutnya hingga melambai-lambai. Pandangannya masih tetap fokus kepada kotak berwarna violet yang diberikan Eunji kepadanya.
Hingga tangannya terulur membuka kotak itu. Nampak di dalam kotak itu terdapat sebuah foto dirinya dan Suho yang sedang berbahagia. Sekilas Chorong tersenyum melihatnya, tetapi pandangannya langsung teralih kepada sebuah kertas yang berwana sama dengan kotak itu. Tanpa menunggu lama, Chorong segera membukanya.

From : Suho

Dear : Chorong

Aku tahu saat kau membaca surat ini aku sudah tak ada di dunia. Maafkan aku Chorong-ssi, maafkan semua kebodohanku yang membuatmu jatuh cinta kepadaku. Sungguh, aku tak pernah tahu jika Eunji adalah sahabatmu. Jika aku tahu, aku tak akan menyetujui pernikahan itu.

Aku adalah pria yang lemah dan bodoh. Aku pria yang memiliki penyakit yang kapan saja dapat merenggut nyawaku. Sebenarnya aku sangat menyukaimu Chorong-ssi, tetapi aku sadar jika aku bukan yang terbaik untukmu.

Maafkan aku.

Dan aku rasa, aku sudah tahu bunga apa yang aku sukai. Dulu sebelum bertemu denganmu, aku menyukai semua bunga. Tidak ada yang spesial, semuanya sama. Namun saat kau datang ke rumahku membawa bunga violet itu, seketika aku langsung menyukai bunga itu. Terima kasih Chorong-ssi.

Kau gadis violet-ku yang berharga, aku berharap jika kau datang ke tampat ini, kita dapat bertemu lagi. Namun kau harus tinggal di sana lebih lama. Hiduplah dengan bahagia Chorong-ssi, kau pantas mendapatkannya. Jika kau bahagia, maka aku di sini akan bahagia juga. Tersenyumlah.

I love You, my Violet.

Seketika tangis Chorong pecah saat selesai membaca pesan terakhir Suho untuknya. Menangis dan terus menangis, itulah yang sedang di lakukan Chorong sekarang. Mengetahui sebuah kenyataan, tapi ia harus tetap bahagia seperti keinginan Suho terhadapnya. Ingin rasanya memutar kembali waktu, ia ingin menghabiskan waktu bersama Suho di saat terakhir hidupnya.

Menyesal memang selalu datang terlambat. Ini kesalahannya tanpa bertanya dulu. Chorong dengan gampangnya membenci Suho. Namun inilah hidup, terkadang kita salah menilai sesuatu. Dan seperti keinginan Suho terhadapnya, ia harus bahagia jika ia ingin Suho bahagia di sana.

Memang benar, semua yang kita lihat belum tentu kebenaran.

End

Screw : SryWahyuni7
Editor : Rilamickey

A/n : Review ya tenan-teman. Kritik dan saran ^^ gomawo

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top