Nights

7th meeting

======

Padahal biasanya aku akan menikmati rokok sendirian sebagai pelepas rasa lelah menghadapi tugas kuliahku. Sebagai mahasiswi semester 6 di salah satu universitas terkenal di Hyogo sudah sewajarnya tugas yang diberikan sangat menyusahkan. Apalagi jurusan sistem informatika mengharuskanku pacaran dengan laptop selama berjam-jam demi membuat sebuah proyek saja.

Mungkin semisal aku tidak menyukai jurusan ini, pasti aku sudah bunuh diri seperti anak kelabu yang waktu itu.

Belum bunuh diri sih..

Miya Osamu, kalau tidak salah ia bersekolah di Inarizaki Public Highschool, tipikal anak terkenal, umur 17 tahun. Usia dimana kau akan merasa bahagia telah menginjak 'dewasa' tapi juga sadar bahwa kehidupan itu berat.

Lucu mengingat pertemuanku dengan dia beberapa hari lalu. Melihatnya mengingatka diriku yang dulu. Seorang gadis kecil yang hidup dalam sangkar milik keluarga besar tanpa teman dan tanpa kebebasan bersuara.

"Kirinkai-san masih hidup?" pertanyaan bodoh terlontarkan dari mulut Osamu sembari melambaikan tangannya di depan wajahku.

Aku tersenyum tipis melihat rasa khawatir dari paras tampannya. Coba saja kami seumuran pasti anak ini sudah aku tembak untuk jadi pacarku.

"Aku tidak akan mati karena melamun, shounen," ujarku selagi menikmati rokok yang sudah habis setengah. Kuhembuskan asapnya ke wajah Osamu diikuti suara batuk yang terdengar lucu bagiku.

"Uhuk-- aku tidak suka rokok uhuk--" lihat, sangat lucu melihatnya terbatuk seperti itu. Sungguh kejamnya diriku.

"Kau juga kenapa sering datang kemari? Sebentar lagi tahun baru dan seharusnya kau menghabiskan waktumu dengan--"

"Bisakah kita tidak membahas hal itu?"

Mulai lagi, sikap tidak mau terbuka itu yang membuatku kepikiran dengan kondisi keluarga Osamu. Meskipun aku tidak pernah bertanya mengenai latar belakang dia tetapi internet menjawab hampir semua kegelisahanku.

Anggota tim inti voli dengan posisi sebagai opposite Hitter dari Inarizaki, usia 17 tahun sesuai pengakuannya, kelas 2 tetapi dia cukup tinggi untuk anak seusianya atau karena dia atlet? Aku tidak paham olahraga selain dari anime dan pertandingan di televisi.

Ujian bukan alasan dia depresi sehingga ingin bunuh diri artinya faktor lain dari teman atau keluarga. Osamu selalu ke atap apartemenku tiga hari dalam seminggu kecuali dia ada kegiatan klub, dedikasi yang dia miliki menunjukkan tidak ada masalah dengan teman volinya.

Alasan niat bunuh dirinya berarti dari keluarga atau mungkin tepatnya kembaran Osamu

Setter kebanggaan Inarizaki, Miya Atsumu. Internet mengatakan jika dia sangat berpotensi untuk menjadi pemain profesional. Berbakat, cerdas di voli, wajahnya bahkan sama persis dengan Osamu, bahkan sudah memiliki fansclub tersendiri. Apa-apaan anak muda sekarang?

Artikel yang memuat Osamu tidak sebanyak Atsumu. Kalah dalam faktor popularitas, segi permainan, dan pasti pujian untuk Atsumu lebih banyak.

Tanpa Osamu bercerita saja aku sudah bisa membayangkan rasa stres yang dihadapinya. Nasib anak kembar, dimana ada satu yang berperan sebagai tokoh utama dan satu lagi sebagai cermin belaka.

Osamu tidak pernah membahas Atsumu di depanku. Pada pertemuan kami yang ke-7 ini ia masih bercerita seputar sekolah dan hobi memasaknya.

"Kirinkai-san, kenapa kau merokok? Rokok tidak baik apalagi untuk wanita sepertimu."

......

Tumben

"Bukan rahasia umum jika rokok menjadi 'obat mujarab' bagi orang yang mudah overthingking sepertiku ini, semua punya cara masing-masing untuk melepaskan rasa lelah entah itu kopi atau kabur dari rumah sepertimu."

"Aku tersinggung."

"Memang itu tujuanku, kawaii shounen."

"BERHENTI MEMANGGILKU SEPERTI ITU, KIRINKAI-SAN!"

