Chapter 40 : Perang Langit
Bai Suzhen terus melangkah tanpa menghiraukan Xuxian yang mengikutinya dari belakang. Sambil menenteng payung berwarna hijau yang selalu ia bawa itu, Bai Suzhen membelah keramaian pasar sambil sesekali mencium aroma yang begitu harum.
"Xiao Bai, tunggu!"
Bai Suzhen berhenti di depan sebuah gerobak penjual sate daging kelinci. Aromanya begitu harum dan membuat perut Bai Suzhen seketika keroncongan. Ia tidak tahu reaksi apa yang membuatnya begitu menginginkan sate yang kini dibakar di atas arang api hingga asapnya mengepul dan begitu menggiurkan. Tapi perasaan ini mengingatkannya setiap kali ia menyerap energi kekosongan di dalam jantungnya. Rasanya begitu lapar dan mendamba.
"Silakan Nona..." sahut seorang pria yang memakai topi di balik gerobak. Melihat Bai Suzhen berhenti di depan gerobaknya untuk waktu yang lama dan hanya meratapi sate yang dihidangkan di atas piring membuat si penjual paham pembelinya sendiri.
Bai Suzhen pun tidak sungkan, ia langsung mengambil satu tangkai dan menjilat daging kelinci beberapa saat sebelum menggigitnya. Mengunyah sambil berpikir. Kenapa reaksi lapar orang-orang di dunia mortal begitu nikmat? Ada beragam rasa di dalam mulutku, sangat menarik.
Merasa cukup mengunyah dua tangkai, Bai Suzhen pun mengucapkan terima kasih. Ia berbalik dan hendak pergi, tapi si penjual sate tentu saja berseru menghentikannya.
"Eh nona! Kau belum membayar..."
"Membayar?" Bai Suzhen mengernyit. Ia heran bayaran apa yang dimaksud.
Si penjual mendengkus. "Aduh, kau ini linglung, ya? Satu tangkai sate seharga lima koin perak. Cepat berikan uangnya."
Uang?
"Dia bersamaku, bos!" Xuxian muncul setelah sekian lama terhambat oleh beberapa orang yang berkerumun di belakangnya. Bai Suzhen melirik Xuxian sambil menyipitkan mata. Di belakang pemuda itu ada banyak anak-anak, wanita paruh baya dan beberapa pria sedang berkerumun seolah berseru-seru memanggilnya Pangeran Mahkota. Kemudian Bai Suzhen teringat sebutan 'Pangeran Langit' yang Yan Zhong ucapkan.
Setelah Xuxian menyerahkan dua koin emas ke penjual, ia membawa dua bungkus berisi sepuluh sate lagi lalu menyerahkannya pada anak-anak di belakangnya. Mereka semua kegirangan dan gembira. Xuxian tersenyum lebar dan tanpa mengeluh meladeni semua ucapan pria dan wanita yang terus berterima kasih padanya.
Sambil memegang payung, Xuxian kemudian menarik Bai Suzhen. "Kita harus pergi sekarang. Ayo!"
Ternyata sate pemberiannya itu sekedar pengalihan saja supaya Xuxian bisa kabur dari keramaian. Tangan kiri Xuxian meraih pinggang Bai Suzhen yang terkejut. Ia tadinya hendak mencengkeram balik dan melepaskan diri, tapi ia terkejut ketika Xuxian membawanya terbang menaiki atap-atap kediaman, ia merasa terpaku dengan jiwanya yang terasa begitu ringan.
Di belakang, keramaian berseru-seru. Para warga mengucapkan terima kasih. Seketika Bai Suzhen terpaku dan membiarkan dirinya ikut terbang dipelukan Xuxian.
Satu hal lagi, ilmu ringan tubuhnya masih belum pulih. Ia hanya bisa menyerahkan tenaganya di tangan Xuxian. Mereka melintasi dua blok pemukiman lima menit menuju pasar kecil di tengah pemukiman. Dengan hati-hati, Xuxian menurunkan Bai Suzhen sementara payungnya menempa tanah.
Bai Suzhen memperhatikan keadaan sejenak sebelum ia beralih ke arah Xuxian yang masih memandanginya heran.
"Kau jelas-jelas bukan dari tempat ini," kata Xuxian menyampirkan payungnya ke bahu. Ketika pegangan payungnya menghadap Bai Suzhen, ada sebuah simbol berbentuk U dengan tengahnya diberi titik dan garis-garis meliuk di sebelah kirinya. Ingatan Bai Suzhen mengerjap pada pendeta yang menyerangnya di Tanah Cahaya waktu itu.
Simbol itu...
