BECAUSE IT'S YOU (Songfict)
Apa itu cinta?
Apa cinta benar-benar menyakitkan?
Apa cinta benar-benar membuatku buta akan perasaan yang ada di hati ini?
Dapatkah aku berhenti untuk merasakan sebuah cinta?
Mengapa hati ini tak bisa menolak ketika seluruh jiwa dan raga ini dibutakan oleh sebuah cinta?
Apa yang harus kulakukan setelah ini ?
~Hayoung POV~
Aku terus menerus merasa takut karena mencintaimu.
Kau akan menjauh jika aku makin mendekat. Aku seperti orang bodoh yang tak bisa berkata apacpun.
Hatiku memanas saat memikirkanmu.
Karenamu aku merasakan sakit, mengeluh, tertawa, dan menangis tak berguna
ͻͻͻͻͻͻ
Menurutku, cinta adalah dia. Seseorang yang tidak bisa kugenggam. Yang hanya bisa dirasakan kehadirannya dari kejauhan. Mengagumi dari kejauhan adalah caraku untuk selalu mencintainya. Walau rasanya sakit, tapi semua itu berubah saat yang aku cintai adalah dia. Sebut saja aku bodoh, bahkan aku menyadari aku sangat bodoh. Bodoh karena terlalu mencintainya. Mencintai seseorang yang hanya memandangku sebagai adik kelasnya seperti ia memandang teman-temanku yang lain.
Aku akan menjadi orang kaku ketika dia—sebut saja Sehun Sunbae—berada di dekatku. Dan, betapa bodohnya ketika pertama kali aku melihatnya, aku langsung jatuh cinta padanya dan memutuskan untuk berada dalam klub sekolah yang sama. Tak seperti teman-temanku yang lain yang bisa tertawa bersama dengan Sehun Sunbae, aku hanya bisa memandangnya dari kejauhan tanpa berkata apa pun dan sesekali tersenyum kecil ketika dia tersenyum bersama orang lain. Bukankah itu menyaakitkan? Ya, itu sangat menyakitkan. Karena aku takut jika aku semakin mendekatinya, ia juga akan semakin tak nyaman dan berakhir dengan menjauhiku. Jadi, inilah yang bisa aku lakukan. Melihatnya tersenyum walau bukan denganku.
Hatiku memanas ketika aku memikirkanmu. Memikirkan seseorang yang belum tentu memikirkanku. Terkadang aku tertawa, menangis, mengeluh, juga merasakan sakit yang tak berguna. Dan, aku ingin kau tahu, ini semua karenamu.
Karenamu aku begini, karena kau yang kucintai.
Berkali-kali pun aku tak bisa bertahan.
Karena sejak pertama aku hanya tahu tentangmu.
Semua karenamu. Karenamu yang kurindukan. Aku mencintaimu.
Meskipun sakit, meskipun sulit, karenamu aku baik-baik saja.
ͻͻͻͻͻͻ
Aku bahkan tak bisa melihat orang lain, orang yang mungkin memperhatikanku sebagaimana aku memperhatikanmu. Entahlah, kau masih menjadi satu alasan mengapa hati ini tak bisa terbuka untuk orang lain. Walaupun berkali-kali aku merasa tersakiti dan terjatuh, tapi hati ini tak bisa berhenti untuk mencintaimu. Karena sejak pertama aku hanya dapat memperhatikanmu dan hanya tahu tentangmu. Hanya kamu.
Entah apa yang harus aku katakan, entah apa yang harus aku lakukan, hanya satu yang ingin aku pertanyakan. Bagaimana rasa ini bisa tumbuh di hatiku? Rasa nyaman, tapi khawatir akan kehilanganmu.
Ketika aku bersamamu, ketika aku berada di dekatmu, aku hanya dapat menahan sebuah rasa yang benar-benar ingin kuungkapkan. Entah apa yang ada di hati dan pikiranmu ketika kita sedang bersama. Apakah itu berisi tentang perasaan yang sama ataupun sebaliknya? Aku tak tahu. Yang tahu hanya hatimu sendiri.
Flashback on
Tubuhku terasa lemas dan aku merasakan kepalaku berputar-putar. Hari ini semua murid baru harus mengikuti acara sekolah, kami semua harus menginap selama dua hari satu malam di sekolah. Dan, kalian tahu sekolahku ini memiliki banyak hal mistis. Sebut saja aku sebagai perempuan indigo. Ya, aku bisa melihat hal semacam itu. Tapi, apa kalian tahu? Pembahasan ini sangatlah tidak penting.
