Chapter 58: Akhir Pertarungan
Pandangan gelap itu berakhir terang dan menyilaukan mata. Ketika Xuxian terlonjak dari posisinya, ia mendengar suara seseorang terjatuh di sisi ranjang. Yan Liang menangkap Xiao Li yang jatuh pingsan tak sadarkan diri. Gadis itu tersedu-sedu, tapi tanah bergetar hebat.
"Apa yang terjadi?" kata-kata pertama yang meluncur dari mulut Xuxian. Ia langsung segar dan seolah mendapat sokongan energi baru entah dari siapa.
"Xuxian! Akhirnya kau bangun. Bai Suzhen sedang menahan Mo Lushe di sana—"
Mendengar itu, Xuxian langsung turun tapi Yan Liang kembali berteriak menahannya yang selangkah lagi keluar dari tenda.
"Berhenti sebentar! Kau... energi murni Xiao Li habis untuk membangunkanmu. Xiao Li bilang, di langit ada celah cahaya, tapi tidak ada yang bisa membawamu naik tanpa energi cahaya yang besar. Sementara Cahaya Roh perlu waktu untuk memproduksi energi murni lagi. Energimu habis ditransfer ke Pusaka Iblis Bai Suzhen yang sekarang. Jika mau menunggu Cahaya Roh menghasilkan energi cahaya, akan butuh waktu lama—"
"Aku tahu," penjelasan Yan Liang disela. Dalam mimpinya, Xuxian bisa mendengar samar-samar, entah suara Shanqi atau suara wanita lain. Tadinya ia tidak mengenali suara itu, tapi karena konteks yang dibicarakan Yan Liang sama dengan suara wanita dalam mimpinya, ia yakin kalau itu suara Xiao Li.
"Cahaya Roh adalah jantungmu dan jantung Dewa Shanqi. Sejak lahir, kau sudah dibagikan kekuatan besar itu, sengaja, supaya Dewa Shanqi bisa mengolah energi baru dari Cahaya Roh dan bisa membuat dirinya semakin lebih kuat. Satu-satunya alasan Dewa Shanqi memberikan separuh kekuatan intinya padamu adalah supaya kau bisa menjadi sosok penetral di dunia mortal. Bisa berkultivasi dan memanfaatkan kekuatan itu demi melindungi manusia. Jadi, jika suatu hari Cahaya Roh itu hilang, kau pun bisa mati."
"Apakah mungkin suatu hari nanti Dewa Shanqi meminta kembali Cahaya Rohnya dariku?"
"Xuxian, dunia ini begitu besar dan banyak hal yang tidak kita ketahui ke depannya. Jikalau memang terjadi begitu, maka kau harus melakukannya. Hidupmu diberi oleh Dewa Shanqi, maka matimu, juga hanya untuknya."
Percakapan dua puluh tahun yang lalu bersama Lei Hexia tiba-tiba menyergah benaknya. Ia menatap Xiao Li yang memejamkan mata, terkulai tak sadarkan diri. Rencana ini memang yang terbaik. Di tengah kekacauan ini, tidak mungkin ia bertemu Lei Hexia. Tidak mungkin juga menanyakan keadaan Shanqi yang sedang sekarat di atas sana. Besar keinginannya memberikan Cahaya Roh ini untuk dewa itu. Tapi tiba-tiba ia ingat kata-kata Lei Hexia.
"Sosok penetral adalah harapan. Tapi yang namanya harapan, tidak ada yang pernah tahu kapan datangnya. Asal kita yakin, mungkin langit akan memberi kita kesempatan."
Xuxian meneguhkan dirinya. Ia keluar dari tenda, lalu melihat sosok Bai Suzhen dalam wujud ular sedang dibanting ke tanah oleh ekor Mo Lushe yang hitam dan gelap. Energi keduanya sangat besar. Xuxian bisa merasakan itu di sekitar udara. Di atas langit, celah cahaya masih nampak. Entah siapa yang membukakan celah kecil itu, tapi dalam hatinya, Xuxian sadar kalau harapannya ini di mulai dari sana.
