Chapter 59: Sang Pangeran Langit

Sebelum kepala Bai Suzhen jatuh dan berdebum di tanah, ia merasakan hembusan angin yang keras seiring celah di atas langit membuka lebar hingga sinar cahaya putih begitu menyilaukan mata. Bertepatan dengan hembusan angin itu, sebuah lengan menahan kepala belakangnya dan tubuhnya yang ambruk jatuh ke pelukan seseorang.

Bai Suzhen tidak sadarkan diri setelah pertarungan besar bersama Mo Lushe. Celah langit terbuka oleh bantuan Lei Hexia yang terus berjuang membelah langit demi membentuk Portal Dunia Mortal yang baru. Ia tahu kalau Bai Suzhen yang bertarung sendirian dengan Mo Lushe di tengah kegelapan tidak akan bertahan lama.

Jadi ketika sebuah guncangan hebat, tanah yang bergetar dan hempasan angin tajam yang menusuk jantung, Lei Hexia mendapat dorongan energi baru dari Bai Suzhen yang berhasil mengalahkan Mo Lushe setelah melakukan penyatuan energi di dalam jantung. Para Wuxian yang masih hidup setelah membantu Shanqi di Tanah Cahaya langsung berhambur turun dan menyelamatkan dunia mortal.

Tanah tandus segera disirami air. Langit gelap perlahan berubah terang. Awan tebal yang bergumpal-gumpal sirna. Udara pengap yang mengisi bumi seketika terurai pelan. Sirkulasi kembali dibentuk cepat oleh para dewa Wuxian dan Shantian yang saling bekerja sama. Sementara Xianlong, ketika terbang turun ke dunia mortal, ia melihat Bai Suzhen dan segera menahan tubuhnya yang ambruk sebelum menyentuh tanah.

Beberapa orang di dekat tenda segera mendekat dan memberikan ranjang kosong untuknya. Xianlong menggotong Bai Suzhen ke ranjang terdekat. Yan Liang ikut membantu membersihkan luka dan mengobati Bai Suzhen.

"Nona, di mana Xuxian?" tanya Xianlong menyela Yan Liang yang gugup-ripuh sendirian. Mata gadis itu nampak bengkak, tapi Xianlong tidak berencana bertanya lebih.

Gerakan Yan Liang terhenti seketika. Ia menatap Xianlong dan baru menyadari betapa indahnya sosok dewa. Rambutnya yang putih, dengan mata hijau seperti zambrut kelihatan sangat magis. Auranya sangat mendorong Yan Liang untuk sadar kalau yang bicara bukanlah manusia. Melainkan dewa.

"Dia..." bibir Yan Liang bergetar ketika mengucapkannya. Matanya mengarah ke tenda di seberang. Xianlong langsung mendapati pemuda itu terbaring memejam dalam damai. Hati Xianlong langsung terenyak.

Ia mendekat perlahan ke sebelah ranjang tempat Xuxian berada. Wajah pemuda itu tampan. Sangat tampan untuk seukuran manusia. Sayangnya...

Dari arah keramaian, Lei Hexia muncul. Ia langsung menyerbu ke arah Xianlong dan berdiri di sampingnya. Menatap satu-satunya murid kesayangannya yang kini tidak bernapas barang satu kalipun.

"Xuxian..." hati Lei Hexia terasa nyeri. Ia menatap anak itu seperti anaknya sendiri dan sadar betapa selama ini ia begitu menyesal tidak memaksanya berlatih kultivasi dan hanya membiarkannya mencari kebebasan. Ia sudah dengar apa yang Xuxian lakukan. Terhadap Cahaya Rohnya dan terhadap takdir yang membuat Dewa Shanqi harus kehilangan rivalnya. Tapi daripada itu, Lei Hexia masih tak percaya kalau Xuxian tidak menyampaikan satupun kata padanya.

"Dewa Xianlong, apakah tidak ada buah dan tanaman berkhasiat dari Gunung Kunlun yang bisa kau bawa turun untuk menyelamatkannya?" tanya Lei Hexia.

Dari tenda tempat Yan Liang berdiri, ia terguncang. Air matanya memenuhi pelupuk. Tangannya yang sedang mengobati luka Bai Suzhen seketika gemetar. Hatinya seolah remuk mendengar itu semua. Tapi ia tetap menahan air matanya sekuat tenaga. Dalam benaknya, Xuxian mati tidak sia-sia. Dia adalah pemuda paling pemberani yang pernah ia kenal.

"Pendeta Lei, buah Gunung Kunlun hanya berkhasiat untuk para dewa. Manusia tidak berhak memilikinya karena jalan kehidupan mereka adalah di dunia mortal. Bukan di dunia immortal."

"Tapi setidaknya dia adalah Pangeran Langit. Dia anak dari Kaisar Yu Huang..." air mata Lei Hexia menetes. Mau ditahan pun, pria itu tidak sanggup. Menatap Xuxian yang terbaring tanpa suara nyaris membuat dirinya bertindak tidak bijak.

