Finish
74th meetings
=====
Acara kelulusan kelas tiga SMA Inarizaki berjalan lancar dan sangat berkesan. Tidak sedikit adik kelas yang datang memberi kejutan kepada kakak kelas mereka. Mulai dari klub hingga perseorangan pribadi ramai merayakan kelulusan.
Perpisahan membawa air mata dan senyuman. Hari terakhir menyandang status sebagai bagian dari Inarizaki juga mengundang kenangan indah. Tidak terkecuali tim voli Inarizaki. Anak kelas dua memberikan ucapan terima kasih kepada Kita, Aran, Omimi dan Akagi.
Tangisan pecah ketika Kita memberikan pesan dan kesan mewakili kelas tiga selama berada di Inarizaki. Semua saling berpelukan, berbagi rasa syukur dan terima kasih tanpa melalui kata-kata.
Suna bahkan menangis paling kencang disusul Atsumu. Rutinitas akan berubah begitu pula sifat keseharian mereka.
Kita berusaha tersenyum melihat adik-adik kelas kebanggannya ini. Besar harapan agar tahun ini tim Inarizaki dapat menebus kekalahan tahun lalu di tingkat Nasional.
Iya, berusaha adalah kata yang tidak salah.
Kekhawatiran ada di sorot mata Kita.
Terutama melihat Osamu yang tidak sehat.
=====
Aroma kopi menguar di cafe langganan Kita. Ia mengajak Osamu hanya berdua untuk berbicara. Sudah hampir dua bulan Osamu tidak menceritakan soal Kirinkai. Atsumu mengatakan ke Kita jika Osamu dalam kondisi drop. Osamu juga jarang keluar rumah untuk berkunjung ke apartemen Kirinkai.
Jika Atsumu bertanya pasti Osamu hanya diam dan semakin lesu, membuat Atsumu enggan bertanya lebih jauh. Kirinkai juga tidak bisa dihubungi melalui chat. Pernah Atsumu menghubungi Kirinkai dan mengedar perempuan itu mabuk dan menangis membicarakan revisi skirpsi.
Tidak berselang lama, pelayan cafe membawa pesanan Kita dan Osamu. Sebuah kopi cappucino dan strawberry parfait terhidangkan dengan sempurna.
Osamu mulai mengambil sendok dan memakan parfaitnya. "Kita-san sudah tau kan masalahnya dari 'Tsumu?"
"Aku hanya memahami garis besarnya saja."
Sudah Osamu duga, Kita pasti menghawatirkan kondisinya. Sendok sengaja dimainkan dengan pelan pada gelas. Menimbulkan dentingan tidak mengenakan.
"Aoi--- maksudku, Kirinkai-san akan sidang kuliah satu bulan lagi.. Katanya setelah sidang dan penyelesaian administrasi ia akan langsung pergi ke Tokyo."
Kita mengangguk mengerti selagi mendengarkan curhatan Osamu.
"Aku belum siap berpisah dengan Kirinkai."
Lanjut Osamu dan memakan kembali parfait di depannya. Masalah percintaan adalah hal yang tidak tersentuh dalam kehidupan Kita. Walaupun fans Kita tidak bisa dibilang sedikit, belum pernah ia merasakan hubungan yang disebut 'pacaran'. Menyesakkan melihat Osamu tidak bersemangat dan memaksakan diri.
"Apa kau sudah mengungkapkan perasaanmu?"
Osamu mendongak dengan sendok masih terpakir di bibirnya. Kemudia, ia menggeleng sebagai jawaban.
"Sebelum Kirinkai pergi Tokyo, segera beritahu isi hatimu. Hyogo menuju Tokyo tidak memakan waktu dua hari penuh. Transportasi semakin canggih dan kalian bisa berkomunikasi melalui sosial media. Itu jika kau serius."
Berbicara langsung?
"Aku takut ditolak."
"Itulah resiko mencintai seorang wanita."
Logika membicarakan fakta.
Fakta memberikan perih.
Perih menampar perasaan.
Osamu kembali berfokus pada makanan. Pikirannya melalangbuana memikirkan kondisi Kirinkai saat ini.