Ketika acara sekolah akan dimulai dengan upacara pembukaan, aku tak bisa menahan tubuhku sendiri hingga pada saat itu aku merasakan sebuah tangan membopong tubuhku menuju UKS.
"Apa sangat pusing?" Suara itu, suara lembut memasuki telingaku. Perlahan aku membuka mata. Namun, aku sangat menyayangkan keputusanku untuk membuka mata. Karena apa? Aku bersumpah jantungku berdetak dengan kencang. Bagaimana tidak? Sehun Sunbae, seseorang yang telah aku kagumi dari awal aku masuk ke sekolah ini sekarang berada tepat di depan mataku. Oh Tuhan, aku ingin sekali menjerit.
"Hey! Apa kau merasa mual?" Aku tersadar ketika ia menggoyangkan tangannya ke arah wajahku.
"A-ah n-ne, Sunbae. Aku merasa pusing juga kedinginan."
Ya, ketika kecil memang aku memiliki perbedaan suhu tubuh. Jika udara panas, terkadang aku merasa sangat kedinginan. Seperti sekarang ini.
"Dingin? Aku bahkan kepanasan," ucapnya sambil mengipasi dirinya dengan tangannya sendiri. Dan, itu terlihat lucu di mataku.
"Ya, aku sedikit memiliki perbedaan dengan orang lain," ucapku sambil tersenyum.
"Oke, tunggu sebentar. Aku akan mengambilkan selimut." Aku hanya mengangguk. Setelah dia pergi, aku memegang dadaku sendiri dan merasakan sebuah detakan kencang.
"Aish, tenanglah, Jantung. Mengapa kau seperti ini? Oke rileks Hayoung-ie." Ketika aku mengipasi wajahku sendiri, tak disangka Sehun Sunbae kembali.
"Apa kau merasa kepanasan sekarang?"
"A-ani, Sunbae." Aku merasakan sebuah sengatan hangat di telapak tanganku ketika Sehun Sunbae memegang tanganku.
"Ah, benar kau memang kedinginan. Pakai ini." Ia menyelimutiku dengan selimut yang ia bawa.
"Terima kasih, Sunbae"
"Apa kau ingin minum obat? Apa kau sudah makan?"
"Aniya, aku belum makan"
Dan, Sehun Sunbae terus mengomeliku karena aku tidak ingin makan apa pun untuk hari ini. Tapi, dia terus saja memaksa hingga ia hampir menyuapiku. Aku sengaja menahannya karena, ya coba saja kalian pikirkan jika kalian disuapi oleh orang yang kalian sukai. Dan, masih banyak lagi kejadian-kejadian yang membuatku harus menahan semburat merah yang akan muncul di pipiku.
Flashback off
Mengusik hatiku, selalu seperti itu.
Aku terus memandang, terus menunggu, aku bersedih karenamu.
Karenamu aku begini, karena kau yang kucintai.
ͻͻͻͻͻͻ
Aku hanya bisa melihatmu dari jauh. Aku hanya bisa mencintaimu dalam diam . Dan, hanya bisa merasakan sebuah cinta yang tak terbalaskan. Itu begitu menyakitkan. Ketika aku mengetahui bahwa kau sudah tahu aku mencintaimu. Namun, kau mencoba untuk berpura-pura dengan semua keadaan ini. Dengan perasaan yang aku miliki padamu.
Kau mulai berubah ketika kau mengetahui bahwa aku menyukaimu. Berbicara seperlunya dengan mata yang tak ingin aku pandang, bahkan kau mengalihkan pandanganmu ketika mata kita bertabrakan. Apa kau itu? Itu benar-benar menyakitkan untukku. Yang hanya memandangmu ketika kau tertawa puas bersama teman-temanku. Aku iri, sangat iri. Dan jujur, aku bersedih untuk itu semua.
Flashback on
Hari ini adalah hari yang sangat melelahkan, setelah selama satu bulan klub di sekolahku menyiapkan suatu acara perlombaan. Aku di sini menjadi sekertaris inti. Pekerjaanku sedikit berat untuk kali ini.
