ROMEO & JULIET
Karena takdir itu hanyalah sebuah kebetulan yang terkadang menggelikan , terlalu murahan untuk sekedar dijual di pasar gelap manapun dan terlalu tabu nntuk di anggap angin lalu semata. Takdir tiga orang anak manusia yang begitu pelik. Win Metawin, Bright Vachirawit, dan Tay Tawan. Entah bagaimana Tuhan menggariskan takdir ketiganya, mungkin Tuhan menggariskannya bersama - sama, serempak, dalam jalan yang hampir serupa namun dengan Akhir yang hanya bersinggungan. Dalam jalan yang begitu panjang itu ketiganya hanya beriringan lantas berpisah di tengah jalan. Atau mungkin, entahlah...
Bright selalu mengingat bagaimana Win berbicara mengenai Tay Tawan. Ya, Tay. Pemuda bernama lengkap Tay Tawan Vihokratana itu adalah anak dari musuh besar keluarga Opasiamkajorn. Pemuda rupawan yang di gadang-gadang sebagai pemimpin Vihokratana Company di masa mendatang, dengan otak yang begitu brilliant dan latar belakang yang tanpa cela. Pemuda bodoh itu, Bright selalu tak suka dengannya. Bukan hanya karena status yang dia punya─ kekasih Win- atau pewaris tunggal sebuah perusahaan besar. Bukan hanya itu, namun lebih kepada bagaimana Win seolah buta pada resiko yang akan dia hadapi jika ayah mereka tahu akan hubungan keduanya.
Opasiamkajorn dan Vihokratana, dua perusahaan besar itu selalu menjadi rival. Jika Vihokratana memiliki peluang besar dalam dunia bisnis legal maka Opasiamkajorn sebaliknya. Keluarga Opasiamkajorn adalah semua mimpi buruk dari yang lebih buruk. Keluarga Win, Opasiamkajorn. Mereka adalah harimau yang menguasai dunia hitam. Para penipu, gangster dan berbagai hal yang orang-orang anggap buruk. Itulah mereka.
"Kau tidak bisa melanjutkan hubunganmu dengan si bodoh Vihokratana itu, Win!" Bright bahkan telah mencapai batas toleransi yang di apunya untuk topic itu. Win Metawin terlalu lemah, dia terlalu bodoh dan terlalu baik pada semua hal.
"Kau dan omong kosongmu, aku tidak perlu apapun darimu untuk urusanku. Bright." Dan sifat keras kepala yang telah mendarah daging itu tak lepas dari bagaimana ayah mereka yang terlalu memanjakan Win. Ya, ayah mereka. Bright adalah saudara Win. Dia adalah saudara bagi Metawin—yang segaja di pungut ayah Metawin dari panti asuhan mungil di sudut kota. Anak malang yang di didik dengan begitu keras untuk melindungi Win dan segala asset yang dimiliki keluarga Opasiamkajorn. Selamanya.
"Kau tidak bisa, Ayah sudah mengetahui semuanya." Mata indah Win membola kaget, sedang Bright masih tetap datar. Bright berharap dengan semua ini Win akan menyerah atau paling tidak dia mencoba berpikir sedikit rasional dan menyudahi semua tindakan konyolnya.
Namun, wajah tampan itu kini menatap remeh Bright. Terkekeh hambar sembari berkata. "Maka, Aku tidak perlu menyembunyikan semuanya lagi. Terimakasih. Bright."
***
Bright kehilangan jejak Win, pemuda itu pergi bersama Tay dan Bright hanya bisa mengumpat karena ulah keduanya. Kemeja putih yang melekat pada tubuhnya pun tampak kusut, lengan-lengannya bahkan telah tergulung sampai siku memperlihatkan otot-otot menegang yang dia paksa bekerja menghabisi para lalat yang mengacaukan segala hal. Dia gagal, dan puluhan orang suruhan Tay Tawan yang terkapar di hadapan adalah hal sia-sia yang seharusnya tak dia ladeni jika harus kehilangan Win. Dia akan dalam masalah, dan Win akan jauh lebih menderita..
"Maaf, ayah.. aku kehilangan Win." Ucap Bright penuh sesal, untuk ayah—Tuan Opasiamkajorn dan semua hal yang telah beliau percayakan padanya.