"Jika memang ini jalan terakhir, maka Shanqi juga tidak akan marah."
Menggunakan satu tangan, Xuxian berkonsentrasi mencari kekuatan besar Cahaya Roh di jantungnya. Angin menderu di sekitarnya. Pertarungan Bai Suzhen dan Mo Lushe bagai badai yang tak akan redam.
"Xiao Bai!" jerit Xuxian di tengah pertarungan itu. Bai Suzhen sudah bangkit dan berhasil lepas dari rejangan Mo Lushe. Tapi tubuhnya penuh luka dan bercak darah. Di tengah angin yang menderu, suara Xuxian lantang dan keras. Terdengar lewat energi Xuxian yang menyentuh Bai Suzhen. Ular Bai Suzhen mendongak, melotot kaget setengah tersenyum ke arahnya.
Xuxian setengah tidak fokus karena tangannya masih berusaha keras mencapit Cahaya Roh di jantungnya. Butuh kekuatan besar untuk menarik Cahaya Roh dari jantungnya.
Dari kejauhan, Bai Suzhen seolah mendapat kekuatan baru. Ia berputar mengelilingi Mo Lushe secara cepat. Membentuk formasi di bawah tanah. Garis beku melintang, mengelilingi ular hitam itu. Mo Lushe tidak diam saja. Ia memberontak, hendak memecahkan energi dingin yang mengurungnya. Dalam keadaan tidak stabil, kurungan es itu hanya sementara. Bai Suzhen meliuk dan menghampiri Xuxian.
Mata birunya menatap cemas.
"Xuxian, apa yang kau lakukan?" suara Bai Suzhen seperti jauh tapi juga terasa dekat. Xuxian tidak bisa menjawab. Sebuah cahaya tipis muncul dari dada kirinya. Bai Suzhen membelalak.
"Xuxian! Kau mau apa!?"
Dari arah tenda, Yan Liang berlari, mengejar ke tengah mereka. "Nona Bai, kau harus menggunakan Cahaya Roh untuk mengalahkan Mo Lushe. Energi Xuxian...semuanya sudah ditransfer kepadamu. Dia sudah tidak punya energi apa-apa selain energi Xiao Li yang baru saja ditransfer padanya. Dia... dia hanya bisa mengandalkanmu."
Bai Suzhen menyaksikan Xuxian menahan sakit dari jantungnya. Ketika satu tangannya berhasil mengeluarkan bongkahan cahaya putih berwarna kekuningan di tengah udara, Bai Suzhen terpana beberapa saat.
"Xiao Bai... berjanjilah padaku," katanya sendu. Samar-samar, Bai Suzhen mendekat, ia menatap Xuxian dalam kesesakkan dada yang mengguncang dirinya.
"Xuxian... kalau kau memberikanku ini, maka Cahaya Rohmu..."
"Aku baik-baik saja," katanya berbohong.
Air mata Bai Suzhen luruh. Melewati sisik-sisiknya yang beku, Cahaya Roh didorong oleh satu tangan yang lain lalu ditekan masuk ke dalam jantung Bai Suzhen.
"Aku tidak mau..."
Xuxian terjatuh. Yan Liang menangkapnya. Melihat Xuxian yang pucat dan tidak berdaya membuat hati Bai Suzhen amat tersiksa. Dorongan pelan dari Cahaya Roh yang tertarik secara natural seperti sebuah magnet menyentak Bai Suzhen.
Bai Suzhen masih ingin menatap Xuxian lebih lama, tapi energi Cahaya Roh yang menerjang dirinya membuat bayangan di kepala Bai Suzhen seketika tercampur-campur.
Di mata Yan Liang, Bai Suzhen semakin nampak bercahaya. Wanita itu menggeliat dalam wujud ular. Seolah tersentak-sentak oleh energi baru yang mengisi seluruh nadi energinya.