Setelah acara perlombaan itu selesai, aku merasakan badanku menggigil juga kepalaku berdenyut sakit. Aku mencoba untuk mengistirahatkan diri di dalam ruang klubku. Aku merebahkan badanku di atas kasur dan juga menyelimuti diri sendiri. Anggota lain sedang membersihkan semua peralatan yang sudah digunakan ketika perlombaan. Dan tentunya, sebelum istirahat aku meminta izin terlebih dahulu kepada semua anggota.
Ketika aku mulai menutup mata, aku mendengar suara pintu terbuka. Tapi, aku tetap memejamkan mataku karena aku terlalu pusing untuk sekadar membuka mata.
"Apa kau sakit?" Suara itu! Suara yang membuat hatiku bergetar. Perlahan aku mencoba untuk membuka mata.
"Eum, ya." Aku menjawab lemah karena jujur aku memang sangat lemas.
"Oh, iya." Setelah mengucapkan kalimat itu, Sehun Sunbae membalikkan badannya dan keluar dari ruangan ini.
Hatiku sangat sakit. Mengapa? Mengapa ini berbeda sekali dengan saat pertama kali aku dekat dengannya? Memiliki perhatiannya ketika aku sakit. Kali ini dia sudah berubah. Tapi, apa dia harus seperti ini? Apa dia tidak mengetahui isi hatiku yang sekarat seperti ini? Rasa sakit mulai menjalar di seluruh tubuhku. Hingga tak terasa kristal bening turun melewati pipiku.
"Cklek!"
Ketika suara pintu terdengar kembali, dengan cepat aku menghapus air mata yang ada di pipiku.
"Ahhh hari ini sangat lelah. Kepalaku pusing." Aku membalikkan tubuhku ketika mendengar suara sahabatku. Lalu aku mencoba tersenyum.
"Hayoung-ie, kau kenapa? Kau habis menangis?" Tanya Eunji padaku.
"Aniya, aku hanya sedikit pusing dan badanku lemas."
"Ya, sudah, istirahatkan tubuhmu dulu. Jangan terlalu lelah."
"Eum, terima kasih." Aku bersyukur memiliki sahabat seperti mereka, Eunji, Naeun, dan Bomi. Mereka adalah kekuatanku. Aku melihat Bomi merebahkan dirinya di ranjang yang ada di sebelahku.
"Ah, lelah sekali." Suara itu kembali, aku tak ingin mendengarnya untuk kali ini. Sangat tak ingin mendengarnya.
"Eh, Bomi kenapa?"
"Hanya sedikit pusing, Sunbae." Aku hanya mampu mendengarkan percakapan mereka dalam diam. Dan, tentunya memunggungi mereka.
"Jangan terlalu dipaksakan. Kau harus istirahat. Aku tak mau melihat kau jatuh sakit." Kalimat itu membuat air mataku turun kembali. Perkataaannya sangat berbeda ketika ia tahu aku juga merasa pusing. Seketika aku merasakan sebuah genggaman hangat pada tanganku. Dan, aku mencoba untuk membuka mata secara perlahan.
Aku melihat sahabatku, Naeun. Ia melihat sorot mata sedihku dan melihat air mataku mengalir begitu saja.
"Hayoung-ie, kau sudah minum obat?" Tanya Naeun
"Tak usah, g-gwaenchana." Aku mencoba untuk mengontrol suaraku agar tidak terdengar bergetar.
"Itu siapa?" Tanya Sehun Sunbae pada Naeun. Sunbae, kau tahu ini adalah aku. Tapi mengapa kau bertanya seolah-olah kau tak mengenaliku.
"Hayoung, sedari tadi ia di sini. Dia sakit. Apa kau tadi tak melihatnya, Sunbae?"
"Ani, aku tak melihatnya." Sudah berapa kali hatiku merasakan sakit karena ucapanmu. Apakah kau sebenci itu padaku? Aku mengeratkan genggaman tanganku pada sahabatku. Seolah aku mengatakan bahwa itu bohong dan mengapa itu menyakitkan?
"Dia Hayoung. Sepertinya Hayoung terlalu lelah selama satu bulan ini. Sunbae tahu kan dia begitu sibuk satu bulan belakang ini?"
"Hayoung? Apakah dia benar-benar sakit? Sepertinya aku tak yakin. Mungkin dia hanya berpura-pura."
"Hiks ...." Aku bersumpah, perkataannya tadi membuat hatiku tak tahan dengan semuanya. Tubuhku bergetar bahkan suaraku tak terdengar. Hatiku benar-benar sakit.
