Chapter 57: Celah Kecil di Langit Hitam

Mata merah Mo Lushe menghardik pandangan Bai Suzhen. Dalam perputaran energi yang mengelilingi keduanya, Bai Suzhen menghempaskan satu energi panjang berwarna biru, membentuk formasi seolah memagari pergerakan Mo Lushe yang langsung mundur ke belakang. Cahaya merah yang mengelilingi Mo Lushe perlahan-lahan luruh. Berganti dengan sosoknya yang berdiri tegak, dengan mahkota meliuk perak di sekitar kepalanya.

Wajah sang guru...

Hati Bai Suzhen seketika tergolak emosi yang begitu campur aduk. Ia mendalami rasa sedih dan kekecewaan yang mendalam ketika menjadi manusia. Bagaimana Mo Lushe ternyata hanya memanfaatkannya selama ini, terasa menggigit ujung jarinya.

"Xiao Bai... atau harus kupanggil, Yue Bai?" ucap Mo Lushe membuat Bai Suzhen memicingkan mata.

"Apa maksudmu?"

Bibir Mo Lushe menyungging senyum. "Apa yang Xianlong bilang memang benar. Selama ini aku hanya memanfaatkanmu. Menjadikanmu sekedar alat supaya aku nantinya bisa menguasai energi cahaya. Menjadi sosok penetral—setidaknya itu yang para dewa katakan—dan aku bisa menguasai dunia. Membunuh Shanqi, membalaskan dendam kakek gurumu, Hei Lixun. Sayangnya, kau malah berkhianat dan hanya dengan kata-kata manis Xianlong sudah percaya begitu saja. Kini, buat apa kau hidup sebagai iblis? Seluruh generasi malu terhadapmu!"

"Jika kau mengatakannya sejak awal, mati untukmu mungkin aku mau. Tapi... kau menutupi itu semua dariku. Memanfaatkanku dengan cara kotor. Apakah iblis harus tetap mengandalkan energi cahaya dari para dewa untuk memenangkan segalanya?" tandas Bai Suzhen.

"Setiap iblis dan dewa, tidak akan pernah memenangkan pertarungan. Tapi aku tahu kalau perpecahan bisa terjadi jika salah satu dari kita menguasai kekuatannya. Menculikmu yang baru turun dari Pengadilan Jiwa bersama Hei Suzhen adalah salah satu rencana yang nyaris berhasil kulakukan," jawab Mo Lushe lurus.

"Nyaris bukan berarti berhasil. Karena bagaimanapun juga, takdir mengembalikanku ke titik awal. Aku tahu apa yang harus kulakukan. Aku tahu siapa diriku yang sesungguhnya," kelakar Bai Suzhen.

"Pengkhianat maksudmu?"

Bai Suzhen menghela napas. "Kau seorang iblis, selamanya berhati kosong dan hanya tahu satu dendam. Kau berpikir kalau kejahatan adalah kendali kebaikan. Tapi sebaliknya, bukankah kau tidak berpikir bahwa kebaikan adalah kendali kejahatan?"

Tawa Mo Lushe menggelegar. "Kau berpikir kau bisa mengendalikanku? Coba kita lihat sudah seberapa baik dirimu."

"Aku bukan seberapa baik. Tapi aku memang baik."

Seberkas sinar merah putih panjang meledak dalam satu hempasan. Keduanya terlontar di udara. Bai Suzhen berubah menjadi ular. Matanya menyala biru dan ada seberkas udara beku yang muncul dari sisik-sisiknya. Sebenarnya ia tidak tahu muncul darimana udara beku itu tapi sejak Xuxian melakukan transfer energi, sifat beku mulai mengelilingi tubuhnya.

Apakah ini efek dari Pusaka Iblis yang mengendap dalam Cahaya Roh?

Kalau begitu, apakah sifat Cahaya Roh seperti Sekte Bulan yang dingin?

Mo Lushe lantas berubah cepat menjadi ular hitam yang gelap. Matanya merah, beraura panas seperti seekor naga yang haus akan darah. Mulutnya terbuka, menampilkan taring panjang berkilau. Sisik-sisik Mo Lushe tajam bagai pisau. Bai Suzhen berputar, hendak melilit sekitar Mo Lushe dengan energi beku.

Ekor Mo Lushe yang panjang memecahkan formasi itu. Ia menerkam perut Bai Suzhen, jatuh ke tanah tandus di bawah. Suara debum besar menggetarkan lempengan. Langit di atas kepala hitam, seolah kegelapan selamanya mendukung sang Ratu Iblis.

Di langit, samar-samar, Bai Suzhen melihat cahaya yang amat tipis. Di puncak Qianshi lebih tepatnya. Kepalanya langsung bergumam, "Xuxian."

Bai Suzhen tidak tahu apakah dia bisa menghalangi Mo Lushe yang sangat kuat dan hebat. Tapi selagi dirinya bisa melindungi Xuxian—setidaknya supaya dia bisa pergi ke langit dan memberitahukan keberadaannya, memberikan sebagian Cahaya Roh untuk Shanqi, mungkin Shanqi bisa membantunya di sini.

Bisa berpikir sambil bertarung saja sudah bagus. Tapi Bai Suzhen harus segera melepaskan terkaman Mo Lushe yang gigi taringnya sudah menusuk dalam ke sisik beku. Darah tersembur keluar. Bai Suzhen berteriak, ia berderik panjang. Melengking, mengirimkan sinyal ketakutannya ke semua orang di penghuni tenda.

