MIRROR NIGHT (Vignette)

Dark red
.

.

.


Di kediaman rumah bercat putih ini, seorang pria sedang sibuk mengasah pisaunya hingga menjadi sangat tajam. Ia juga mengiris-iris lengannya sampai mengeluarkan cairan berwarna merah darah.

Kim Tae Hyung, itulah namanya. Tae adalah seorang pria dewasa yang mempunyai sifat pyschopath karena ia mempunyai penyakit kejiwaan. Sebenarnya Tae mempunyai paras menawan, sayang dia adalah pembunuh berdarah dingin.

Mengapa semua ini bisa terjadi? Marilah kuceritakan asal-usulnya.

***

Dulu, lahirlah seorang anak yang dinamai Kim Tae Hyung. Namun miris, setelah 9 bulan dirawat, Tae dibuang oleh orangtuanya. Akibat dia sudah bisa melihat dan berkomunikasi dengan arwah tak kasat mata. Orangtuanya takut dan membuangnya ke panti asuhan. Panti asuhan menemukannya di pintu utama. Tae tergeletak, terbungkus selimut dan sedang menangis. Jadi, Tae dibesarkan dan diasuh di panti tersebut.

Di saat pertumbuhannya, teman seusianya sibuk bermain dan bercanda ria, Tae justru menutup diri dari dunia luar. Ia seringkali berbicara sendiri dan berkhayal. Sampai dampak ini terdengar dari pihak panti tersebut, karena khawatir, Tae dibujuk dan diajak berkomunikasi dengan yang lain.
Begitu juga seterusnya, sampai dewasa.

Saat dewasa, Tae masih saja berada di panti tersebut. Pihak panti asuhan kemudian membuatkan dia kamar khusus dan ada teman baru yang tinggal di kamarnya. Dia akan satu kamar dengan Tae. Namun, Tae tidak suka ada kawan baru. Jadi, pada tengah malam, ia bangun dan membunuh teman tersebut.

Keesokan harinya, temannya tersebut terbunuh di sprei samping ranjangnya dengan darah yang mengalir dan bau menyengat. Lalu, kemana kah gerangan Tae? Rupanya dia kabur dari panti asuhan tersebut.

Kabar yang sudah dimuat publik menjadikan masyarakat khawatir dengan bocah berdarah dingin ini. Presiden Korea pun tak segan-segan mengarahkan seluruh personilnya hanya demi menangkap bocah tersebut. Sementara Tae, dia berdiam diri di sebuah bangunan bekas tua yang tidak ditempati lagi.

***

Drrtt... drrtt...

Handphone Tae berdering pertanda ada panggilan masuk. Setelah Tae bermain-main dengan pisau asahnya, ia segera mengecek handphone-nya yang tercantum nama 'Yoona'. Tae segera mengangkatnya dan segera mengubah suaranya.

"Halo, sayang? Ada apa?" Sapa Tae dengan suara yang dibuat-buat.

"Hai, Tae. Apakah nanti kita bisa bertemu di kafe langganan kita saat kencan?" Terdengar suara Yoona yang mengharap di sana.

"Untuk apa, Yoona?" Tanya Tae bosan, tetapi dengan suara lembut yang dipaksakan.

"Aku ingin mengatakan sesuatu, Tae," jawab Yoona di seberang sana dengan tidak sabaran.

"Baiklah, Yoona." Tae mengalah dan akhirnya mematikan teleponnya.

Telepon terputus.

Tae akhirnya bangkit dari kursi tuanya yang peyot dan memakai jaket abu-abu bertudung. Lengan jaket itu melindungi tangan Tae yang berdarah-darah akibat goresan pisau. Tak lupa untuk memakai tudung kepalanya agar tidak dikenal orang.