"Simbol apa itu?" tanya Bai Suzhen nyaris ketus. Bukannya menjawab, Xuxian malah menyembunyikan payungnya ke balik tubuh lalu mengernyit menatap Bai Suzhen.
"Kau tidak tahu siapa aku?"
"Kau juga tidak tahu siapa aku?" balas Bai Suzhen.
Mereka terdiam beberapa saat, saling mengalisa. Sejak awal melihat Bai Suzhen, ada kesan tidak asing yang mengganjal dalam hatinya. Tapi ia tidak pernah ambil pusing sebuah kebetulan. Namun ketika wanita asing ini hebat dalam bela diri, tidak mengenal Xuxian si Pangeran Langit yang selalu ramah pada semua penduduk di pasar Kota Tengah, apalagi—tidak tahu caranya membayar sesuatu, sudah pasti mencurigakan.
Sementara Bai Suzhen hanya terpaku pada simbol dalam ingatannya dan berpikir kalau Xuxian adalah kaki tangan dari pendeta itu. Bisa jadi, Xuxian adalah...
"Orang-orang menyebutmu Pangeran Langit, tapi kenapa ada simbol pendeta di payung itu?" tanya Bai Suzhen lagi.
"Apa itu penting? Apa simbol ini merupakan sesuatu yang kau cari? Aku bisa merasakan sesuatu yang aneh dari aroma tubuhmu, namun itu terasa samar. Terlebih lagi..."
"Penting atau tidaknya, tidak ada urusannya denganmu. Sekarang, katakan padaku dengan jelas."
"Kalau tidak?" Xuxian menaikkan ujung bibirnya sambil mendekatkan wajah ke depan Bai Suzhen.
Bai Suzhen merasa itu tidak sopan. Tangannya refleks menangkis wajah Xuxian hingga tanpa sengaja menamparnya. Xuxian terhempas ke belakang sambil mengaduh. Payung jatuh dari tangannya, Bai Suzhen segera memungutnya. Xuxian hendak mencegah, tapi ketika tangan Bai Suzhen sudah menyentuh payung itu, sebuah energi kuat merambat langsung ke darahnya. Bai Suzhen tersentak, jantungnya seolah tertusuk sesuatu.
Dari depan, angin menderu kencang. Bai Suzhen dan Xuxian tidak sempat melihat datangnya sebuah asap hitam yang begitu tebal menggulung dengan energi kuat. Bai Suzhen ingin mengangkat tangan, mengeluarkan energi, tapi baru ingat kalau ia tidak memilikinya. Xuxian melihat gerakan Bai Suzhen sia-sia, ia langsung meraih payungnya, membuka payung hingga sebuah energi berwarna kehijauan memecah di depan asap hitam yang menggulung.
Asap itu menabrak dinding kedai. Orang-orang di sekeliling pasar seketika menjerit-jerit panik. Kekacauan melanda dalam sekejap. Asap hitam tadi jatuh ke tanah lalu dalam sekejap, berubah menjadi sosok yang begitu Bai Suzhen kenal.
Mulutnya menggumam tanpa sadar, "Xiao Hei?"
Hei Suzhen tersungkur di lantai. Ia terbatuk sekali lalu bangkit sambil menyibakkan jubahnya. Di sampingnya, Xuxian meratapi pemandangan itu, terpaku.
"Ternyata Guru benar. Serpihan Pusaka Iblis dari jantungmu yang masih tersisa di tangan pendeta bodoh itu masih mampu membuatkan jejak samar yang mengarahkan pada jiwamu. Aku takjub kau masih bisa hidup meskipun jiwamu sekosong kemenangan Shanqi." Kata-kata Hei Suzhen membuat tenggorokan Bai Suzhen tercekat. Begitu menyebut Shanqi, Bai Suzhen ingin sekali bertemu dengannya. Ia ingin sekali mengatakan kalau dirinya masih hidup dan ia masih bisa memenuhi syarat untuk menyelamatkan Xianlong. Tapi entah apa yang terjadi di dunia immortal, Bai Suzhen tidak bisa menyelesaikannya sekaligus.
"Sedang apa kau di sini? Kau mau apa?" tanya Bai Suzhen tenang. Ia menatap adiknya dingin. Di sampingnya, Xuxian masih bungkam.
Mata Hei Suzhen yang lancip mengarah ke Xuxian. Senyumnya mengembang dramatis. "Aku lihat, Cahaya Roh sudah bergabung dengan Pusaka Iblis di jantungmu, Pangeran Langit."
"Apa?" Bai Suzhen terkesiap, menoleh ke arah Xuxian yang mengernyitkan alis.
"Omong kosong. Enyahlah!"