Sungguh mungkin hanya aku satu-satunya mahluk hidup yang bisa melihat wajah kesal bersemu merah milik Osamu. Remaja seusia dia sangat mudah digoda, mungkin aku harus menggodanya secara dewasa supaya lebih seru.

"Kau cocok dipanggil seperti itu. Apalagi aku hidup 4 tahun lebih dulu dibandingkanmu," gawat sekarang dia memayunkan bibirnya dan mengalihkan eksistensinya ke arah lampu kota yang masih menyala terang, lucu astaga ingin kumakan anak ini.

Angin musim dingin menjadi pengganti percakapan kami. Tanpa terasa rokok milikku telah habis, memintaku kembali ke apartemen untuk tidur sebelum menghadapi perkuliahan besok pagi.

Putung pendek tersebut kulemparkan ke tumpukan salju yang setiap hari dibersihkan pemiliki apatemen ini. Kubersihkan sisa bungkus makanan yang selalu Osamu bawa kedalam kantung plastik untuk kubuang di tempatku.

Melihat apa yang kulakukan membuat Osamu terdiam dengan raut wajah yang tidak kupahami. Tatapannya kosong seakan tidak ingin mengakhiri pertemuan aneh yang kami lakukan. Jelas saja ia pasti enggan pulang dan bertemu Atsumu.

"Aku tidak ingin sekolah."

 Ada banyak hal yang membuat seorang anak sekolah tidak bebas menghadapi hidup. Mereka belum memiliki perkejaan, mereka masih tergantung orang tua, dan mereka belum memenuhi administrasi jika ingin bekerja dengan gaji yang lebih layak.

Seandainya ia adalah adikku pasti sudah aku jitak karena kalimat bodohnya. Sayangnya ini adalah Miya Osamu, remaja labil yang masih harus banyak belajar menghadapi dunia.

Kuletakkan telapak tanganmu di pipi pemuda tersebut. Wajahnya terasa panas entah karena tanganku terlalu dingin atau karena perlakuanku.

Sebisa mungkin aku berusaha tersenyum di depannya. Menjadi sosok dewasa memang merepotkan sih.

"Pulanglah supaya aku bisa mencicipi masakan yang selalu kau bahas itu, shounen."

Kilau semangat telah kembali kepada pemuda manis di depanku. Bagus! Kini aku hanya perlu menunggu dia pergi--

"Kirinkai-san, ayo kita merayakan tahun baru bersama."

Sumpah aku tidak paham lagi dengan jalan pikir Osamu.

=====

"Osamu sayang, mau kemana jam segini?"

"Ke rumah teman, ngak aneh-aneh seperti 'Tsumu."

"OI AKU BISA DENGAR LOH!"

Aku mengabaikan teriakan kembaranku dan bersiap keluar rumah. Kantong plastik berisi camilan dan minuman selalu kubawa bersama. Kupastikan tubuh ini hangat di dalam lapisan baju dan jaket yang kukenakan. Ibu memberikan sarung tangan hitamku yang tertinggal di ruang makan.

"Ibu tidak akan melarangmu pulang malam, tapi pastikan kau tidak salah pergaulan di luar sana," ucap ibu juga menyerahkan kunci, aku mendapat kepercayaan untuk membawa kunci pagar dan rumah. 

Tidak mungkin aku meminta ibu maupun 'Tsumu menungguku pulang. Apalagi pukul 1 dini hari dalam kondisi dingin seperti ini.

"Terima kasih, ittekimasu."

"Itterashai."

Sekali lagi aku berjalan di malam hari menyusuri jalanan Hyoho menuju rumah..... teman...... Aku bahkan ragu menyebut perempuan itu sebagai teman atau tidak.

Kami 'belum' bisa dikatakan berteman.

Kirinkai Aoi, mahasiswi jurusan Teknik Informatika, usia 21 tahun lebih tua empat tahun dibandingkanku. Tetapi dia bisa terbilang pendek untuk perempuan seusianya. Sejauh ini yang bisa kuketahui adalah dia pecandu rokok.

Bagi sebagian orang pasti akan menyebut dia aneh bahkan gila karena kebiasannya.

Tapi, dimataku dia adalah wanita cantik yang keren.

Di usia yang masih terbilang muda dan belum wisuda, Kirinkai sudah sering mendapat tawaran collab untuk membuat proyek website dan desain UI/UX. Jujur aku tidak paham apa itu sama dengan ketidakpahaman dia mengenai voli.

