EVENT RUMAH_Where's Your Home?
Screenwriter: beajinyoung // Casts: BTS Jungkook & OC
***
Moon Ryu-Ji terpesona. Matanya sesekali memperhatikan tangan-tangan kekar yang sebetulnya menutupi kapalan di permukaannya. Dilihatnya, pria itu menghela napas berat beriringan dengan jatuhnya keringat dari pelipis. Rahang pria itu mengeras tiap kali rengkuhannya mendapati tiap-tiap kotak berat yang diterimanya. Anehnya, Ryu-Ji menganggap si pekerja kasar itu seksi.
Sudah dua bulan lamanya menyimpan rasa, tapi tak kunjung membuatnya putus asa. Cinta sering kali datang karena terbiasa.
"Kenapa? Kau tertarik?" Tiba-tiba pertanyaan itu mengusik focus Ryu-Ji.
Ryu-Ji jadi gelagapan. Beberapa detik kemudian memaksa otaknya mencerna pertanyaan teman kantornya. "Sudah kubilang proposalnya memang bagus. Tapi prospek ke depannya tidak jelas. Aku jadi ragu–"
"Pria itu." Kim Sol-Ah memotong kalimat Ryu-Ji karena jawabannya terdengar salah paham. "Sudah beberapa minggu di sana."
Cepat-cepat Ryu-Ji menggeleng. "Mana mungkin," bilangnya begitu, tapi bibirnya mengulum tanda ia berbohong.
"Betul. Pria itu sama saja seperti proposal yang kau bicarakan. Terlihat menarik, tapi prospeknya tidak ada. Lebih baik cari yang masa depannya sudah pasti, kan?" Sol-Ah mengambil lemon tea-nya sembari menumpuk salah satu pahanya ke paha yang lain.
Sedangkan Ryu-Ji cuma bisa diam tanpa menyangkal argumen temannya itu. Lagi-lagi, sorot matanya mencuri pandang ke bagunan sebelah café yang ia datangi. Pria itu masih di sana, dan masih saja tampak keren.
"Sayang sekali," kata Ryu-Ji dalam hati.
***
Hujan di sore hari memang nyaman sekali jika sedang berada di rumah, dan bergelut bersama selimut yang hangat. Tapi hari ini, Moon Ryu-Ji malah terjebak hujan di teras kantornya. Pas sekali hujannya turun deras saat Ryu-Ji keluar dari pintu utama. Seakan-akan ingin mengatakan kalau hari baik ini tidak ingin berpihak padanya.
Moon Ryu-Ji mendengkus kesal. Apalagi, Sol-Ah yang tadi bilang ingin pulang bersama dengannya, malah membatalkan janji. Sesekali menonton layar LED di teras gedung kantor yang menampilkan berita terkini. Ryu-Ji bergidik ngeri begitu tayangan berita menampilkan mayat seorang wanita yang menjadi korban pembunuhan berantai. Tangan wanita malang itu diikat dengan kain merah dengan corak yang unik. Sungguh, Ryu-Ji paling benci berita-berita menakutkan seperti itu.
Mata Ryu-Ji melihat sekeliling. Tepat di arah jam 10, Ryu-Ji mendapatkan jackpot-nya. Entah bagaimana ceritanya pria itu ada di kantornya. Dia sedang menurunkan kardus-kardus besar yang Nampak berat, yang sepertinya barang pesanan kantor. Meski hujan deras pria itu masih gigih bekerja. Persetan dengan fakta realistis yang Sol-Ah bicarakan, Moon Ryu-Ji sudah berkali-kali jatuh cinta dengan pria itu.
Setelah menerima upahnya, pria itu merunduk sopan pada sang pria bersetelan jas rapi yang sudah membayarnya. Dengan ramah, ia membalas dengan senyuman lucunya dan binary mata yang nampak sangat bersyukur.
Pria itu tiba-tiba melihat ke arah Ryu-Ji. Sontak Ryu-Ji panik karena ketahuan memperhatikannya. Ryu-Ji menunduk dalam-dalam menahan rasa malu. Tapi langkah kaki pria dengan payung kuningnya itu malah terdengar mendekat.
"Halo! Anda nona yang sering datang ke café sebelah sana, kan? Saya sering melihat Anda di sana saat jam istirahat kantor," sapa pria itu dengan ramah.
Jantung Moon Ryu-Ji berdegup tak karuan, disertai dengan rasa geli seperti menerima kupu-kupu yang terbang liar di perutnya. "Iya," jawabnya dengan gugup.
"Kita sering kali bertemu kontak mata, tapi tak pernah bersapa. Jadi mumpung sempat, Saya berniat menyapa. Ah, saya bekerja di gudang dekat café," kata si pria. "Perkenalkan, saya Jeon Jung-Kook. Barangkali butuh bantuan pengiriman barang-barang berat, saya bisa antar."
"Ah, iya. Saya Moon Ryu-Ji," balas Ryu-Ji sembari melempar senyum terbaiknya.
Jeon Jung-Kook tiba-tiba menggaruk tengkuk dengan gugup. "Cuacanya sedang tidak bagus hari ini. Sepertinya hujannya akan bertahan lama sampai malam. Apa Anda naik bus? Saya bisa antar dengan payung sampai halte," tawar pria itu.
Tentu saja dalam hati Ryu-Ji senang bukan main. Kepalanya hendak mengangguk dan berkata iya. Tapi sayangnya, sebelum itu terjadi, Kim Sol-Ah tiba-tiba datang dan mengambil lengannya.
