EVENT SINDROM_WHAT'S WRONG WITH MY WIFE?
Screenwriter: anditia_nurul // Casts: Super Junior Kyuhyun & SNSD Yoona
*
"Selamat datang kembali ke rumah."
Kyuhyun membuka pintu sembari mempersilakan istri dan anaknya masuk. Lelaki itu mengangkat dua tas pakaian, lantas menyusul dua perempuan kesayangannya menuju kamar. Kyuhyun melihat istrinya, Yoona, duduk di tepi tempat tidur, memandangi bayi mereka yang terbaring. Kendati tangan istrinya mengelus lembut kepala bayi mereka, lelaki itu bisa melihat aura kesedihan melingkupi perempuan itu.
Dua hari yang lalu, Kyuhyun dan Yoona resmi menjadi orang tua. Yoona, melahirkan bayi perempuan yang diberi nama Cho Kyuri secara normal. Hanya saja ada satu masalah. Yoona sulit menyusui lantaran dia memiliki inverted nipple—puting payudara masuk.
"Yoon?" panggil Kyuhyun.
Yoona terperanjat. Dia mendongak dan menatap suaminya. "Ya?"
"Kau tidak apa-apa?"
Perempuan itu tampak kesulitan menyunggingkan senyumnya. Sejak tahu kondisinya, sulit baginya untuk merasa bahagia. Ditambah lagi ASI-nya juga tidak keluar. Yoona menghela napas, kemudian menatap Kyuhyun dan berkata, "Aku baik-baik saja."
Namun, Kyuhyun tahu sorot mata istrinya berkata sebaliknya.
***
Tangisan Kyuri membuat Yoona terbangun dari istirahatnya. Lekas dia mengambil botol berisi susu formula, lalu menyusui Kyuri. Hanya ini yang mampu Yoona lakukan. Susu formula adalah satu-satunya penolong untuk bayinya yang kelaparan.
"Tok! Tok!"
Yoona menyeret pandangannya ke arah pintu dan mendapati Kyuhyun masuk ke kamar bersama teman-temannya di kantor. Yoona segera mengumbar senyum.
"Wah! Kyuri cantik sekali. Mirip ibunya," komentar teman Kyuhyun.
"Terima kasih."
"Kenapa kau memberinya susu formula, Yoona-ssi? Akan lebih baik jika kau memberinya ASI."
Yoona menghela napas panjang segera setelah kalimat itu menyentuh indra pendengarannya. Perempuan itu menggigit bibir untuk menahan ngilu yang terasa di tengah dadanya. "Uuh..., ya, ASI-ku tidak keluar, makanya aku memberi susu formula pada Kyuri." Perempuan itu menyungging senyum untuk membendung air matanya.
"Mungkin kalian bisa memberi saran supaya ASI Yoona melimpah," ujar Kyuhyun.
Lantas, rekan-rekannya mulai bersuara. Menceritakan pengalaman mereka dulu ketika memiliki bayi. Namun, yang terdengar di telinga Yoona, mereka sedang tidak berbagi pengalaman, melainkan pamer betapa melimpahnya ASI mereka dulu. Belum lagi jika ada kalimat-kalimat yang membandingkan antara bayi yang minum ASI dengan yang tidak.
"Bayi yang mendapatkan ASI akan tumbuh lebih baik."
"Mereka juga akan lebih sehat."
Sungguh! Ingin rasanya Yoona mengusir mereka keluar dari kamar. Perempuan itu tidak sanggup membayangkan betapa kasihan hidup anaknya kelak sebab ia tak mampu memberi ASI. Yoona takut anaknya tidak bisa tumbuh dengan baik karena dirinya.
***
"Yoon! Yoona-ya! Im Yoona!"
Suara Kyuhyun yang membangunkan Yoona pada keesokan harinya membuat perempuan itu seakan ingin menangis. Bukan karena suara suaminya terlalu keras. Hanya saja ... Yoona baru tertidur sekitar dua-tiga jam yang lalu. Nyaris semalaman dia tidak bisa tidur lantaran bayinya terus saja menangis.
"Bayi kita ...," katanya. "Bayi kita sepertinya sakit. Lihat badannya."
Kepanikan Kyuhyun membuat Yoona segera mengambil posisi duduk untuk mengecek kondisi Kyuri. Seketika perempuan itu membelalak tatkala ia mendapati tubuh bayinya menguning. A-apa yang terjadi?
"Kita harus membawanya ke rumah sakit. Aku takut terjadi apa-apa."
Berusaha mengendalikan diri dan menahan air mata, Yoona menggendong bayinya. Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit, Kyuri terus menangis. Suaranya yang melengking memaksa Yoona menahan pilu yang menyayat hati.