Sebelum pergi, ia sempat berkaca di cermin besar yang penuh cairan berwarna merah kental; darah. Tunggu dulu, cermin ini bukanlah cermin biasa. Cermin ini mempunyai arwah gaib di dalamnya. Di sinilah awal mulanya Tae menjadi psikopat. Ia mendapat bisikan gaib untuk melampiaskan amarahnya. Bukan hanya cermin ini, ketika Tae berkaca pula di cermin biasa, ia akan tetap mendapat bisikan dan dengungan para arwah dan menyuruh Tae membunuh.

Tae keluar dengan membawa ponsel yang ia kantongi. Ia berjalan menunduk bagaikan pria pendiam yang dianggap umum sebagai pria biasa. Tidak ada yang mengetahui bahwa pria yang berjalan ini adalah seorang pembunuh sadis.

Tae berjalan tanpa mempedulikan orang yang sesekali menatapnya dengan aneh. Tae hanya berjalan dan menunduk tanpa berani mengangkat wajahnya. Saat menyebrangi zebra cross yang juga dipadati oleh kerumunan orang, Tae tidak sengaja menabrak seorang wanita seusianya.

"Maaf, saya tidak sengaja." Kata Tae meminta maaf dengan datar. Tanpa basa-basi, Tae langsung meninggalkan wanita yang tampak marah. Tae tidak peduli dengan makian wanita itu.

"Dasar bocah tidak tahu diri. Sudah dingin, sombong pula." gerutu wanita yang ditabrak Tae tersebut yang sempat terdengar oleh Tae. Namun Tae tidak peduli, dia meneruskan langkah ke kafe yang sudah dekat untuk menemui Yoona. Sesampainya di kafe, ia duduk di meja luar dan mengirimkan pesan singkat untuk Yoona.

To: Yoona

From: Taehyung

Aku sudah sampai di kafe. Meja no. 18 bagian luar. Temui aku, cepat.

Send.

Pesan telah terkirim. Selang beberapa detik, ada pelayan yang datang untuk menanyakan pesanannya, tetapi Tae menundanya dan tetap menunggu Yoona. Dan saat Tae sedang menerawang, ia dikagetkan oleh sebuah suara yang menyapanya.

"Hai Tae, maaf kalau aku lama." Sapa Yoona tiba-tiba. Tae hanya mengeluarkan senyum paksaan yang semanis permen karet.

"Tak apa, Yoona. Omong-omong, mengapa kau menyuruhku datang ke sini?" Tanya Tae.

"Oh ya, aku hampir lupa. Aku mengajakmu ke sini untuk mengatakan sesuatu." Yoona berkata serius. Tae hanya diam dan menyimak. Ia menatap Yoona dengan bimbang.

"Aku ingin ... mengakhiri hubungan kita," jawab Yoona, yang seketika membuat Tae mematung. Lidahnya kelu tak bisa berkata.

Setelah berhasil mengendalikan perasannya yang bercampur aduk, Tae bertanya, "Apa alasanmu karena ingin putus dariku?" Tanya Tae dingin. Yoona menarik napas panjang dan mengembuskannya secara perlahan.

"Kamu adalah pembunuh berdarah dingin yang berhasil lolos dari panti asuhan itu, bukan? Kamu yang sedang gencar di publik beberapa tahun lalu, bukan?" Yoona bukannya memberi alasan, malah memberi pertanyaan yang langsung membuat Tae merasa dilempar ke angkasa dan melambung lalu jatuh tanpa ujung.

"Jawab aku, Tae!" Yoona kelihatan marah dan menuntut penjelasan lebih.

"Iya. Aku adalah pembunuh yang kabur dari panti tersebut, Yoona." Jawab Tae pelan dan dingin.

"Dasar pembunuh sadis. MULAI SAAT INI, JANGAN DEKATI AKU LAGI!" Yoona membentak dan menggebrak meja kafe sampai semua mata tertuju padanya. Tae hanya menunduk dengan muka datar. Sedangkan Yoona, ia pergi tanpa menoleh kepada Tae sedikitpun.

Setelah beberapa menit berhasil mengendalikan amarahnya, Tae segera bergegas kembali pulang dan merencanakan sesuatu untuk Yoona.