"Aku hanya boleh ke apartemennya ketika Aoi-san tidak sibuk. Terakhir kali kubawakan vitamin dan aku menemukan dirinya demam di ruang tamu masih merevisi."
"Padahal tubuh Aoi lemah, kurus, dan jangan lupa tinggi badannya itu."
Osamu mulai mengoceh. Alamat sebentar lagi Kita harus menenangkan adik Atsumu ini.
Parfait dingin tidak menghambat laju bicara Osamu.
"Kenapa juga dia tidak beristirahat?
Bukankah aneh dia mengerjakan sendiri?
Aku tidak ingin dia terlalu lama depresi dengan tugas neraka itu."
"Tenanglah, Miya Osamu."
Seketika celotehan itu terhenti. Kita tersenyum memaklumi sifat Osamu.
"Bukankah dia wanita yang hebat? Berjuang demi masa depannya. Semangati dia dan jangan putuh komunikasi."
Hidup sendiri di Hyogo tanpa saudara, mencari uang melalui internet dan berusaha lulus tepat waktu adalah hal yang luar biasa.
Dia memang perempuan yang luar biasa.
Bibir bertemu dengan cappucino, menimbulkan suara yang mengembalikan Osamu dari lamunan. Hal menyangkut Kirinkai pasti akan otomatis dilamunkan oleh pemuda itu.
"Kirinkai Aoi bukan mahasiswa yang memiliki suicidal thought bukan? Jadi tidak perlu terlalu dipikirkan."
Eh?
Osamu membeku membuat Kita ikut terdiam.
Iya.
Mereka berdua mengingat sesuatu.
Pakaian oversized lengan panjang
Rokok
Apartemen yang sepi
Tangisan Kirinkai ketika mabuk di telepon Atsumu
Kebiasaan naik ke atap kala malam
dan bekas sayatan di pergelangan tangan
=====
Dadaku sesak karena terburu-buru berlari meninggalkan Kita-san. Setidaknya dia sudah mempersilahkan dan akan menghubungi Atsumu jika aku terlambat pulang. Jadwal bus tidak bersahabat dengan rasa takutku.
Terima kasih kepada voli yang memberikan tubuh yang mampu bertahan menembus kerumunan orang.
Kirinkai sudah offline sekitar seminggu. Tidak ada kabar dan aku tidak mengetahui akun sosial media dia yang lain. Aku tidak mengenal juga teman kuliah Kirinkai terutama yng bernama Hideki.
Kata-kata Kita-san menghantui pikiranku.
Bagaimana mungkin aku tidak menyadari sejak dulu?
Kehidupan Kirinkai memang berat.
Makanya sejak awal bertemu aku melihat berbagai bekas sayatan di tangan kurusnya.
"Semoga sempat," gumamku ketika sudah sampai ke bangunan apartemen yang biasa kukunjungi.
Suara berisik timbul karena aku terlalu cepat menaiki tangga. Bahkan aku hampir terpeleset di salah satu anak tangga.
Kakiku berhenti di koridor lantai enam. Segera aku menuju pintu ruang apartemen Kirinkai. Otakku serasa berhenti bekerja saat melihat pintu terbuka.
"KIRINKAI-SAN!"
Tanpa pikir panjang aku masuk mencari eksistensi Kirinkai. Ruang tamu masih sama berantakannya dengan terakhir aku datang. Tumpukan kantong sampang menggunung di sudut ruang tamu.
"Kirinkai-san! Kau dimana?!"
Dapur
Kamar mandi
Balkon
Kosong
Tinggal kamar pribadi Kirinkai. Satu-satunya ruangan yang tidak pernah kumasuki.
"Osamu?"
=====
"Wah rapi banget."
Kirinkai memuji berbagai plester yang menempel di kedua pergelangan tangannya. Osamu membersihkan luka dan mengobati luka Kirinkai. Tentu saja Osamu melakukannya sambil menangis.
Kirinkai meminjam obat P3K pada nenek pemilik apartemen karena barusan jarinya sedikit teriris pisau dan terkena air panas.