"Ssh ... sabar, Sayang. Eomma dan Appa sedang membawamu ke rumah sakit." Yoona menyeka air matanya yang mulai meleleh. Sayang, Eomma mohon kamu sabar, ya.
Setibanya di rumah sakit, dokter memeriksa kondisi Kyuri. Dan benar saja, memang terjadi sesuatu. Kadar bilirubin dalam tubuh bayiku cukup tinggi lantaran kekurangan ASI. Karena itu, proses perpindahan bilirubin ke sel hatinya tidak lancar sehingga kulitnya menguning. Dokter menyarankan agar Yoona memberi ASI pada Kyuri sesering mungkin.
"Baik, Dok. Gomawo," tutur Yoona nyaris tak terdengar.
Ia dan Kyuhyun bergegas pulang. Di dalam taksi, perempuan itu sengaja meminta suaminya untuk menggendong Kyuri. Dia merasa tidak pantas untuk menjadi ibu dari bayi cantik itu. Gara-gara kamu, Kyuri jadi sakit, Yoon! Kau tidak bisa menjadi ibu kalau seperti ini caranya! Kau payah!
Segera perempuan itu keluar dari taksi begitu kendaran tersebut menepi. Yoona tidak peduli apakah Kyuhyun yang menggendong Kyuri tengah mengejarnya atau tidak. Dia hanya ingin segera menumpahkan air mata yang sedari tadi mendesak pelupuknya. Perempuan itu ingin segera melepaskan tali yang mengikat dadanya dan membuat napasnya sesak.
Yoona mengurung dirinya di kamar mandi. Dia sengaja membuka keran agar suara aliran air bisa meredam tangisnya. Di dalam bilik kecil itu, Yoona tak henti menyalahkan dirinya sendiri. Mengatai dirinya bodoh dan tidak berguna. Ibu macam apa yang tidak mampu melakukan hal sederhana seperti memberi ASI pada bayinya? Apakah perempuan sepertiku bisa disebut sebagai seorang ibu?
Yoona meremas rambutnya frustrasi. Kepalanya mendongak, menatap langit-langit yang memburam karena air matanya. Perempuan itu merasa tidak sanggup dengan status barunya sebagai seorang ibu. Terlebih dengan kondisinya yang—ah! Rasanya Yoona ingin membentur-benturkan kepalanya ke dinding jika mengingat kekurangan yang dimilikinya sebagai ibu baru.
Ibu yang tidak bisa melakukan hal sesederhana menyusui.
***
"Aku tidak mau menggendongnya!"
Kalimat Yoona bagai guntur yang menyambar indra pendengaran Kyuhyun. Keluar dari kamar mandi, lelaki itu meminta istrinya menidurkan Kyuri. Namun yang ia dapat adalah sebuah penolakan.
"Kenapa? Kyuri sedang sakit, Yoon. Dia butuh kamu."
Yoona menatap bayi di dalam gendongan Kyuhyun. Perasana enggan berdekatan dengan bayi itu muncul tiba-tiba. Perempuan itu lantas mengalihkan wajahnya sembari berkata, "Aku mau istirahat. Kau saja yang mengurus Kyuri!"
"Tapi, Yoon ...."
"KUBILANG TIDAK YA TIDAK, KYU!"
Perempuan itu mendengus. Dengan langkah lebar ia bergerak menuju kamar seiring air matanya menetes. Yoona pun tidak mengerti apa yang tengah ia alami saat ini. Perasaan bersalahkah? Ingin melepas tanggung jawab sebagai seorang ibukah? Atau ... dia terlalu tertekan atas kehadiran Kyuri?
Di kamar, Yoona mengempaskan tubuhnya. Tangisan Kyuri yang terdengar membuat kepalanya ingin pecah. Diraihnya bantal untuk menutup telinga. Tangisan anaknya membuat hati perempuan itu seperti disayat-sayat.
Ini salahmu, Yoona!
Salahmu Kyuri sakit!
Kau tidak pantas jadi ibunya!
Kau payah!
***
Yoona terbangun dan mendapati Kyuri terlelap di dekatnya. Pandangannya mengedar. Tidak ada Kyuhyun di sekitar mereka. Tatapannya lantas beralih pada bayi yang terbungkus selimut merah muda.
Kehadiran bayi perempuan itu seolah membawa banyak masalah baginya. Kyuri membuat Yoona melihat begitu banyak kekurangan yang ia miliki. Padahal sebelum bayi itu hadir, semua baik-baik saja. Ia bahkan tak pernah membentak Kyuhyun seperti apa yang ia lakukan sebelumnya.
Kyuri yang membuatnya terlihat payah.