***

"Seharusnya kamu tidak memarahinya, Yoona. Apa kau tidak pikir bahwa pembunuh sadis jika dibentak akan membalas lebih keji?" Tegur Krystal saat ia bercakap-cakap dengan Yoona.

"Aku tidak memikirkannya. Aku terlalu hilang kendali dan tidak sabaran untuk memberitahunya, Krys," balas Yoona sayu.

Kali ini Yoona berada di rumahnya bersama Krystal, rekan kerja sekaligus sahabatnya. Yoona menceritakan peristiwa tadi siang dengan sayu. Jika jujur, Yoona masih menyayangi Taehyung. Tetapi di sisi lain, Yoona takut akan jiwa psikopat Tae.

Bagaimana bisa Yoona tahu? Rupanya Yoona tahu dari publik yang menghebohkan Tae. Dengan rekaman video yang memperlihatkan seorang pria membawa pisau yang berdarah-darah memakai tudung abu-abu yang sama seperti Tae. Akhirnya, Yoona berusaha keras mencari data-data tentang Tae dari kecil.

"Yoona, ada yang mengetuk pintu rumahmu," kata Krystal yang membangunkan Yoona dari lamunannya.

"Oh. Sebentar aku turun," balas Yoona dan segera beranjak dari duduknya. Ia menuruni anak tangga dan melewati ruang makan lalu sampai ke ruang tamunya. Yoona lantas membuka pintunya. Tidak ada siapa-siapa.

"Aneh. Tidak ada siapa-siapa," tanggap Yoona acuh. Yoona segera menutup pintu. Saat baru berjalan ke atas beberapa langkah, Yoona mendengar teriakan.

"YOONA! TOLONG AKU!" Teriak Krystal dari atas. Yoona yang awalnya lambat kini segera berlari menaiki anak tangga sampai lantai atas. Ia tidak mendengar lagi teriakan, hanya hening. Yoona memegang gagang pintu dengan tangan bergetar. Tubuhnya terasa lemas dengan napas memburu. Dan...

Clek.

Pintu kamar terbuka. Yoona memasuki kamarnya dengan langkah bergetar, jantung yang hampir copot. Namun, nihil. Krystal tak lagi ada di kamarnya. Aneh, kopi Krystal tetap tergeletak rapi di meja tanpa tersentuh apapun.

"Krystal? Kamu di mana? Jangan bercanda Krystal. Aku takut."

Ia berjalan beberapa langkah, sampai tepat di depan ranjangnya. Ia duduk dan mencari ponsel di saku jaketnya. Yoona menempelkan benda persegi panjang berwarna hitam tersebut.

"Hai, manis. Kau akhirnya meneleponku juga," kata suara di seberang sana. Suaranya terdengar licik.

"Tae! Apa yang kau lakukan dengan Krystal?! Kembalikan dia sekarang!" Bentak Yoona lewat telepon. Sementara di seberang sana, Tae hanya menyeringai sembari menatap Krystal yang dibekap dan diikat di kursi.

"Aku sedang 'bermain' bersama Krystal, sayang," jawab Taehyung santai. Ia juga menekankan kata 'bermain' sebagai makna lain.

"Tae, aku serius! Apa yang harus aku lakukan agar kau membebaskan Krystal, bocah psikopat!?" Bentak Yoona yang amarahnya mencapai ubun-ubun.

"Datanglah ke kafe langganan kita dulu. Aku akan mengajakmu ke 'suatu tempat." Taehyung berkata dengan pelan, lalu memutuskan sambungan telepon.

Tut.

Yoona mengatur napasnya yang memburu. Ia segera merapikan baju dan memakai jaketnya. Ia membawa ponsel genggamnya yang ia kantongi di saku jaket. Dan terakhir, Yoona membawa suntikan untuk berjaga-jaga. Isi suntikan itu adalah obat bius berat. Ia akan menusuk jarum tersebut jika Tae melawan dan mau membunuhnya.