Bayangan wajah Shanqi dan Xianlong samar-samar muncul di tengah cahaya yang begitu menyilaukan mata. Bai Suzhen pikir dia sudah terbang ke langit, ke Tanah Cahaya. Tapi sosok keduanya terasa samar. Meski begitu, ada keyakinan besar dari hatinya kalau mereka adalah nyata.
"Xuxian..." kata suara Shanqi yang tenang nyaris lemah. Bai Suzhen terkejut mendengarnya.
"Xuxian! Apakah itu kau?" kali ini suara Xianlong. Suara yang ringan dan lembut begitu dirindukan. Bai Suzhen berseru. Suaranya menggema seolah sedang berdiri di lorong panjang yang penuh cahaya.
"Aku bukan Xuxian! Xiao Bai..."
"Xiao Bai!? Kau—apa yang terjadi? Kenapa Cahaya Roh ada padamu...?"
"Xuxian memberikannya. Xuxian... memberikan nyawamu demi sosok penetral."
"Apa?"
"Tidak. Aku hanya meminjamnya sebentar. Cahaya Roh pasti akan kukembalikan lagi padanya. Xuxian bisa hidup kembali."
"Kultivasi Xuxian terlalu rendah. Dia belum mencapai sosok dewa. Sekali Cahaya Roh hilang dalam dirinya, maka dia tetap mati."
"Aku tidak percaya. Xianlong, hentikan ucapan si tua yang mengada-ada itu." Dalam hati Bai Suzhen tahu ia hanya menyangkal. Tapi demi menolak kenyataan, apa lagi yang bisa ia lakukan? Xianlong tidak menjawab. Tapi ada keheningan yang begitu menyesakkan ketika mereka tidak mengucapkan apa-apa. Di antara sinar terang yang menyergap mata, hati Bai Suzhen tanpa alasan terasa begitu sakit.
"Xiao Bai, kau tahu apa yang mau kukatakan padamu," perkataan Xianlong menutup mulutnya. Sesuatu seperti menusuk bola matanya hingga perih dan terasa panas. Tapi mulutnya tetap bergumam teguh.
"Aku bisa menyelamatkannya. Jika itu artinya mengembalikan kembali kedua pusaka dan cahaya roh, aku tidak peduli. Xuxian harus hidup."
"Apa yang membuatmu begitu bersikeras, Xiao Bai? Kau bukan Dewa Suci yang bisa mengembalikan nyawa seseorang. Kalau kau mengembalikan Cahaya Roh pada Xuxian, itu tidak berguna. Dia manusia... sementara kau..."
"Aku iblis," ucap Bai Suzhen parau, "sejak awal aku memang seorang iblis. Bukan manusia. Aku tahu," air mata jatuh ke pipi.
"Ini bukan saatnya kita membahas Xuxian. Cahaya Roh itu harus kau gunakan sekarang. Mo Lushe tidak akan lama bertahan di formasi es itu. Kau harus membunuhnya, kau harus menusukkan Pusaka Iblis di jantungnya menggunakan Cahaya Roh dan Pusaka Iblis. Satukan kedua energi itu. Dorong ke jantungnya, maka ini semua akan berakhir." Xianlong dengan tenang menjelaskan.
"Xuxian juga akan selamat, iya, kan?"
Kata-kata terakhir begitu membuat Bai Suzhen kehilangan akal. Jika dia bisa membantu semua orang, semua makhluk, dengan cara ini, apakah ia rela melihat Xuxian menjadi satu-satunya orang yang berkorban?
"Xiao Bai, sadarlah. Kau harus cepat melakukan ini." Xianlong menyadarkannya sesaat.
"Aku tahu."
Setelah mengatakan itu, sinar terang itu menyusut dalam kecepatan penuh. Bai Suzhen terlonjak karena di jantungnya, sebuah dorongan besar memaksanya bangun. Ia membuka mata dan mengerjap-ngerjap. Tubuhnya dalam wujud ular putih tergolek di samping Xuxian yang tak sadarkan diri.