"Tidak perlu repot-repot. Kami pulang naik taksi," potong Kim Sol-Ah yang membuat Ryu-Ji jadi mendengkus dalam hati. Naik taksi pakai uang darimana? Gajian saja belum turun. Sol-Ah menatapnya dengan sok imut. "Jadi, kan? Pacarku membatalkan kencannya karena hujan deras. Jadi aku mau pulang saja."
Jeon Jung-Kook jadi kikuk sendiri. Dia menunduk sembari mengucap maaf. Lantas pergi meninggalkan dua wanita yang ditemuinya.
Moon Ryu-Ji menghela napas berat. Rencananya batal untuk jalan ke halte di bawah payung yang sama dengan pujaan hatinya.
"Sudah kubilang. Jangan mendekat jika tidak mau berurusan. Sekali berurusan, kau bisa-bisa jatuh cinta padanya. Cinta akan membutakanmu dari masa depan yang cerah. Sudah untung aku datang," bilang Sol-Ah dengan senyuman tak bersalahnya.
***
Ryu-Ji terbangun begitu menyadari ketukan dari meja kayu yang ditiduri kepalanya. Sayang sekali dia terbangun bukan di rumah. Tapi di meja café langganannya dengan setumpuk pekerjaan yang sialnya belum juga selesai. Buruknya lagi, ia tertidur sampai tengah malam.
Moon Ryu-Ji menunduk malu sembari meminta maaf pada pelayan café yang telah membangunkannya. Gadis itu segera membereskan barang-barangnya dan membawa semuanya keluar.
Sial. Sudah tengah malam, dan Ryu-Ji terjebak dalam keadaan kacau. Bus terakhir sudah berangkat. Cuma ada taksi yang sudah jarang sekali lewat. Tapi jika ada pun, Ryu-Ji sudah kehabisan uang untuk itu.
Di tengah melamun, lagi-lagi matanya menatap pria yang sama. Pria itu berdiri di seberang jalan setelah menutup pintu mobil pick up-nya. Pria itu nampak tersadar dengan keberadaannya. Lantas merunduk untuk menyapa Ryu-Ji disertai senyumannya.
Tak butuh waktu lama untuk membuat pria memesona itu sampai di hadapan Ryu-Ji.
"Nona baru pulang kerja?"
Ryu-Ji mengangguk. "Habis lembur. Kau juga?"
Jeon Jung-Kook ikut mengangguk. Setelahnya matanya melihat sekitar. "Nona menunggu taksi? Sepertinya bus terakhir sudah tidak ada."
Moon Ryu-Ji meringis. "Tidak tahu. Aku sial sekali seminggu ini."
Jung-Kook nampak bersemangat. "Aku juga mau pulang. Mau kuberi tumpangan sampai rumah? Tapi dengan mobil pick up itu. Tidak apa-apa?" Jung-Kook menunjuk mobilnya dengan senang hati.
Tentu saja itu tawaran yang bagus untuk Ryu-Ji. Ryu-Ji cepat-cepat menerima tawarannya. "Aku yang harusnya bertanya. Apa tidak apa-apa jika aku menumpang?"
"Sama sekali tidak. Aku malah senang bisa mengantar Nona," balas Jeon Jung-Kook. "Rumah Nona dimana?" tanya Jung-Kook sembari mempersilakan Ryu-Ji untuk masuk ke dalam mobilnya.
Rasanya Ryu-ji ingin menghentikan waktu saat ia menyadari ia dan pujaan hatinya kini berada dalam mobil yang sama. Rasanya seperti diantar kekasihnya sendiri pulang ke rumah. Diam-diam, Moon Ryu-Ji mengulum senyum.
Udara dingin mulai menyeruak ke seluruh tubuh. Mobil pick up model lama yang ditumpanginya mana mungkin punya fitur penghangat udara. Ryu-Ji memeluk badannya sendiri. Sesekali bersin karena kedinginan. Sepertinya dia akan terkena flu di saat peralihan musim seperti ini.
"Kau pilek?" tanya Jeon Jung-Kook yang masih fokus menyetir. Dia memberikan sapu tangan miliknya kepada Ryu-Ji.
Dengan senang hati, Ryu-Ji menerimanya. Tapi alangkah terkejutnya Ryu-Ji setelah memakai sapu tangan milik pria itu. Ia baru menyadari sapu tangan merah itu memiliki corak yang unik seperti yang ditemukan pada korban pembunuhan yang ada di berita beberapa hari lalu.
"Motifnya bagus, kan? Ibuku cuma membuat tiga yang seperti itu," bilang Jeon Jung-Kook tiba-tiba begitu menyadari gadis disebelahnya memperhatikan sapu tangan miliknya.
"Ya?" Moon Ryu-Ji makin terkejut.
Ryu-Ji makin panik begitu mobil yang ditumpanginya malah melewati belokan jalan yang menuju apartemennya. Padahal jalan itu adalah satu-satunya jalan ke sana. Sepertinya Ryu-Ji sudah mengatakan alamat rumahnya pada pria di sampingnya. "Jung-Kook-ssi, rumahku harusnya ke arah kiri," bilangnya.
"Aku tahu," balas Jung-Kook.
"Lalu kenapa kita lurus?"
"Kita ke rumahmu yang baru. Kau bisa berkenalan dengan teman-temanmu yang lainnya di sana," jawab pria itu disertai seringaian halus yang hampir tak nampak.
Hal itu jelas membuat Ryu-Ji ketakutan setengah mati. Perasaannya tidak enak terhadap pria yang tengah bersamanya. "Kemana?"
"Rumahku."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top