Chapter 41 : Bai Suzhen dan Xuxian
Bai Suzhen membuka mata ketika sadar kalau ia sudah tidak sadarkan diri entah sejak kapan. Ingatan terakhirnya ketika ia digendong oleh Xuxian dan dalam setengah sadar setelah muntah darah lagi, kepalanya terkulai lemas dan jatuh di pundak pemuda itu. Perlahan, Bai Suzhen bangun dan mengamati keadaan sekitar.
Bangunan berbentuk lingkaran dengan lantai dari kayu dan di tengah ruangan ada bekas api unggun yang sudah semalaman dibakar. Di depan ruangan ada pintu berbentuk setengah lingkaran yang langsung mengarah ke sebuah danau. Langit nampak cerah tanpa awan. Bai Suzhen menghirup udara, rasanya begitu menenangkan pikiran.
"Kau sudah bangun?"
Sebuah suara mengejutkannya. Bai Suzhen menoleh ke belakang. Ternyata di belakang ada pintu lagi. Namun mengarah ke hutan-hutan lebat. Xuxian berdiri sambil memeluk kayu-kayu bakar dan menggotong satu ikan besar. Pemuda itu nampak sehat-sehat saja setelah pertarungan besar dengan Hei Suzhen.
"Kau tidak terluka?" tanya Bai Suzhen langsung. Kening Xuxian malah mengerut samar. Ia tidak menjawab untuk beberapa detik lalu berjalan ke tengah bekas api unggun dan menyusun kayu sambil memperhatikannya. Bai Suzhen ikut memandangnya bingung.
"Untuk apa seorang siluman ular membantuku menghalangi serangan adiknya sendiri?" pertanyaan Xuxian membuat Bai Suzhen sadar kalau pemuda itu akhirnya tahu siapa dirinya.
Bai Suzhen terdiam untuk beberapa saat. Sebelum menjawab, ia menghela napas. "Karena kau adalah Pangeran Langit. Kau adalah sebagian dari Dewa Shanqi yang memiliki Cahaya Roh dan keberadaanmu sedang dicari untuk peperangan Tanah Iblis."
Suara kayu-kayu yang dipatahkan dan disusun mengisi keheningan. Bai Suzhen tidak tahu bagaimana cara menjelaskannya, tapi ia tidak berbohong. Dan Xuxian tahu itu.
"Apa pedulimu kalau aku keturunan Dewa Shanqi?"
Bai Suzhen mengangkat wajah, menatap pemuda itu dalam. "Kau tidak tahu kalau aku dan Dewa Shanqi sudah sepakat untuk membantu Tanah Cahaya dan membunuh Mo Lushe?"
Beberapa saat, Xuxian terdiam dan duduk mengamati kayu-kayu di tengah ruangan. Pikirannya kembali mengingat tentang mimpinya. Ternyata selama ini mimpi itu adalah petunjuk untuk masa depan. Dan ternyata, bukan Bai Suzhen yang mau membunuhnya, melainkan kebalikan. Justru ia yang menyelamatkan dirinya dari Hei Suzhen.
"Aku tahu. Bahkan aku percaya. Hanya saja..." Xuxian balas menatap mata indah Bai Suzhen, "Aku ingin memastikan lagi bahwa aku tidak salah. Semua orang bahkan dewa dan para pendeta tidak percaya kalau kau sudah bersepakat pada Dewa Shanqi untuk membantunya. Kemunculanmu seperti sebuah kemustahilan, Xiao Bai."
"Tapi kau percaya padaku," sahut Bai Suzhen.
"Aku percaya padamu karena Dewa Shanqi memberimu kesempatan. Aku yakin, semua ini memang rencana Mo Lushe saja untuk menempatkanmu di posisi yang sulit dan memanfaatkan Pusaka Iblismu yang berisi energi cahaya untuk dijadikan senjata baru melawan Dewa Shanqi."