"Aku tidak percaya. Aku pasti bisa membuatmu hidup kembali," ucap Bai Suzhen bersikukuh. Di belakangnya, sebuah ledakan mengejutkannya. Yan Liang melotot dan berseru panik.
"Nona Bai!"
Hempasan angin menerjang seluruh tenda. Mo Lushe menggeram marah. Matanya menyalang penuh teror. Bai Suzhen mengangkat lehernya yang panjang dan mulai berkonsentrasi.
"Apakah kau suka hujan?"
"Iblis sepertimu, tahu apa soal cinta?"
"Fokus, pegang tanganku."
Tanduk di kepala Bai Suzhen menyala. Udara berputar-putar, mengangkat debu tanah yang tandus, mengangkat segala energi alami di sekitarnya berkumpul di satu titik di depan mata Bai Suzhen yang langsung membuka.
Mo Lushe menerjang ke depan. Bai Suzhen menghindar ke samping, berputar cepat melintasi ular hitam itu. Ia dengan cepat membawa ekornya ke belakang, mengaitkannya ke perut Mo Lushe. Sisik Mo Lushe mengeluarkan energi yang panas. Matanya menyalang merah mengeluarkan sejenis energi hitam yang merambat ke sekitar tubuh Bai Suzhen.
Bai Suzhen harus bertahan beberapa saat.
Cahaya Roh menjalin di antara Pusaka Iblis di jantung. Irama nadi energi murni yang bergiliran masuk ke dalam Pusaka Roh, mengisi seluruh darah dan jantung Bai Suzhen dengan kekuatan baru. Ketika Mo Lushe hendak menguasainya, Bai Suzhen hilang kendali. Matanya yang biru berubah menjadi putih dengan bercak kuning biru tipis di sekitarnya. Tanduknya menarik energi hitam Mo Lushe dan mengubahnya menjadi asap tipis yang tak berarti apa-apa. Kekuatan itu membuat Mo Lushe tertegun untuk beberapa saat.
Lilitan ekor Bai Suzhen menjeratnya. Beku menjalar ke dalam tubuh. Mo Lushe mengeluarkan energi hitam dari dalam sisiknya, tapi energi itu tidak membentuk formasi apapun. Karena di sekitar keduanya, angin ribut yang mengelilingi mereka sudah seperti topan yang mengurung. Mo Lushe terkejut, panik menguasai dirinya. Di mata Mo Lushe, Bai Suzhen bercahaya seperti es dalam mahkota emas yang jatuh ke dalam air. Begitu berkilau, mustahil dan indah.
"Xiao Bai..."
Kepala Bai Suzhen terangkat. Tanduk menyala terang. Saat itu, mata Bai Suzhen menatapnya dalam.
"Aku bukan lagi Xiao Bai...melainkan Yue Bai."
Saat mengatakan itu, sejurus energi panjang berwarna kuning putih meluncur dari mulut ular yang membuka. Menerkam dan menghujami Mo Lushe yang seperti terbakar, menggeliat dalam cengkeraman ekor Bai Suzhen. Mo Lushe dibakar cahaya terang. Diterkam oleh kedua energi besar—yin dan yang. Mengisi darah-darahnya dalam getar tajam yang menusuk dan teror tiada akhir.
Dalam jeritan yang panjang, Mo Lushe terkulai jatuh. Sosoknya berubah kembali menjadi wanita lusuh dalam pakaian serba hitam.
Tergolek dan berdebum di tanah. Matanya membuka, mulutnya bergetar parau.
Bai Suzhen ikut tersungkur dalam wujud manusia. Di depannya, sang guru—menatapnya tanpa energi.
"Kau..."
"Dendammu, tidak akan pernah terbalas. Karena sejak awal, itu memang bukan dendam. Melainkan ketamakan."
Setelah Bai Suzhen mengatakan itu, Mo Lushe tersenyum tipis dan menutup mata.
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top