"Hayoung-ie, kau kenapa?" Aku mendengar suara panik dari Eunji.
"Apa pusing? Apa kau ingin bangkit? Ayo minumlah dulu." Aku memilih untuk duduk dan menyandarkan punggungku pada kepala ranjang dengan bantuan dua sahabatku. Setelah aku merasakan cairan mengalir di tenggorokanku, seketika kulihat Sehun subae dengan air mata yang masih mengalir.
"Tidakkah kau tahu, Sunbae? Menyimpan perasaan pada seseorang itu begitu sulit." Aku tersentak ketika mendengar perkataan Naeun. Ia tak boleh mengatakan apa pun.
"Apa kau pernah merasakan sebuah cinta yang sangat besar pada seseorang? Dan, menyimpannya begitu saja dalam hati? Berada di sekitar orang yang kau cintai setiap hari, namun disakiti setiap saat dengan kepura-puraan yang diciptakan oleh seseorang yang kau cintai tersebut? Apa kau pernah merasakannya? Kau tahu itu sangat menyakitkan. Begitu pun dengan Hayoung...." Inilah yang aku khawatirkan. Aku takut semuanya terbongkar. Aku menggenggam tangan Naeun agar ia tak melanjutkan ucapannnya.
"Dia banyak tersakiti karena tingkah dan ucapanmu, Sunbae." Perasaan takut menyerangku ketika aku melihat Sehun Sunbae berbalik ke arah pintu dan menutupnya begitu saja.
Aku menghabiskan hari itu dengan air mata luka yang ada dichati. Aku meluapkan seluruhnya pada sahabat-sahabatku. Ketika malam menjelang, sebelum aku menutup mataku untuk berlayar ke alam mimpi, aku mendengar handphone-ku berbunyi. Nomor yang tidak kukenal, tertera di layar.
"Yeoboseyo?"
"...." Tak ada jawaban sama sekali.
"Yeoboseyo, maaf dengan siapa?"
"...."
"Baiklah aku akan menutup teleponnya jika kau masih tak ingin berbicara, aku tu—"
"Mianhae." Suara ini? Apa benar ini Sehun Sunbae? Aku begitu mengenal suaranya.
"Se-sehun Su-sunbae?"
"Mianhae, aku tahu aku pengecut. Tapi, aku benar-benar minta maaf untuk semuanya. Maakan aku."
"Gwaenchana, Sunbae, aku tidak apa-apa"
"Apa kau masih sakit?"
"Eum ..., sedikit pusing."
"Semoga cepat sembuh, Hayoung-ah. Aku harap kau memaafkan semua kesalahanku."
"Terima kasih, Sunbae. Aku sudah memaafkanmu." Dan akan terus seperti itu. Lanjutku dalam hati.
"Eum, Hayoung-ah, kau tahu minggu depan aku akan pergi untuk melanjutkan pendidikanku?" Jujur, aku tak ingin mengingat itu, mengingat sebuah perpisahan. Aku benci perpisahan, apalagi dengannya. Dengan seseorang yang aku cintai.
"Ne, Sunbae."
"Begini aku ingin sebelum aku pergi, kita bertemu terlebih dahulu. Apa kau mau?"
"Bertemu? Untuk apa?" Kalian tahu saat ini jantungku berdetak kencang. Sangat kencang hingga rasanya aku ingin berlari sejauh mungkin. Apa itu berlebihan? Tentu.
"Ada yang ingin aku bicarakan denganmu"
"Baiklah, Sunbae. Kita betemu"
"Oke, terima kasih, Hayoung-ah. Sekarang kau istirahat. Jaga kesehatanmu selalu. Aku tutup."
"Baiklah sama-sama, Sunbae."
Dan, malam ini aku habiskan dengan terus memikirkan percakapan tadi dengan Sehun sunbae. Juga apa yang akan terjadi minggu depan. Akankah berakhir bahagia ataupun sebaliknya ?
ͻͻͻ
Hari ini adalah hari aku akan bertemu dengan Sehun Sunbae. Ini adalah hari terakhir ia berada di dekatku. Jujur, aku tak ingin ia pergi jauh dari sini. Tapi, apa boleh buat? Aku tidak berhak untuk melarang itu semua. Karena aku bukan siapa-siapa untuknya.
Kali ini aku pergi menuju taman sekolah untuk bertemu dengan Sehun sunbae. Ketika aku sampai, aku melihat sebuah punggung tegap. Aku pun menghampirinya.