Mata Xianlong memancarkan duka mendalam. Ia mengusap pelan rambut Xuxian yang panjang dan bergelombang. "Dia masih manusia. Kaisar Yu Huang sudah mencapai kultivasi level paling tinggi. Nyaris menyamai dewa. Sejak awal Xuxian berhati bebas. Dia nyaris menjadi manusia sepenuhnya. Sekalipun dia punya kultivasi, itu hanya sebatas melindungi diri. Ia bisa melawan secara mendadak karena dorongan Cahaya Roh. Sayangnya, tubuhnya masih terlalu fana, kultivasinya banyak yang tidak tercapai. Dia masih seorang manusia. Jikapun menerima Buah Mata Peri, tubuhnya yang fana ini tidak mampu menampung besarnya energi murni cahaya."

Lei Hexia tidak menyahut lagi. Ia hanya menangis tersedu-sedu. Teringat kembali bagaimana dulu, ketika kecil Xuxian begitu nakal dan tidak suka berlatih tenaga dalam. Ia selalu kabur dan berlarian di sekitar kuil. Mencuri makanan, dan menendang para pendeta tua yang menghukumnya. Diam-diam kabur dari kuil, mencoreng nama baik Kaisar Yu Huang, merendahkan para pendeta karena dirinya anak paling tidak bisa diatur.

Tapi di mata orang-orang, termasuk Yan Liang, Xuxian adalah pemuda yang manis. Dia senang membantu dan selalu sopan kepada orangtua. Membantu orang-orang di pasar, mendalami kesulitan seseorang, dan mendengarkan apa yang menjadi kebutuhan mereka. Xuxian selalu menganggap dirinya adalah Pangeran Langit. Dia selalu percaya diri kalau dirinya sanggup membantu semua orang. Tapi kadang ada sifat impulsif itu yang membuatnya sadar juga, kalau mau menjadi orang besar, perlu tanggungjawab yang besar juga.

Itu sebabnya, setelah ia remaja, ia sadar betapa perlunya mengemban tanggungjawab itu hingga akhirnya ia memulai belajar kultivasi bersama para dewa dan mempelajari hal-hal di dunia immortal. Lei Hexia yang paling paham kenapa dirinya begitu ingin bebas. Kenapa dirinya begitu ingin lepas dari beban itu.

Karena ia hanya ingin ayahnya tetap menganggapnya anak. Bukan seorang penting yang takdir tetapkan padanya.

Bukan juga seseorang yang membunuh ibunya sendiri.

Dari luar tenda, sebuah gelombang energi dingin mengguncang tanah. Orang-orang saling pandang dan terkejut. Dua gelombang sinar putih bak meteor itu mendarat, luruh dan memunculkan Kaisar Langit Giok bersama Jenderal Denglai di sampingnya. Menggenggam tongkat kristal dengan gagah.

Semua orang yang melihat kemunculan Kaisar Yu Huang langsung berseru dan bersujud. Jubah Kaisar Yu Huang yang berwarna putih kebiruan tersibak pelan. Matanya yang memancar putus asa mengarah lambat ke sosok pemuda—yang terbaring di ranjang tenda.

"Yang Mulia," Lei Hexia sedikit berguncang. Yu Huang menahan sikunya, tubuh pendeta itu gemetar hebat. Bibirnya tak bisa membuka karena mungkin jika ia bersuara lebih, ia akan menangis keras. Pemandangan itu...

Yu Huang mengalihkan tatapannya ke arah Xuxian.

Di atas ranjang, wajah anaknya bagai porselen yang lembut dan penuh ketenangan. Salju seolah mengelilingi dirinya hingga nampak begitu memesona. Sampai tidak sadar kalau anaknya yang sekarang sudah tiada. Senyum haru menguasai Yu Huang. Jenderal Denglai menatapnya penuh sesal tapi tetap berlutut di depan Xuxian.

"Demi keselamatan semua orang, Pangeran Langit telah berani memutuskan hidupnya. Tanpa melihat keinginan pribadi, tanpa melihat dendam. Ia adalah dewa fana pertama yang kebijakannya melebihi kita semua," seru Jenderal Denglai. Membuat semua orang yang ada di sekitarnya langsung ikut tunduk karena lantangnya suara Denglai. Yan Liang tersuruk ke lantai, menangis keras sambil menutup mulut.

Yu Huang berjalan mendekat. Dadanya sesak. Senyum di bibirnya adalah bentuk kepalsuan yang selama ini ia latih. Bahkan tanpa sadar, dirinya sudah tidak bisa menangisi penyesalan yang tidak berguna. Ia menatap anaknya, sudut matanya menggenang air mata. Ia menyentuh tangan Xuxian yang pucak dengan lembut.

"Anakku, ayah berdosa banyak padamu. Niscaya, di kehidupanmu selanjutnya, kebahagiaanmu akan berlipat ganda." Ia menunduk, mencium tangan Xuxian sebagai tanda hormat dan mengecup keningnya sebagai tanda sayang.

Seumur hidup, Yu Huang tahu, kalau menjadi Kaisar Langit Giok, mengorbankan banyak hal, termasuk anak dan istrinya, adalah bentuk kebijaksanaan yang membuatnya sadar, beban itu terlalu berat untuk ditanggungnya seorang.

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top