Yoona keluar dari rumah dan mengunci rumahnya. Ia mengeluarkan mobil dan segera mengemudikannya ke tempat yang dituju.

Sesampainya di kafe tersebut, Yoona masih bingung karena psikopat tersebut belum terlihat. Lalu, ia segera mengeluarkan ponselnya dan mengirimkan pesan singkat.

To: Bocah Psikopat Sialan

From: Yoona

Psikopat, di mana kau!? Aku sudah sampai, bodoh!

Send.

Pesan terkirim. Yoona memilih duduk di kafe luar dan menunggu balasan dari Taehyung. Ia masih cemas dengan keberadaan Krystal yang diculik oleh si psikopat ini.
Saat merenung, tiba-tiba ponselnya bergetar pertanda pesan masuk.

From: Bocah Psikopat Sialan

To: Yoona

Aku baru sampai. Hubungi aku.

"Sialan!" Gerutu Yoona. Dia segera menghubungi Taehyung. Yoona melakukan suruhan Taehyung untuk meneleponnya. Untungnya, panggilan cepat tersambung.

"Halo, sialan. Di mana kau?" Tanya Yoona marah. Yoona sudah tidak sabar dengan adegan selanjutnya.

"Yoona, aku berada di meja no. 20 bagian luar. Aku juga membawa Krystal, manis," jawab Taehyung pelan dan licik. Yoona yang tadinya marah kini diam tak berkata. Yoona hanya ingin menemui Krystal, sahabatnya.

"Kutunggu kau, Yoona. Ingat, jangan membawa siapapun." Taehyung mengingatkan.

Tut.

Panggilan terputus. Yoona segera bangkit dari duduk dan mencari meja no. 20.

14, 16, 19 dan ... 20.

Inilah nomornya. Namun, tidak ada siapa pun menunggu di meja tersebut. Hanya sepucuk surat yang ditujukan untuk Yoona.

Ia membuka surat itu, dan isinya;
Maafkan aku. Aku salah meja, cantik. Lebih baik, kau pulang saja ke rumahmu. Aku menunggumu, sayang.

"Psikopat gila! Sebenarnya apa maunya, hah!?" Teriam Yoona marah. Ia melemparkan surat tersebut dengan asal dan berjalan sembari menghentakkan kakinya menuju mobil. Ia ingin segera pulang dan menyelamatkan Krystal dari bocah pembunuh ini.

Yoona mengendarai mobilnya dengan kencang. Ia ingin tahu apakah Krystal masih hidup. Ia sangat cemas akan keberadaan sahabatnya.

Sesampainya di rumah, ia memarkirkan mobilnya di halaman. Ia berjalan dengan cepat tanpa rasa takut. Ia kemudian membuka kunci pintu rumahnya lalu masuk.

Gelap.

Satu kata yang bisa menjelaskan keseluruhan. Tak ada satupun yang bisa Yoona lihat. Padahal, sebelum pergi, Yoona menyalakan lampunya.

Baru beberapa langkah dia masuk, pintu langsung tertutup sendiri. Dengan pencahayaan minim, Yoona yang mulai dihantui rasa takut pun berteriak.

"KIM TAEHYUNG, LEPASKAN KRYSTAL! BUNUH AKU! TERSERAH! KAU BOLEH MEMBUNUHKU, TETAPI LEPASKAN KRYSTAL, GILA!" Teriak Yoona yang hilang kendali. Dengan penglihatam yang seadanya, ia berusaha mencari benda keras sebagai pelindungnya.

Dia tengah mondar-mandir, saat tiba-tiba dibekap oleh seseorang di belakangnya. Yoona berusaha untuk kabur, tetapi terlambat, mata Yoona tertutup.

***

Mata Yoona mulai bergerak-gerak, menandakan ia sudah siuman. Yoona berusaha memperbaiki penglihatan dan nyawa yang belum sepenuhnya terkumpul. Setelah beberapa menit menarik dirinya dari alam bawah sadar, ia sudah kembali siuman.

