BREAKDOWN (Songfict)
BREAKDOWN
Story by purixoxo
[][][]
"Jadi apa yang akan kita lakukan?"
Perkataan dari mulut seorang wanita menjadi pemecah suasana, setelah beberapa menit dikuasai sunyi. Pada ruangan kecil, kira-kira hanya sebesar kamar hotel rating bawah, dua wanita duduk berhadapan.
"Menurutmu apa lagi?"
Salah satu wanita berkata, lantas menghirup rokok yang terapit di antara jari tengah dan jari telunjuknya. Asap sarat kandungan karbon dioksida dan kawan-kawannya mengebul bercampur dengan komponen udara lainnya. Pengap, tapi yang aneh dua wanita itu tidak terganggu pernafasannya, malah terlihat menikmati setiap komponen yang menjadi asupan paru-paru.
Krystal menjentikkan jarinya pada ujung rokok, abu putih dengan sapuan hitam terjatuh ke lantai berhampur bersama beberapa putung rokok. Mendongak melihat ekspresi Yeri yang masih ragu.
"Kau serius? Entah kenapa aku merasa tidak enak."
"Siapa peduli?" Krystal menyentakkan kepalanya. "Ayolah, kita sudah berada di dunia ini lama. Dan kau menyerah hanya karena secuil perasaan tidak enakmu?"
Wanita itu berdiri, sedikit melakukan peregangan persendian sebelum akhirnya mengambil tongkat bisbol yang tersender di bahu kursi.
"Ayo kita habisi mereka."
[][][]
Krystal dan tongkat bisbol. Mungkin itu terdengar biasa saja, tidak ada yang spesial untuk dibanggakan. Namun, salah besar jika kalian memandang sebelah mata kombinasi itu. Well, semua orang tahu; preman yang menguasai perempatan dekat rumah, geng motor yang beroperasi di tikungan 66, bahkan penjual bakso di seberang jalan pun tahu siapa Krystal dan sejarahnya dengan tongkat itu.
Yang pasti Krystal bukanlah seorang atlet bisbol yang bersinar. Hoho, tentu jelas bukan.
Krystal adalah pembunuh bayaran yang diburu polisi.
Tebak, apa yang dia gunakan untuk menjalankan tugas? Tongkat bisbol. Hanya dengan tongkat itu Krystal mampu membuat pria berotot jatuh terkapar tanpa napas. Tentunya, dipadu dengan temannya, Yeri. Meski dari luar terlihat seorang gadis belia yang biasanya lebih tertarik pada seabrek peralatan make-up, dia berbeda. Yeri lebih suka melihat darah dari pada cat kuku.
Malam ini mereka berdua dibayar untuk sebuah misi. Masih sama seperti misi sebelumnya; membunuh. Salah satu bandar narkoba sebut saja, Kim Jongdae, memberi misi untuk datang ke suatu tempat.
Di sinilah mereka. Dalam perjalanan menuju tempat. Sambil bersiul kecil, Krystal mengontrol mobil. Membiarkan Yeri menatap jalanan yang tengah dirundung gemerlap tipu daya. Ah, gadis itu pendiam, tapi jika satu sisi gelapnya keluar, jangan bayangkan bagaimana sifatnya.
Tak lama, ponsel Krystal berbunyi menandakan ada panggilan masuk.
Sehun.
Nama yang terpampang itu membuat bibir Krystal naik membentuk kurva melengkung ke atas. Dengan cepat dia mengangkat panggilan itu. Ah, Krystal rindu Sehun sejujurnya. Pria yang menembaknya beberapa bulan lalu.
"Hi, sayang."
"Hi juga. Tumben meneleponku?"
"Hanya rindu saja. Kau sedang apa?"
"Bertugas. Apa lagi?" Krystal terkekeh pelan.
"Ck, kau selalu mengatakan bertugas dan bertugas tanpa aku tahu tugas apa itu. Kau bisa membuatku mati kepo tentang pekerjaanmu itu."
Lagi, Krystal terkekeh. Sehun tidak tahu pekerjaan yang digeluti Krystal. Kalau pria itu tahu, mungkin dia akan melarang Krystal dan menyuruhnya berhenti atau mengomel-ngomel tidak jelas atau yang paling mengerikan adalah Sehun minta putus.
Jangan sampai dia tahu. Krystal belum siap dirundung kesendirian lagi jika Sehun benar-benar meninggalkannya hanya karena profesi Krystal yang tergolong extrim dan tidak masuk akal.
"Tugasku 'kan hanya ada satu."
"Apa?"
"Memikirkanmu."
Jika para musuh mendengar gombalan dari mulut seorang Krystal Jung, mungkin dipastikan perut mereka terkocok, karena terlalu keras menertawakan bagaimana sosok sadis Krystal berubah menjadi sosok picisan, yang mana itu tidak akan pernah terjadi.
"Harusnya aku yang mengatakan itu. Ah, sudah dulu, ya. Selamat bertugas sayang. Aku juga memikirkanmu."
Bunyi tut panjang menandakan panggilan itu berakhir. Mengembalikan pikiran Krystal pada menu utamanya nanti.
Tepat, mereka akhirnya sampai di tempat pertemuan.
"Ini tempatnya?" Yeri mengerutkan kening, menatap bangunan tua yang gelap gulita.
"Mereka pintar sekali." Krystal menepuk bahu Yeri sebelum meniti langkah menuju bangunan tua itu. "Panaskan ototmu, child. Kita punya menu berat malam ini."