"Sehun Sunbae?"
"Ah, Hayoung-ah. Duduklah." Aku pun langsung mengambil tempat di sebelahnya. Kalian pasti tahu apa yang sedang aku rasakan saat ini.
"Bagaimana kabarmu, Hayoung-ah?"
"Aku baik, Sunbae. Bagaimana denganmu?"
"Aku juga baik." Aku mengangguk kaku.
Kami kehilangan pembicaraan selama sepuluh menit. Entahlah. Aku memikirkan apa yang akan aku bicarakan untuk selanjutnya. Tapi, ini begitu canggung.
"Hayoung-ah ...." Suara itu membuatku tersentak. Seketika aku langsung menoleh ke arah sumber suara tersebut.
"Ne, Sunbae"
"Terima kasih. Terima kasih atas semuanya. Aku tahu kau menyukaiku. Tapi, maaf aku tidak bisa untuk saat ini. Maafkan aku karena banyak menyakitimu. Entahlah. Jika aku boleh jujur, aku selalu merasakan sesuatu yang berbeda di hatiku ketika berada di sampingmu. Seperti saat ini, aku merasakan jantungku berdetak kencang." Dia mengucapkan itu dengan mata yang lurus ke depan. Mataku berkaca-kaca ketika mendengar kalimat terakhirnya.
"Aku tahu, aku terlambat menyadari perasaan apa yang ada di hati ini. Tapi, jika memang benar ini adalah perasaan yang sama dengamu ..." Ia menolehkan kepalanya padaku. Lalu kami menatap satu sama lain dengan tatapan berbeda, "maukah kau mau menungguku? Aku tahu menunggu yang tidak pasti itu menyakitkan. Tapi, tunggulah aku untuk satu tahun ke depan. Apa kau mau?"
Aku menatap matanya dalam, mencari sebuah kebohongan di sorot matanya. Namun, aku tidak melihat itu semua. Aku hanya melihat kejujuran dan kesungguhannya.
"Ne, Sunbae, aku akan menunggumu."
"Grep!"
Aku merasakan tubuhku menghangat. Untuk saaat ini, biarkan aku menangis di dalam dekapannya. Aku bersumpah, aku tak bisa menahannya.
"Terima kasih, Hayoung-ah, terima kasih banyak."
Setelah kejadian itu, Sehun Sunbae pergi meninggalkanku tanpa kepastian apa pun. Dan, yang bisa aku lakukan saat ini ialah terus menunggunya. Hingga waktunya tiba.
Karenamu aku begini, karena kau yang kucintai
Semua karenamu, karena kau yang kurindukan, aku mencintaimu
Aku terus menerus menangis dan menjadi serakah karenamu
Semua karenamu
ͻͻͻͻͻͻ
Apakah kisah cinta ini akan terus seperti ini ataukah aku akan bahagia di akhir bersamanya. Mengapa hati ini masih terima dengan semua ini. Aku tahu aku serakah, tapi aku serakah demi kau, Sunbae.
ͻͻͻͻͻͻ
Mata ini,
Mata ini terlalu banyak melihatmu.
Hidung ini,
Hidung ini terlalu banya menghirup aroma tubuhmu walau dalam jauh.
Bibir ini,
Bibir ini terlalu banyak menyebutkan namamu dalam doaku.
Hati ini,
Hati ini terlau banyak menyimpan luka yang kau berikan.
Jiwa ini,
Jiwa ini terlalu banyak menahanku dalam cintamu.
Raga ini,
Raga ini tak bisa menolak semua yang telah anggota tubuh ini lakukan.
Hingga saat ini, aku masih mencintaimu. Walau saat ini kau jauh dari mata ini. Tapi, bukankah itu sudah terjadi sejak dulu? Namun, kau harus tahu rasa ini takkan pernah berubah dan berhenti untuk mencintaimu. Sampai suatu saat nanti, Tuhan yang akan menggantikanmu dengan seseorang yang akan mengerti hatiku dan dapat menghargai hati ini.
Terima kasih atas luka yang kau berikan selama ini.
Terima kasih atas segalanya.
Aku mencintaimu.
Dan,
Aku merindukanmu ...
Sehun Sunbae ...
Aku melakukan ini semua karenamu.
Karena itu kamu.
=THE END=
Screwriter: lindapcyxx
Editor: anditia_nurul
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top