Bai Suzhen memiringkan kepala. "Bagaimana kau bisa memikirkan dugaan itu?"
"Aku memikirkannya setiap hari. Aku selalu menginginkan diriku bermanfaat untuk ayahku, bahkan untuk Dewa Shanqi. Tapi sampai sekarang, bahkan ketika Pusaka Iblismu jatuh ke dunia mortal, semua orang tetap menyuruhku untuk terus berlindung dan berkultivasi. Padahal yang kuinginkan hanya ikut membantu mereka. Membantu semua orang. Dan karena tidak mempunyai kesempatan apa-apa untuk ikut turut serta, aku hanya memikirkannya."
Sejenak, Bai Suzhen melihat keseriusan di mata Xuxian yang sendu.
"Xuxian, apa yang terjadi di dunia immortal sekarang? Apakah Mo Lushe sudah menyerang Tanah Cahaya?"
Xuxian menggeleng. "Aku tidak tahu. Seharusnya belum. Kalau sudah, pasti ada peperangan besar di langit dan aku tidak mungkin diam di sini membantumu menyembuhkan luka."
"Aku terluka?"
Bai Suzhen merasa dirinya ringan dan tidak merasakan sakit apapun. Bahkan ketika ia menahan kekuatan Hei Suzhen, dirinya tidak menyadari rasa sakit kecuali jantungnya yang terasa ditusuk.
"Kau pingsan selama tiga hari dan aku membantumu menyalurkan tenaga dalam. Untungnya kau punya basis tenaga dalam yang baik. Tapi... apakah yang Hei Suzhen katakan itu benar? Bahwa Pusaka Iblismu jatuh ke jantungku?"
Pertanyaan itu membuat kelegaan sekaligus pertanyaan besar. Bai Suzhen ingat ketika Pusaka Iblisnya dicabut oleh pendeta Ouyang Feilan, dirinya terhempas dan tanpa sadar ia melihat kendali Pusaka Iblis terlalu kuat untuk disentuh pendeta itu hingga akhirnya terlempar entah ke mana. Tapi Bai Suzhen tidak menyangka kalau ternyata Pusaka Iblisnya jatuh ke dunia mortal.
"Kalau benar Pusaka Iblisku ada di jantungmu, seharusnya itu menyumbat sesuatu dalam nadi energi murnimu. Apakah kau pernah merasakan sesuatu yang aneh selama berlatih kultivasi?" tanya Bai Suzhen.
"Aku mengalami kendala. Dan kalau kuingat-ingat..." Xuxian menunduk, ingatannya mencapai hari di mana ia terbatuk-batuk hebat setelah petir besar dari Langit Giok menyerang. Bersamaan itu juga, ternyata Ouyang Feilan sudah mencabut Pusaka Iblis Bai Suzhen. Apakah mungkin...
"Benar," gumam Xuxian tersadar, "tapi bagaimana bisa?"
Bai Suzhen mendekati Xuxian, ia mengulurkan tangan ke dada Xuxian dan tanpa sadar, Xuxian menegang.
Tangan Bai Suzhen kini menyentuh dada kanan Xuxian dan ia menyalurkan energi dalam untuk mencari keberadaan Pusaka Iblis secara seksama. Namun mau seberapa lama dicoba pun, Bai Suzhen tetap tidak bisa merasakannya.
"Energi murniku seluruhnya telah lenyap. Percuma juga hendak mencarinya di jantungmu. Tapi, jika Hei Suzhen benar, maka kita harus mencabut Pusaka Iblis dari Cahaya Rohmu. Aku khawatir Cahaya Roh bisa dikendalikan oleh Pusaka Iblis yang punya dua energi besar dan saling berlawanan dalam dirimu."
"Bagaimana caranya?" tanya Xuxian langsung.
Bai Suzhen menatap Xuxian polos. "Mana aku tahu. Aku bukan dewa atau iblis lagi. Aku tidak bisa mengendalikan apapun yang berurusan dengan kekuatan magis."