Kyuri yang membuatnya berurai air mata.
Kyuri yang membuat sikapnya berubah.
Dan, tatapan Yoona pada Kyuri perlahan berubah. Tak ada sorot sendu yang menyatakan rasa bersalah karena membuat bayi itu sakit. Di matanya, Kyuri terlihat seperti sosok yang harus disingkirkan agar kehidupannya yang baik-baik saja segera kembali.
Singkirkan dia!
Dia biang masalah!
Dia yang sebenarnya membuatmu menderita, Yoon!
Bisikan-bisikan itu mendorong Yoona meraih bantal yang ada di dekatnya. Perlahan perempuan itu membawa bantal ke atas tubuh Kyuri. Kedua tangannya gemetaran tatkala sedikit lagi ia bisa membekap bayi mungil itu. Dia seakan tak mampu mengendalikan diri untuk menjauhkan bantal yang semakin kehilangan jarak dengan bayinya.
"ASTAGA, YOONA! APA YANG KAU LAKUKAN?"
Yoona tersentak. Sekujur tubuhnya gemetaran begitu ia mampu mengontrol dirinya secara utuh. Untuk sesaat ia menatap bantal yang ia pegang, lantas membuangnya jauh-jauh.
"APA KAU SUDAH GILA, HAH? KAU MAU MEMBUNUH ANAK KITA?"
Yoona mendongak dan didapatinya tatapan Kyuhyun yang begitu menusuk. Lelaki itu kini menggendong Kyuri erat-erat.
"A-aku ...." Air mata Yoona menetes.
"Aku akan menjauhkan Kyuri darimu. Kau tidak boleh dekat-dekat dengan Kyuri!"
Kyuhyun yang membawa Kyuri keluar dari kamar tergambar dalam pandangan Yoona yang memburam. Tangannya meremas seprei. Menyalurkan perasaannya yang baru saja remuk. Sakit.
Yoona tidak tahu apa yang salah pada dirinya.
Bagaimana ia bisa hampir membunuh Kyuri?
Bayinya sendiri?
***
Kyuhyun nyaris tidak percaya pada tindakan Yoona tadi. Beruntung dia masih sempat mencegah Yoona. Apa jadinya jika dia terlambat sedetik saja? Dia tidak berani membayangkan.
Saat ini, Kyuri dan Yoona sedang tertidur di kamar yang berbeda. Sejak sadar bahwa istrinya nyaris membunuh anak mereka, lelaki itu tidak mau mengambil risiko. Dia takut Yoona kembali ingin membunuh Kyuri.
Lelaki itu tidak mengerti, bagaimana mungkin seorang ibu tega ingin menghabisi nyawa putrinya? Kyuhyun menebak-nebak, apa mungkin Yoona tertekan oleh situasi dan kondisi? Apa statusnya sebagai ibu baru mempengaruhi kejiwaannya?
"Eh!"
Dering ponsel membuat lelaki itu tersentak. Nama "Ryeowook" tertera di layar. Ah! Kyuhyun sudah menunggu telepon dari sahabatnya itu sejak tadi.
"Kau sudah tidak sibuk sekarang?" tanya Kyuhyun antusias.
Hela napas terdengar di seberang. "Kalau aku sibuk, aku tidak mungkin menghubungimu sekarang, Kyu," ujar Ryeowook gemas. "Apa yang ingin kau bicarakan denganku?"
"Aku ingin bicara tentang istriku. Yoona. Aku tidak tahu apa yang salah dengannya. Tingkahnya sangat aneh, Wook-ah."
"Aneh bagaimana?"
Lantas, Kyuhyun mulai menceritakan apa yang telah terjadi. Sesekali Ryeowook menanggapi apa yang ia katakan. Lelaki itu mulai merasa putus asa menghadapi tingkah istrinya. Pikirnya, kebahagiaan akan datang begitu keluarga kecilnya lengkap—ada ia sebagai ayah, Yoona sebagai ibu, dan Kyuri sebagai anak. Namun yang terjadi malah sebaliknya. Istrinya tampak tidak menyukai keberadaan Kyuri.
"Menurutmu, apa yang terjadi, Wook-a?"
"Sepertinya, Yoona terkena baby blues syndrome, Kyuhyun-a."
"Baby—apa?"
"Baby blues syndrome. Sindrom yang biasa dialami oleh sebagian besar perempuan yang baru menjadi ibu," jawab Ryeowook. Sahabat Kyuhyun yang merupakan seorang psikiater tersebut lantas menjelaskan perihal sindrom yang disebutkannya barusan.