Awalnya Osamu berteriak memarahi kerecobohan Kirinkai. Teriak demi teriakan lambat laun menjadi tangisan kekhawatiran akan kondisi Kirinkai.
Perempuan bersuai hitam itu tidak tega melihat pemuda tercinta terlihat ikut menderita.
Baginya, kondisi diri Kirinkai bukan sesuatu yang perlu diceritakan pada Osamu.
Asalkan Osamu bersamanya, ia sudah mendapatkan obat dari kesakitannya.
"Aoi-san bodoh," Osamu menyentil dahi Kirinkai cukup keras hingga membuat korban meringis.
"Maaf."
"Tolong jangan lukai dirimu sendiri, Aoi-san."
until last meetings
=====
Hari silih berganti menuju sidang penentuan. Osamu memanfaatkan libur singkatnya demi menemani Kirinkai. Tidak lupa berusaha meredam selfharm perempuan yang dicintainya. Perhatian diberikan tanpa memandang waktu dan tempat.
Iya, Osamu tetap tidak memiliki mental kuat menghadapi jawaban Kirinkai. Dia hanyalah anak SMA 17 tahun yang bodoh dalam hubungan serius.
Cinta adalah sesuatu yang indah tapi akan menjadi sangat membakar perasaan jika hubungan tidak sehat. Sedari awal perbedaan usia dan pola pikir menjadi jangka besar.
Ketika ditanya Kita dan Atsumu maka Osamu akan menjawab, "aku tidak mengharap lagi."
Osamu terlalu terbiasa dengan 'kerelaan'. Sama seperti saat ia membantu Kirinkai membereskan barang-baran untuk diangkut ekspedisi ke Tokyo. Malamnya Osamu akan menangis lagi.
Esoknya ia tidak menemukan Kirinkai di apartemennya. Hilang tanpa kabar. Chat tidak dibalas dan nomor tidak aktif. Atsumu juga tidak bisa menghubungi Kirinkai.
Sungguh betapa teganya Tuhan padanya.
"Miya Osamu?"
Nenek pemilik apartemen menghampiri Osamu yang hendak meninggalkan gedung apartemen. Di tangannya terdapat sebuah kotak dengan surat berwarna abu-abu.
"Kirinkai menitipkan ini untukmu, semalam dia sudah dijemput keluarganya."
Penjelasan itu menjawab kebingungan Osamu.
Perasaan tidak enak membunuh hati pemuda itu.
Seakan inilah akhir dari segala cerita di atap apartemen itu. Setengah tahun yang indah bagaikan mekarnya Sakura. Namun, musim semi di hati Osamu telah menghilang. Terbang menuju Tokyo dan tidak kembali lagi.
=====
Miya Osamu
Kucing manis yang memiliki nyala mata serupa lilin
Tidak terlalu terang, hanya saja tidak kunjung padam menemani di kegelapan hati
Aku bersyukur mengenalmu
Hei Shounen, maafkan aku tidak bisa mengatakan ini secara langsung
Bertemu denganmu adalah takdir. Menjadi temanmu adalah pilihanku, tapi jatuh cinta denganmu itu diluar kemampuanku.
Benar..
Aku jatuh cinta pada segala keindahan yang Tuhan titipkan padamu
Suatu hari nanti mari kita bertemu lagi di atap itu
Kau datang dari rumah dan aku menunggu dengan rokok kesukaanku
Terima kasih
dan maaf
.
.
.
.
A/N :
BENTAR INI BELUM TAMAT HEH
SERIUS BELUM TAMAT CUMA EMANG AKU NGEGAS PENGEN SEGERA NAMATIN
AKU DIHANTUI ENDING BOOK INI JADI KALI INI MEMANG ANEH BANGET KARENA TIMESKIPNYA MENDADAK
APALAGI TAU TAU KIRINKAI SUDAH SIDANG DAN PERGI KE TOKYO
MAAFKAN AKU
Rencananya masih ada dua chapter lagi yaitu 'Morning' dan 'Wake up'
Aku usahakan ngegas
//nangisin komen kalian yang gak pengen ini berakhir angst
Terima kasih sudah mampir dan untuk segala vote dan komen yang kalian kasih
Juli 2020
FAI
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top