Xuxian terdiam beberapa saat. "Tapi... apa kau benar-benar ingin membantu Dewa Kunlun keluar dari hukumannya dan mengabdikan diri pada Dewa Shanqi? Kenapa?"
Beberapa saat, Bai Suzhen mulai menceritakan pertemuannya dengan Xianlong dan bagaimana akhirnya ia percaya kalau Mo Lushe selama ini hanya memanfaatkannya. Apalagi setelah Bai Suzhen bertemu dengan Dewi Yue Shuiying dari Sekte Bulan. Semua menjadi sangat masuk akal, ditambah Mo Lushe mengincar Pusaka Iblisnya untuk mencari keberadaan Cahaya Roh. Hal itu sudah pasti kalau Mo Lushe hanya menginginkan Pusaka Iblisnya bukan Bai Suzhen.
"Dewa Kunlun memang baik hati. Sayangnya, dengan ketegasan Dewa Shanqi, ia harus menerima konsekuensinya. Hanya saja, apa kau sudah tahu bagaimana membuat segel Anti-iblis di Langit Giok?"
Bai Suzhen menggeleng. "Justru itu. Ketika aku hendak mencari tahu sendiri ke Istana Langit Giok, aku malah diserang seorang pendeta yang memiliki simbol sama sepertimu. Kupikir, kau yang menyuruh pendeta itu menyerangku. Tapi setelah kau membantuku memulihkan luka, aku sadar kalau kau tidak seperti apa yang kubayangkan sebelumnya."
Bibir Xuxian mengembang. Ia berkacak pinggang sambil berucap, "lalu sekarang seperti apa aku dalam bayanganmu?"
Bai Suzhen menatap Xuxian sejenak. "Kau... sangat narsis dan menyebalkan. Mirip sekali dengan Xianlong. Membuatku semakin merindukannya."
Senyum Xuxian seketika luntur. Ia berdeham untuk beberapa saat. "Jadi kau mencintai Xianlong hingga mau membantu Dewa Shanqi?"
Bai Suzhen mengerjap. "Aku bukan mencintainya. Mana pantas iblis sepertiku memiliki perasaan demikian pada dewa manapun? Aku sadar betapa berartinya petunjuk Xianlong. Apalagi ketika ia memberikan Buah Mata Peri dan mempercayakanku untuk diberi kesempatan olehnya. Bahkan berkatnya, aku jadi tahu identitas diriku dan itu lebih dari rasa hormatku kepada Mo Lushe."
Tanpa sadar, Xuxian mengangguk. "Kau benar. Itu adalah keputusan yang hebat. Aku tidak tahu seperti apa Mo Lushe di matamu, tapi bagi kami semua penghuni Kuil Giok di Klan Langit yang ada di Gunung Qianshi, Mo Lushe adalah sosok paling jahat yang bisa membahayakan siapapun di dunia mortal dan terlebih, ia ingin membunuh Dewa Shanqi karena dendamnya beribu-ribu tahun. Tentu saja, Mo Lushe lebih dari sebuah dambaan besar untuk membunuhnya."
"Maaf, tapi tugas itu adalah milikku. Kau harus mengalah, Xuxian," ujar Bai Suzhen mengangkat senyum tipis.
Xuxian tergelak geli. "Kau saja masih belum tahu cara mencabut Pusaka Iblis dari jantungku ini. Bagaimana bisa kau mengalahkannya?"
Bai Suzhen menoleh ke arah luar pintu yang menghadap ke danau. Angin berembus pelan, memberikan napas semangat dan harapan baru di depan mukanya. Menyambut langit biru seolah memberinya keyakinan lebih kalau ia bisa menemukan cara.
"Aku harus mencari cara. Tapi..." ia menoleh dan menatap serius ke arah Xuxian, "aku harus tahu dulu bagaimana Hei Suzhen turun ke sini."
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top