Bright telah gagal, ya. Dia gagal. Namun dia tidak akan berhenti sampai di sana. Bright itu sempurna, dia adalah anjing penjaga yang terlampau setia pada tuannya. Maka, ketika suara berat itu mengucap satu kalimat singkat tanpa penekanan, Bright hanya diam, menatap langit luas yang menaunginya dalam detak kacau yang tak semestinya.
"Habisi pemuda itu, apapun resikonya." Ada jeda yang menggantung. "Bahkan meskipun Win yang menjadi taruhan." Yang membawa detak kacau di dada Bright semakin bertalu, habisi Tay Tawan, ya itulah yang ayahnya inginkan. Namun, tentu saja Ayah juga tahu bagaimana tabiat anak semata wayangnya.
Metawin dan semua hal yang begitu dia cintai. Semua itu akan menjadi hal yang begitu buruk. Sangat buruk. Lantas, semua hal buruk itu akan bertambah lebih buruk ketika Bright melibatkan diri dalam lingkaran kematian yang sengaja mereka buat.
"Baik, Ayah.."
Sebab Bright akan mematuhi apapun yang Ayah Metawin katakan, dia akan mematuhi segalanya. Tanpa bantahan, tanpa cacat, tanpa perlu berpikir apa yang akan terjadi setelahnya.
***
Tay merangkum tangan Win yang mendingin dengan sempurna, membawa senyum kaku hadir dalam wajah cantik yang setiap detik selalu ia kagumi, tanpa bosan. Win Metawin, entah bagaimana Tay bisa melabuhkan hati pada anak semata wayang dari keluarga Opasiamkajorn itu. Entah bagaimana..
"Kita akan pergi setelah pemberkatan, apa kau gugup?" suara yang manis itu membawa atensi Win kembali, ada begitu banyak rasa takut yang membuncah dalam dadanya. Ayah dan Bright. Dua orang itu selalu menjadi pertimbangan baginya untuk melangsungkan hubungan bersama Tawan. Namun, tidak kali ini. Dia harus menentukan pilihannya. Jika Tay bahkan berani melepaskan diri dari sangkar emas keluarga Vihokratana maka dia harus berani keluar dari belenggu duri keluarga Opasiamkajorn yang selama ini mengekangnya.
Win akan bersama Tawan. Dia akan menggapai bahagianya dan pergi dari Negara ini secepatnya. Mereka akan memulai kehidupan baru, tanpa adanya siapapun yang mengenal keduanya. dan─
"Tidak, aku bahagia." Ya, Win akan bahagia bersama Tay. Dia akan bahagia bersamanya.
"Ayo.." dia telah melabuhkan semua harapannya pada Tawan, Win sudah menamatkan semua kisahnya bersama Tay Tawan dan ini adalah akhir. Win tersenyum, mengeratkan genggaman jemarinya dalam sela jemari Tay. Menapak pada setapak bebatuan granit menuju gereja kecil tua dimana keduanya bertemu untuk kali pertama sebagai kedua pewaris Opasiamkajorn dan Vihokratana, lalu akan berakhir bersama tanpa kedua tahta tersebut.
***
Badai akan datang saat segala hal tenang, seperti halnya Bright yang datang ketika Win dan Tay tengah selesai dengan pemberkatan untuk kisah cinta keduanya. Bright bahkan berdecih pelan melihat pastur tua yang tak tahu apa-apa itu terkaget karena ulahnya menendang pintu gereja dengan murka bersama puluhan kaki-tangan.
"Wah, kalian sungguh tak mengundang siapapun dalam acara yang mengharukan ini?"
Tak ada yang perlu Bright sesali, dia akan menekankan kalimat itu sedalam mungkin dalam kewarasanya. Dia tak akan menyesali apapun yang terjadi. Maka, dengan gerakan yang terlatih Bright membidik revolver—miliknya, memusatkan pandangan pada satu-satunya tokoh tak penting yang masih mematung dihadapan kedua tokoh utama dan menarik pelatuk tanpa perlu pikir panjang.