"Jangan paksakan istrimu menjadi istri yang sempurna. Tadi kau bilang dia tidak bisa memberi ASI, kan? Jangan paksa dia. Beri dia pengertian bahwa tidak semua perempuan mampu memberi ASI pada bayinya. Ajak dia bicara. Bantu dia mengurangi atau menghilangkan hal-hal yang membuatnya khawatir."
"Aku mengerti."
"Sindrom ini biasanya akan hilang dengan sendirinya, Kyu. Paling dua minggu hingga satu bulan setelah melahirkan."
"Aku lega mendengarnya."
"Tapi, kau harus membantu istrimu melewati sindrom yang sedang ia hadapi. Karena jika baby blues syndrome-nya tidak tertangani dengan baik, istrimu bisa mengalami postpartum depression. Depresi pasca melahirkan. Dan itu jauh lebih parah dari baby blues syndrome."
Mendengar penuturan Ryeowook, Kyuhyun hampir tidak mampu menelan ludahnya sendiri karena takut.
***
"AAARRRGGGH!!!"
Kyuhyun terbangun oleh suara teriakan Yoona. Sontak lelaki itu melompat dari sofa, tempat ia terlelap tanpa sengaja semalam. Langkah-langkah cepat dan lebarnya mengarah ke kamar.
Tadinya, Kyuhyun akan berjalan menuju kamarnya dan Yoona. Akan tetapi, melihat pintu kamar di sebelahnya, kamar tempat bayinya berada terbuka, seketika saja ia merasakan firasat buruk.
"AAARRRGGH!!!"
Kyuhyun telah berdiri di ambang pintu ketika Yoona berteriak. Kedua tungkainya seketika kehilangan kekuatan tatkala pandangannya terisi olehseonggok buntalan bersimbah darah. Lekas dia menyandarkan diri pada bingkai pintu seiring jantungnya mencelus.
Terlambat.
Lelaki itu terlambat menyelamatkan putrinya.
"Kyuhyun-a, apa yang terjadi padaku? Apa yang sudah aku lakukan?"
Lelaki itu menyeret penglihatannya ke salah satu sudut ruangan. Istrinya meringkuk di sana. Cairan merah membasahi sepasang telapak tangannya, begitupun pisau yang tergeletak tak jauh dari perempuan itu.
Air mata Yoona berurai. Rambutnya kusut bukan main. Entah berapa kali dan sekeras apa ia menjambak surai hitam miliknya.
"Kenapa kau melakukan ini, Yoona? Kenapa kau membunuh Kyuri?"
Yoona menggeleng, masih dengan air mata yang meleleh. "Kyuhyun-a, aku ... aku ...."
"Aku akan menelepon polisi dan rumah sakit jiwa. Kau harus pergi dengan mereka!"
Yoona meringkuk. Mengusap wajah hingga cairan merah kental itupun melengket di sana. Tangisannya pecah saat melihat Kyuhyun beranjak dari ambang pintu.
"KYUUU, AKU MINTA MAAF. AKU TIDAK SENGAJA."
***
Kyuhyun memandang Yoona yang duduk di tepi tempat tidur itu dari balik pintu. Dilihatnya perempuan itu tengah bercanda tawa, menghibur bayi dalam gendongannya. Meski begitu, tubuh Yoona yang ringkih, juga rambut yang tampak kusut membuat lelaki itu tidak mampu menahan air matanya. Setetes cairan bening mengalir di pipinya sebab menyadari Yoona-nya saat ini tak lagi sama dengan Yoona-nya yang dulu.
"Untuk saat ini, kamu belum bisa menemuinya, Kyu."
Kyuhyun mengalihkan pandangannya ke arah Ryeowook yang entah sejak kapan berdiri di dekatnya. "Apa dia bisa disembuhkan?"
"Ya. Kami sedang memberinya beberapa terapi," sahut Ryeowook. "Tapi, kau juga harus berdoa untuk kesembuhan Yoona."
Kyuhyun menyeret pandangannya kembali ke arah Yoona. Kali ini perempuan itu terlihat mengelus-elus kepala bayinya—kepala boneka bayinya.
Sejak kejadi satu bulan yang lalu, kondisi kejiwaan Yoona sangat terguncang. Dia tidak bisa berhenti menyalahkan diri atas kematian bayinya, atas ketidakbecusannya menjadi ibu. Beberapa kali Kyuhyun mendapatinya berusaha mengakhiri hidup. Hingga akhirnya, Yoona pun dititipkan di sebuah rumah sakit jiwa.
"Selalu. Aku selalu mendoakan agar dia bisa sembuh," respons Kyuhyun. "Dan keluarga kecilku bisa utuh kembali, meski itu artinya hanya ada aku dan Yoona."
=THE END
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top