Mereka berdua memasuki bangunan tua itu. Bangunannya masih utuh, tapi tidak terawat. Lihat saja, beberapa peralatan hancur berserakan di lantai. Jangan lupakan, lumut yang tumbuh di dinding.
Saat mereka sampai di ruang tengah ada seseorang yang diduga pengantar barang. Krystal dan Yeri menyeringai.
Tanpa perlawanan, Krystal langsung mengarahkan tongkatnya ke kepala si pria. Pukulan keras Krystal membuat pria itu tumbang dengan darah di kepalanya, meski tidak sampai membuat kesadarannya hilang.
Yeri menarik kepala si pria, sedikit menggoreskan pisau lipat di leher. "Di mana bos? Katakan atau aku akan mengirimmu ke kuburan."
Alih-alih menjawab, si pria malam meludahi wajah Yeri. Taktik yang salah. Kau baru saja membangunkan macam tidur, man!
Tanpa ba-bi-bu Yeri menusukkan ujung pisau ke dalam leher si pria, melubanginya seolah sedang membuka saluran pipa. Darah pun bercucuran, menggenangi lantai berdasar putih.
"Lalu apa? Kita gagal memancing bosnya keluar," ujar Yeri mengelap darah di pisaunya.
Krystal terdiam sebentar. Bukan ini yang dia harapkan. Tentu saja. Dia tidak pernah dan tidak akan pernah gagal dalam misinya. Apa kata musuh yang sudah tumbang olehnya jika Krystal gagal sekarang.
Berpikir sebentar, Krystal merasa ada yang janggal di sini. Maksudnya, Jongdae tidak mungkin memberinya tugas ini hanya untuk membunuh seorang pesuruh. Ini terlalu mudah. Pasti ada siasat lain yang tidak Krystal ketahui.
Ponselnya bergetar. Ada pesan masuk. Dari Jongdae. Isinya menyuruh Krystal dan Yeri naik ke lantai atas.
Sampai di lantai yang di maksud Jongdae, Krystal menemukan sebuah ruangan. Pelan, dia membuka pintu itu.
Di ruangan itu ada dua orang yang ditutupi kepalanya oleh sarung hitam. Krystal kembali mendapat pesan dari Jongdae untuk membunuh dua orang ini.
"Bunuh mereka!"
"Tentu. Tapi siapa mereka?"
"Mereka adalah sainganku, Krys. Aku akan mendominasi kawasan Asia jika dua manusia itu dilenyapkan."
"Baiklah, aku akan melakukannya."
Setelah menyimpan kembali ponselnya, Krystal menyentakkan kepala. Memberi isyarat pada Yeri.
Krystal menepuk-nepuk tongkat bisbolnya di tangan. Menatap dua orang yang diyakini berjenis lelaki, mereka tertunduk di kursi dengan tangan yang ditali.
Melihat itu Krystal menyeringai, lantas menyarangkan pukulan tepat di perut pria berkaos putih. Memukulnya bertubi-tubi hingga dapat terlihat rembesan darah yang menetes di kaos putihnya. Begitu juga dengan Yeri, gadis itu asik melubangi tangan pria berkaos hitam. Sesekali menariknya membuat sebuah garis yang bercucuran darah.
Jerit kesakitan dari dua orang itu tidak serta merta membuat Krystal dan Yeri berhenti, justru mereka semakin bersemangat menghabisi sang korban.
Krystal menarik tangan si pria berkaos putih sampai bersimpuh pada lantai. Mendorongnya ke tembok sebelum akhirnya dipukul bertubi-tubi dengan tongkat bisbol yang ditambahi hiasan paku di sekelilingnya. Siap membuat siapa pun yang terkena pukulan itu merasakan kesakitan luar biasa.
Setelah puas dengan kerjanya, Krystal dan Yeri berniat meninggalkan dua orang yang mungkin sudah tidak bernyawa lagi. Namun, suara lirihan menghentikan langkah mereka.
"Krys..."
Krystal menoleh pada sumber suara. Pada si pria berkaos putih —atau tidak bisa disebut putih lagi mengingat darah sudah membasahi badan pria malang itu.
"Krys...."
Lirihan itu kembali terdengar. Sesaat setelah mencerna baik-baik suara itu, Krystal tertegun. Dadanya berhenti berdetak, pikirannya melalang buana dan kakinya mendadak seperti jeli. Suara itu....
Krystal hampir berlari menghampiri si pria berkaos darah itu. Dengan cepat dia membuka sarung yang sedari tadi menutupi kepala si pria. Saat itu juga, Krystal merapalkan sumpah bahwa dia akan menghancurkan Jongdae dengan tangannya sendiri.
Oh, bagaimana bisa Krystal ditipu Jongdae untuk menghabisi pacarnya sendiri? Krystal meremas kuat rambut merah Sehun yang harusnya berwarna pirang. Sehun sudah pergi. Semua itu gara-gara si brengsek Jongdae yang berani menjebaknya.
Krystal bangkit, mengambil alat pengaget dan meluncur ke kediaman Jongdae. Malam itu, tiga mafia besar mati di tangan Krystal dan Yeri.
FIN
[][][]
HAA APA INI? iya aku tahu ini aneh, gaje, ga nyambung. Abis begimana lagi udah ngaret bikinnya ngebut lagi..
Hihi.. Reviewnya yaw qaqa;)
Screw by purixoxo
Editor by zeakyu
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top