Sewajarnya kami tidak dekat karena memiliki hobi, usia serta pendidikan yang berbeda. Hanya saja dari perbedaan itu kami banyak bercerita keluh kesah masing-masing. 

Camilan kripik kentang menjadi temanku mendengarkan segala omogan yang dilontarkan Kirinkai.

Dia suka bercerita mengenai dosen, tugas, klien, bahkan teman-teman kuliahnya yang menyebalkan. 

Dari pertemuan kami itulah aku memahami bahwa beban yang aku rasakan belum seberapa besar. Aku juga paham bahwa luka bekas sayatan di pergelangan tangan Kirinkai adalah tanda betapa kerasnya hidup yang dia lakukan.

Halte menjadi destinasi pertamaku untuk menuju apartemen Kirinkai, lebih tepat jika kukatakan bahwa tujuan akhir adalah atap apartemen. Selagi menunggu, kucoba melihat sosial media Kirinkai yang berhasil kudapat dari stalking

Bukan! Aku bukan stalker! Aku hanya penasaran karena dia tidak memberikanku akun miliknya.

Tanpa terasa bus tujuanku telah membuka pintu mempersilahkan orang-orang di halte untuk naik. Kuposisikan diri di dekat jendela sembari melihat jalanan Hyogo yang masih ramai. Hiru pikuk kota tergantikan oleh suara iklan bus mengenai perayaan tahun baru satu minggu lagi.

Tahun lalu aku dan 'Tsumu merayakan malam tahun baru di rumah Suna Rintarou, middle blockker yang juga teman dekatku. Selanjutnya ketika pagi menjemput, kami berdoa di kuil.

Sebenarnya 'Tsumu sudah merencanakan acara kumpul karena kelas 3 akan segera lulus. Hitung-hitung kumpul terakhir.

Tapi, hati kecilku menginginkan ketidakhadiran eksistensi mereka pada pergantian tahun kelak.

Bus berhenti di halte dekat apartemen Kirinkai. Bodohnya aku tidak mengecek transportasi umum sebelum aku bunuh diri. Alhasil aku menghabiskan waktu seminggu mengamati apartemen Kirinkai dengan berjalan kaki selama satu jam dari rumah.

Mati ngak jadi, capek iya.

Hanya saja, kalau aku meninggal maka tidak akan ada malam yang dihiasi percakapanku dengan perempuan itu. 

Percakapan dua insan beratapkan langit malam dan kepulan uap nafas dan rokok.

Haruskah aku mulai besok membawa minyak wangi untuk menutupi bau rokok Kirinkai? Bisa gawat jika ibu mengira aku berteman dengan berandalan atau tukang mabuk.

Apakah Kirinkai juga sudah mabuk?

Tunggu, kenapa aku semakin memikirkannya? Kami hanya dua orang yang kebetulan bertemu. Tidak ada jabatan lebih. Bahkan kami 'belum' berteman, bagiku sih.

Derit tangga yang sebelumnya menyesakkan kini menjadi lagu selamat datang yang kunantikan setiap hari. Kubuka pintu penghubung menuju atap apartemen tersebut.

Kebetulan pula, perempuan itu menyalakan rokoknya dan menatapku dengan senyuman mengejek.

"Yo! Shounen!"

Hanya disini aku menemukan sosok yang tidak mengenal bakatku. Seakan disinilah aku bisa menjadi diriku sendiri tanpa label 'Miya Osamu'. Tempat dimana aku tidak perlu terbebani karena tidak sebaik kembaranku.

=====

Bintang menghilang menampilkan hamparan kain gelap di langit
Mengatakan bahwa kami dapat menuliskan berbagai hal
termasuk pertemuan antara aku dan dia

.

.

.

.

A/N:

Halo semuanya

Saya sadar bahwa fanfic ini masih memiliki banyak kekurangan, harap maklum dan bimbingannya ya :"
jujur aku hanya iseng menulis ini karena habis menangisi husbando baruku di fandom game yang minta dipulangin tapi gak ada duit //cry

Oh iya, ff ini bakal banyak timeskip karena aku tidak berniat nulis panjang-panjang lebih ke bagaimana Kirin dan Osamu saling memandang :D Masih harus banyak belajar juga jadi mohon pengertiannya

Aku terbiasa nulis formal untuk kepentingan kuliah dan pekerjaan jadi cukup takut semisal kata-kata yang kupakai monoton dan itu-itu saja :"""""""""""""

Terima kasih sudah mampir dan untuk segala vote dan komen yang kalian kasih

Juli 2020
FAI

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top