Black Rose Blood (Ficlet)

***

"Lihatlah, Jeon Jungkook. Apakah kau masih bersedia menerimaku, sebagai wanita yang kakinya cacat akibat diamputasi?" tanya Kim Sohyun lemah. Ia terisak di kursi rodanya. Jungkook berjongkok di depan Sohyun. Ia mengusap pipi Sohyun lembut.

"Hei, tenanglah. Aku tidak akan ke mana-mana. Kita akan menghadapi ini, bukan? Aku tak akan meninggalkanmu, Sohyun. Kita hadapi ini bersama-sama, ya?" ujar Jungkook lembut. Ia menghapus air mata Sohyun, dan menyentuh kilas dagu Sohyun tanpa memedulikan orang yang berlalu lalang di lorong RS. Perlahan, Sohyun tertawa kecil. Beruntung sekali karena masih ada kekasihnya yang menerimanya apa adanya.

Sementara di sisi lain, ada seseorang di balik dinding, mengintip mereka berdua dengan tatapan marah.

"Lihat saja, Jungkook. Penderitaanmu belum berakhir, ini belum cukup," kata Oh Sehun dengan amarah yang meledak. Ia pergi meninggalkan RS dengan langkah yang dihentak-hentakkan. Sehun berjalan ke parkiran, dan masuk ke dalam mobilnya. Di dalam, ia mengeluarkan amarahnya dengan memukul-memukul kemudi mobil, dan mengeluarkan kata-kata kasar.

"Lihat saja nanti, Jungkook, masih banyak ide licikku lainnya," kata Sehun pada diri sendiri. Ia menyalakan mobilnya, dan menancap gas, pergi ke suatu tempat.

---

Sekarang, Sohyun dan Jungkook sedang berada di pantai favorit Sohyun. Sebenarnya, hanya Jungkook yang tahu, karena ini adalah kejutan spesial, untuk membuat Sohyun senang. Kebetulan, saat ini adalah senja terbaik di bulan ini.

"Kubuka sekarang, ya? Aku tidak tahan lagi," kata Sohyun memohon. Ia sudah penasaran dengan kejutan yang dibuat oleh Jungkook.

"Sebentar lagi, nanti gagal kalau kamu buka sekarang," balas Jungkook pelan. Ia mendorong kursi roda Sohyun sampai ke tempat yang dituju. Sohyun tak henti-hentinya tersenyum, jantungnya berdebar seperti drum yang dipukul bersamaan.

"Aku tinggal sebentar, ya. Aku akan mengambil beberapa kejutan lainnya, tunggu ya," ujar Jungkook kemudian berlari kecil, meninggalkan Sohyun tanpa sepatah katapun.

Sohyun hanya mencibir kesal. Ia menunggu dengan bosan. Tiba-tiba, ada bunyi berisik yang datang dari belakang. Seperti sebuah perdebatan.

"Kau pengecut! Dasar pengecut, Sehun!" teriakan seseorang yang suaranya sangat dikenal Sohyun, Jeon Jungkook yang tak lain adalah kekasihnya sendiri. Sohyun mulai merasa ketakutan, berniat membuka penutup mata, tetapi badannya terasa beku. Ia hanya diam mematung. Keadaan semakin panas, tiba-tiba ...

DOR!

Terdengar sebuah tembakan keras, dan terdengar rintihan Jungkook. Sohyun takut, tanpa basa-basi, ia langsung menarik kain yang menutupi matanya, dan membuangnya asal. Ia menoleh ke sumber suara, mendapati Jungkook tergeletak tak berdaya dengan darah yang berceceran.

"Aaah!" teriak Sohyun histeris. Ia tak peduli lagi dengan senja favoritnya, ia menggerakkan kursi rodanya cepat, menghampiri Jungkook.

"Kau kenapa? Apa yang terjadi!?" tanya Sohyun panik. Ia mau membantu Jungkook, tetapi apa daya dia juga tidak bisa bergerak.

"Tak apa-apa, Sohyun. Telepon--" ucapan Jungkook terputus saat tiba-tiba satu tembakan menyerang Jungkook. Akhirnya, Jungkook tewas tidak berdaya. Sohyun berteriak syok, matanya melihat sosok Sehun tersenyum lebar. Sohyun takut, dan mencoba kabur, tapi terlambat. Sohyun dibekap dari belakang. Perlahan, pandangannya kabur dan gelap.

---

Kelopak mata Sohyun perlahan terbuka. Matanya menyipit, karena cahayanya sangat terang. Setelah betul-betul sadar, Sohyun menoleh ke kiri dan ke kanan. Tidak ada siapa-siapa. Gelap. Itu yang mendeskripsikan keadaannya saat ini. Tangan Sohyun diborgol di kursi rodanya. Entah, siapa yang memborgolnya.