"Akhirnya, cantik. Akhirnya kau sudah siuman," kata seseorang dengan suara yang pelan dan serak.

"Taehyung, mana Krystal!? Lepaskan dia! Kau boleh membunuhku, menyiksaku, tetapi kumohon, lepaskan sahabatku!" Teriak Yoona kesetanan. Taehyung yang bersembunyi dalam samarnya lampu ruangan yang pengap, hanya menyeringai dan memainkan pisau di tangannya.

"Tenang saja, Krystal tidak apa-apa," jawab Taehyung keji. Yoona hanya diam mengatur napasnya yang memburu.

"Tetapi, aku ingin menunjukkan sebuah seniku. Kuharap kau menyukainya," sambung Taehyung dengan menyalakan lampu tiba-tiba. Kini, cahaya menjadi terang.
Yoona yang tadi diam kini berteriak ketakutan.

"Aaaaaaaaaaaa Krystaaalll!!!" Teriak Yoona ketakutan dan histeris. Air mata Yoona turun satu-persatu.

Di hadapannya, tubuh seorang wanita tergeletak dengan darah yang bersimbah ke mana-mana. Anggota tubuh yang terbelah-belah, dan kepala Krystal yang tertata rapi dalam toples bersama dengan jantung Krystal. Sedangkan anggota tubuh yang lain dibiarkan berceceran di karpet berwarna hazel tersebut.

"Inilah Krystalmu, inilah. Lihatlah, manis. Apakah kau juga ingin melihat video di saat napas terakhirnya? Yang menjerit berhenti, tetapi aku tetap memainkan adegan ini." Seringai Tae dengan ceria seperti memperlihatkan video ulang tahunnya kepada kedua orangtua.

"Lepaskan aku, bodoh! Enyahlah!" Maki Yoona keras-keras. Taehyung hanya membelakangi Yoona sembari mengasah pisau dagingnya.

Di depan mayat Krystal, ada sebuah meja yang berisi benda tajam dengan penuh darah. Lebih tepatnya, benda mutilasi. Yoona mual melihat mayat Krystal yang teronggok di depannya dengan sebuah toples yang tergeletak.

Mata Krystal yang bolong, telinga yang robek, dan mulutnya menganga yang menandakan bekas pisau di sana. Yoona mulai menangis tersedu-sedu, ia tak bisa membayangkan penderitaan Krystal tadi, saat ia menjerit memanggil nama Yoona berkali-kali serta teriakan yang tepat menghunus dadanya. Taehyung merobek tubuhnya dan mengambil jantung serta limpa Krystal.

"Mengapa, cantik? Apakah kau bersedih karena Krystal meninggal?" Tanya Taehyung dengan licik. Yoona hanya diam menumpahkan hujan dari matanya.

"Oh ya, aku ingin memperlihatkan sebuah video terakhir Krystal. Ia menyampaikan pesan terakhir untukmu, Yoona." Taehyung tidak menoleh. Ia sibuk dengan layar monitornya karena ingin memperlihatkan sebuah video. Setelah selesai, Taehyung menghapus keringat di pelipisnya.

Ia menatap Yoona dengan tatapan bimbang. Jujur, Tae masih mencintai Yoona. Hanya saja, ia kecewa dengan perkataan Yoona. Dan, Taehyung juga memiliki perasaan sensitif.

"Selesai. Sekarang, aku akan menghitung sampai tiga. Lihatlah videonya, Yoona. Jika tidak, pisau ini akan menghunus wajah mulusmu," ancam Taehyung sinis. Yoona masih tak kuat untuk membuka mata. Ia tak sanggup melihat Krystal.

Tiga ... dua ... satu ...

"BUKA MATAMU, YOONA!" Teriak Taehyung yang membuat Yoona kaget dan refleks membuka matanya.