Tanpa Bai Suzhen tahu, dari tenda-tenda, Yan Liang menyaksikan pertarungan itu dengan gemetar. Di tempat Xiao Li, wanita muda itu membuka mata sayup-sayup mendengar lengkingan derik panjang ular itu. Ia menarik napas panjang dan terlonjak di kasur. Orang-orang di sekitar tenda ikut menyaksikan sambil berseru khawatir. Cemas dan takut memenuhi aura di sekitar tenda. Xiao Li bangkit sedikit tergopoh-gopoh dan menghampiri Yan Liang yang berdiri di samping tenda dengan air mata menggenang.

"Nona Yan..." suara Xiao Li terdengar serak dan lirih. Yan Liang terkejut, bangkit dan menoleh langsung memeriksa lukanya.

"Nona Li kau—"

"Aku baik-baik saja. Apa itu Nona Bai dan... Ratu iblis?" tanya Xiao Li sambil menatap ke depan. Ular putih bersinar di antara gelap bak naga putih yang melingkar membentuk serpih salju yang indah. Bertarung, berputar-putar dan melilit ke arah ular hitam besar yang matanya menyalang merah seperti serigala.

Energi pertarungan mereka sangat besar sampai-sampai Xiao Li terasa sengatan tajam.

"Aku rasa iya. Langitnya tidak lagi menjatuhkan hujan api. Tapi Xuxian..." Yan Liang menghampiri Xuxian yang masih mengerutkan alis tapi matanya memejam. Xiao Li baru sadar itu Xuxian, lalu berpikir cepat.

Tadi dia mendengar lolongan derik ular Bai Suzhen dan tahu kalau wanita itu tidak akan lama bisa menahan Mo Lushe.

"Kenapa dia?" tanya Xiao Li.

"Dia terus-terusan mengigau. Dia adalah Pangeran Langit dan punya sebagian Cahaya Roh dari Dewa Shanqi. Barusan dia bilang kalau Dewa Shanqi... mati." Yan Liang menunduk ragu.

Xiao Li menatap Xuxian tajam. Memastikan keadaannya seolah bisa membaca pikiran seperti yang pekerjaannya selama ini lakukan. Selain bisa melihat ke dalam inti energi murni dalam setiap dewa dan iblis, bakat lain Xiao Li adalah merasakan energi baik dan buruk di sekitar orang tersebut.

"Tidak. Shanqi tidak mungkin mati. Selagi Cahaya Roh itu masih hidup di sini." Xiao Li menunjuk dada sebelah kiri Xuxian.

"Lalu apa kita bisa membawa Xuxian ke langit?"

Xiao Li keluar tenda, mendongak ke langit hitam. Di atas ada cahaya putih yang amat kecil. Tapi itu puncak Qianshi. Xiao Li tidak bisa membawa Xuxian yang sedang tidak sadarkan diri begini naik ke puncak gunung itu. Terlebih, tidak ada portal Dunia Mortal. Xuxian bukan dewa yang punya kultivasi tinggi dan bisa melintas ke langit tanpa dorongan energi yang besar dari dunia mortal yang kosong ini.

Tapi...

Mata Xiao Li berpindah ke Bai Suzhen yang terus bergerak melawan Mo Lushe. Pertarungan mereka terlihat semakin sengit. Lontaran energi putih dan hitam saling beradu. Ekor dan tubuh mereka yang lentur saling menghindar dan menyerang. Tanduk putih Bai Suzhen menyala terang. Energi cahayanya terpaut besar. Xiao Li sadar kalau Bai Suzhen menerima banyak energi murni dari transfer yang dilakukan Xuxian.

Seketika ia paham keadaan Xuxian. Ia kembali ke samping Xuxian.

"Apa yang akan kau lakukan?" tanya Yan Liang sedikit cemas.

"Aku akan pingsan setelah ini. Tolong kau beritahu Xuxian untuk segera menyerahkan Cahaya Rohnya pada Bai Suzhen."

"Apa?" Yan Liang setengah berteriak.

Tangan Xiao Li sudah mulai menekan dada Xuxian. Sebuah cahaya merah muda muncul di tengahnya. Orang-orang terpana bingung, pertarungan Bai Suzhen dan Mo Lushe terus mengguncang tanah.

Yan Liang menyela. "Tapi kau baik-baik saja kalau pingsan?"

"Tidak tahu," jawab Xiao Li cepat. Cahaya itu semakin besar dan besar. Hampir menyilaukan mata Yan Liang. Ia pun terpaksa menutup matanya dan mundur sejenak.

Di tangan Xiao Li, energinya deras turun ke dada Xuxian. Pesan-pesan tipis yang dikirimkannya lewat transfer energi itu berharap bisa tersampaikan. Setidaknya, dengan begini, celah langit tipis di puncak Qianshi yang dibuka oleh entah siapa itu bisa menyampaikan akhir cerita ini.

Xuxian harus menyerahkan Cahaya Rohnya. Energi murninya telah diberikan semuanya pada Bai Suzhen. Tapi tanpa inang, Bai Suzhen akan kehabisan tenaga. Jika ini memang diperlukan, maka dunia mortal bisa selamat.

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top