Pastur tua yang menyedihkan itu jatuh, darah mengucur deras dari kepalanya yang sengaja Bright jadikan pelampiasan. Sedang mereka─Tay dan Win tampak begitu tertegun. Si bodoh Vihokratana coba menjadi tameng bagi Win yang kini tampak pucat. Bright tahu, dia tahu Tay mengerti apa yang ayahnya perintahkan. Bright tahu pasti hal itu dan dia telah memperhitungkan segala kemungkinan yang akan terjadi detik kemudian.
"Berhenti Bright!" Win dan ketakutannya akan kehilangan Tay Tawan adalah hal menggelikan yang selalu Bright benci.
"Kau tahu aku tidak akan berhenti, Win." Dengan langkah lambat yang begitu pasti, mengangkat tangan kiri agar kaki-tangannya berhenti di tempat sembari tersenyum pada Win. "Kau dan semua hal yang konyol itu, kau tak akan bisa melindunginya. Tidak akan bisa."
"Berhenti atau─"
"Mau mencoba menembakku?"
Senyum menawan Bright merekah, Tay menoleh cepat mendengar hal itu dan benar saja. Win kini tengah mengacungkan sebuah hand gun dalam genggaman tangannya yang bergetar.
"Cobalah." Bright menggantung ucapannya, berhenti melangkah dan melanjutkan. "Tembak aku, jika kau mampu. Win."
***
"Maaf..."
Tay kira Win benar-benar akan menembak Bright dengan hand gun itu, dia pikir Win akan menembak untuk mengakhiri kisah keduanya. Namun, dia tak pernah mengira jika Win malah membalik hand gun itu pada dirinya sendiri. Menarik pelatuknya cepat dan melesakkan timah pada itu pada kepalanya.
Derak waktu seolah melambat, letupan hand gun dan teriakan Bright yang memanggil nama Win membuat Tay terdiam di tempat. Semua hal ini terlalu mencengangkan. Win dan semua yang dia pikirkan.
Bagaimana bisa dia melakukan semua ini?
Bagaimana bisa dia memilih membunuh dirinya sendiri seperti ini?!
Tepat ketika suara derap kaki Bright menggelegar mencapai tempatnya, Tay hanya mengingat satu hal sebelum timah panas itu mengoyak tubuh dan rasa sakit yang tiba-tiba menjalar mematikan semua nafas yang dia punya. Bright, pemuda yang Win sebut sebagai saudaranya itu menghambur pada tubuh Win, memeluk erat dengan seringai menyeramkan yang tertuju pada Tay untuk terkahir kali.
***
"Bright." Sang pemilik nama itu menggumam, mengeratkan rengkuhan pada sosok cantik yang kini bergelung nyaman pada rengkuhannya. "Katakan sesuatu yang membangkitkan ingatanku tentang kita."
"Hm. Ingatan ya," Bright tersenyum, mengecup bibir kissable itu dalam sapuan lembut seraya berkata. "Hanya ingat jika Bright Vachirawit akan mencintai Win Metawin, selamanya."
Kekeh hangat Win menguar, di sana akan tersimpan semua hal yang telah Bright kubur dalam-dalam. Ingatan Win yang hilang, kenyataan jika Win selamat setelah mencoba menembak kepalanya sendiri dan fakta jika Tay meninggal hari itu akan Bright kubur dalam-dalam.
Sebab Bright yang begitu patuh itu juga memiliki satu keinginan mutlak, memiliki Win untuk dirinya sendiri bagaimanapun caranya. Membunuh siapapun yang menghalanginya dan berakhir bahagia.
Bright tak ingin kisah tragis Win berakhir sama dengan kisah menggelikan Romeo dan Juliet yang telah usai di makan jaman. Kisah itu telah selesai, kehidupan itu sudah tidak ada. Tay Tawan dan segala ingatan yang Win miliki hanya akan menjadi dulu tanpa sekarang.
"Aku juga mencintaimu, Bright." Sebab Win Metawin miliknya, dia Juliet-nya. Yang akan berakhir bahagia meskipun sang Romeo telah pergi ke alam baka.
|Saya nggak bakal banyak bacot, silahkan berkomentar dan klik bintang jika kalian berkenan. Salam Badut! En|
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top