Sejenak, ia termenung. Seluruh peristiwa tadi berkelebat di pikirannya. Perasaan takut, panik, cemas, kembali datang kemudian bercampur menjadi satu.

"Jangan takut, Sayang." Sebuah suara tiba-tiba mengangetkannya. Sohyun menggeliat di kursinya, perasaannya tidak tenang. Suara orang itu sangat tidak asing di telinganya.

"Jangan takut, Manis. Aku tidak akan menyakitimu, jika kau mau menerima bunga ini," tawar pria itu yang tak lain adalah Oh Sehun. Sohyun menggeleng keras, mukanya tampak menunjukkan ketakutan.

"Di mana Jungkook, pecundang!? Lepaskan aku, cuih!" bentak Sohyun dan meludahi muka Sehun. Sehun terdiam, mengusap mukanya yang terkena cipratan ludah Sohyun. Mukanya tampak datar.

"Pacarmu sudah mati, kau ingat? Apakah kau ingin menyusulnya?" tanya Sehun dengan senyum sarkastik. Ia mengelilingi kursi Sohyun.

"Tidak mungkin!" bantahnya histeris. Dia menggeleng kuat-kuat. Setetes air mata turun dari pelupuk matanya. Sehun tidak menghiraukan perkataan Sohyun selanjutnya. Ia menggenggam mawar hitam itu keras-keras. Sehun berhenti tepat di belakang Sohyun. Sebuah gunting di tangannya bersiap memotong rambut Sohyun.

"Apa yang kau lakukan!? Hei, jawab!" tanya Sohyun ketakutan. Badannya bergerak gelisah di kursi, membuat rambut panjangnya bergoyang.

"Ambil bunga ini, makanlah," ujarnya memberi bunga mawar hitam, yang dipenuhi lumuran darah.

"Bunga amis apa ini? Ciuh, menjijikkan!" balas Sohyun dengan tatapan jijik. Sehun yang mendengarnya, refleks menjambak rambut Sohyun sampai berdarah. Sohyun merintih kesakitan.

"Bodoh! Kubilang makan, ya makan! Jangan banyak omong! Apa kau mau kupotong lidahmu?" tanya Sehun marah. Sohyun menunduk lemah. Tak mampu berkata lagi. Ia hanya duduk diam.

"Hei, lihat aku!" perintah Sehun, ia menarik dagu Sohyun kasar. Karena tidak mau, terpaksa Sehun menarik kepala Sohyun kasar.

"Wanita tuli, tatap aku!" perintahnya emosi. Rambutnya ditarik ke atas. Sohyun menangis tersedu-sedu, menahan sakit.

"Buka mulutmu, makan ini!" perintahnya. Sohyun yang masih bersikukuh untuk tidak membuka mulutnya, memejamkan matanya.
"Baiklah, kau yang meminta," ujar Sehun pasrah.

Sehun membuka mulut Sohyun paksa. Ia memasukkan bunga mawar hitam itu ke mulutnya, membuat mata Sohyun membelalak dan lidahnya tercabik-cabik. Belum cukup sampai di situ, kepala Sohyun dipenggal oleh Sehun, dan bola matanya dicabut.

"Aw, ber--" rintihan Sohyun berakhir saat satu tusukan terakhir mengenai bola mata kanan Sohyun. Kini, Sohyun tewas tidak berdaya. Banyak darah berlumuran di mana-mana. Setelah selesai membereskan mayat Sohyun, Sehun mencuci tangannya di wastafel. Sedangkan, bunga mawar hitamnya sudah menjadi merah, akibat terkena lumuran darah.
Sehun memandangi dirinya di cermin. Beberapa cipratan darah masih ada di mukanya.

"Bagi yang sudah membaca cerita ini, kau berikutnya," ujar Sehun dengan senyum licik.

Inilah awal dari mawar hitam berdarah. Sebelumnya, mawar ini hanya mawar hitam biasa, yang memiliki duri yang sangat runcing. Semenjak peristiwa ini mendunia, bunga ini mulai dikenali dengan nama 'mawar hitam berdarah'. Ini adalah kisah nyata. Hanya nama tokoh disamarkan.

Filosofi: Mawar hitam adalah emosi yang terpendam. Kau bisa menggunakannya jika memiliki dendam terdalam dari lubuk hatimu kepada seseorang. Mawar hitam ini juga digunakan untuk menjebak orang, untuk disiksa perlahan.

-The End-

Screw : dewriters
Editor : Rilamickey

A/n:
Hai semua, wiwi balik dengan ff gaje ini-.- setelah lama gak nulis ff, akhirnya bisa debut lagi: ). Wiwi tau kok ini ff gaje, wiwi masih belajar:v. Jangan lupa review ya, beri saran dan pendapat kalian:3.

Paipai gais, tunggu debutku selanjutnya. Semoga kedepannya ada peningkatan💝💝

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top