Yoona tidak tahan untuk tidak menangis, karena kini ia melihat video tentang pembantain Krystal. Dalam cuplikan tersebut, terlihat Krystal yang menjerit-jerit kesakitan dengan bugil. Taehyung memecutnya sampai Krystal tersedu-sedu layaknya budak. Krystal tampak kesakitan dan menjerit memanggil namanya.

"Yoona... ma ... aww!" Teriak Krystal terputus-putus karena menahan sakit akibat pecutan yang dilakukan Taehyung.

"Ada pesan terakhir, Krystal?" Tanya Taehyung gembira dan memainkan pisau di tangannya. Ia sudah selesai dengan adegan pecutnya.

"Aku ... aku minta maaf untuk Yoona. Selamat tinggal, Yoona. Jagalah dirimu dari bajingan ini," kata Krystal tertatih dan di akhiri dengan tusukan pisau di punggungnya oleh Taehyung.

"AKH!"

Video pun selesai. Kini, Yoona hanya menatap layar hitam dalam monitor tersebut. Yoona yang tersedu-sedu kini menangis kencang. Ia merasa bersalah telah membawa Krystal ke rumah tadi. Berakhir dengan penderitaan yang harus dirasakan.

"PERSETAN KAU, BOCAH! LEPASKAN AKU! APA MAUMU, SINTING!?" Teriak Yoona yang membuat Taehyung geram. Taehyung sakit hati dengan perkataan kasar Yoona.

"Jaga perkataanmu, Nona. Itu membuatku sakit hati dan ingin bermain lebih lanjut," balas Taehyung mengancam sembari menunjukkan pisaunya. Yoona kelu seketika. Tiba-tiba, Yoona teringat dengan suntikannya. Ide cemerlang muncul di otaknya. Ide untuk melumpuhkan pembunuh ini.

"Tae ... aku masih mencintaimu," ucap Yoona yang membuat Tae refleks menoleh dengan tatapan ... aneh?

"Apa?" Tanya Tae memastikan. Ia tak ingin salah dengar.

"Ya, Tae. Aku bersungguh-sungguh. Sekarang, kita bisa mengulang lagi. Maukah kau melepaskan aku?" Tanya Yoona memelas. Taehyung memang mudah tertipu dengan Yoona, karena masih mencintainya.
Segera Taehyung melepaskan ikatan yang membelenggu Yoona. Lalu, Taehyung membantu Yoona berdiri dan langsung memeluknya. Yoona kini tersenyum licik, dan segera mengambil sesuatu dari saku jaketnya. Ia mengambil sebuah suntikan tajam dan ...

Cuss ...

Suntikan lalu masuk dan keluar secara cepat tanpa Tae sadari. Yoona melepaskan pelukannya dan berkata, "akhirnya kau tertipu, rupawanku," kata Yoona gembira yang membuat Tae bingung. Saat Tae ingin membalas, tiba-tiba Kepala Taehyung terasa berat dan ...

BRUK!

Taehyung ambruk di lantai membuat Yoona terkekeh. Sedangkan Yoona, ia tanpa sengaja menatap cermin berdarah. Entah mengapa, pandangannya tak mau lepas. Setelah berhasil melepaskan pandangannya, Yoona berjalan ke arah meja tempat pisau ditaruh. Ia mengambil yang paling tajam dan mendekati Taehyung.

"Kim Tae Hyung, maafkan aku. Tapi ini demi keselamatan semua," ucap Yoona kepada Taehyung yang tertidur pulas. Yoona berdiri dan segera memenggal kepala Taehyung. Setelah selesai, ia membunuh dirinya sendiri dengan menusukkan pisau tadi ke perutnya. Kini, tiga mayat tergelak di lantai.

Sempurna.

-Cermin berdarah, kekuasaan abadi, jiwa yang tanpa kita sadari telah membuat kita melakukan kejahatan berantai-

-END-

Screenwriter : dewriters
Editor : Rilamickey
Covered : mitchibee

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top