Sebelum Hei Suzhen mengantisipasi dan Xuxian mengangkat payungnya untuk memberi serangan, Bai Suzhen sudah lebih dulu menghadang ke depan. Ketika Hei Suzhen berputar mundur, tangannya mengeluarkan energi hitam dan menabrak tubuh Bai Suzhen. Bai Suzhen terlempar ke belakang, Hei Suzhen tersenyum puas.
"Kakak, ingatlah. Kau bukan lagi seorang iblis ataupun dewa. Kau sudah dihitung mati di dunia immortal," sahut Hei Suzhen senang. Xuxian menghampiri Bai Suzhen yang muntah darah. Ia meratapi wajah putih Bai Suzhen yang pucat. Ketika memegang tangannya, suhu tubuhnya panas sekali. Xuxian meraih payung lalu menyerang ganas ke arah Hei Suzhen.
Sekelebat cahaya kehijauan melesat seiring Xuxian menyentakkan payung. Ketika cahaya hijau itu menabrak Hei Suzhen, wanita itu menghindar ke samping dan menabrak tiang toko. Tiang toko berubah membeku. Hei Suzhen terpukau dengan sentakan energi yang melintas dari cahaya hijau Xuxian.
"Wah, wah. Ternyata kultivasimu masih begitu rendah. Pangeran Langit, lebih baik kau serahkan saja padaku Cahaya Rohmu itu secara cuma-cuma sehingga nanti aku bisa langsung membunuhmu tanpa repot-repot menyiksamu," kata Hei Suzhen sambil menyeringai. Ia mengayunkan tangan, menyambar energi ke arah Xuxian.
Xuxian dengan gesit menghindar, ia melemparkan payung yang terbuka dan berputar di udara. Dengan kendali cahaya hijau dari tangannya, payung itu bercahaya dan menghempaskan energi berbentuk lingkaran yang meledak tak jauh dari jarak Hei Suzhen. Hei Suzhen tidak menduga energi itu terasa panas. Ia terkejut dan melotot ke arah Xuxian. Tangannya terulur, mengeluarkan satu tembakan panjang berwarna hitam yang terasa berat.
Sebelum terkena, Xuxian berputar ke belakang. Ia tetap mengendalikan payung dan terbang di udara dalam sekali lompatan panjang. Tangannya membentuk beberapa jurus, Hei Suzhen tidak kalah cepat. Ia melindungi diri lalu berubah menjadi ular hitam panjang dengan sirip di belakang punggungnya yang bersisik hijau-keunguan. Mata ularnya berwarna ungu dan hijau. Lidahnya menjulur besar.
Xuxian tidak menyangka kalau ini akan menjadi pengalaman pertama menghadapi siluman ular sekaligus kaki tangan Ratu Mo Lushe. Tapi ia tidak memikirkan itu sekarang. Payung masih berputar di udara. Setelah energi hijau meledak di sekitarnya, ia melempar payung yang berputar ke arah kepala ular Hei Suzhen dan mengubah ujungnya menjadi es beku yang runcing.
Hei Suzhen berderik, sisiknya yang berkilau memancarkan energi. Sirip di belakang punggungnya ikut bergetar dan seirama gerakan itu, mata ungu Hei Suzhen bersinar dan mulutnya membuka. Sebuah energi hitam keluar dan menembak bak laser. Bai Suzhen yang menyaksikan itu langsung berseru, "Hati-hati!"
Xuxian terperangah sejenak, tapi ia langsung menarik kendali payungnya dan memblokir serangan Hei Suzhen dengan payung itu. Kedua energi meledak di udara. Xuxian terlempar ke belakang, Hei Suzhen menggunakan ekornya untuk melilit tubuh Xuxian yang kecil. Melihat itu, Bai Suzhen susah payah bangkit dan mengerahkan satu tenaga dalam besar untuk menghentikan gerakan Hei Suzhen.
Tapak Bai Suzhen yang kuat—walaupun tidak dilapisi pusaka magis, mampu membuat Hei Suzhen tersentak. Sisik-sisik hijaunya yang bersinar seluruhnya penuh racun. Permukaan kulit Bai Suzhen sedikit mengenai itu, tapi ia tidak peduli. Dari belakang, Xuxian bangun dan meraih payung. Ia menarik Bai Suzhen menyingkir dari duel pertarungan itu.
"Minggir. Jangan melibatkan diri. Kau sudah terkena luka dalam," kata Xuxian. Di ujung bibirnya terdapat darah. Tapi matanya yang berwarna biru menyala seperti mata Shanqi yang berwarna kuning. Ketika melihat itu, Bai Suzhen seolah bisa mendapati mata Xianlong juga. Hatinya seketika terasa sedih. Ia pun tidak melawan lagi karena setelahnya, Bai Suzhen muntah darah lagi.
Dari tempatnya, Hei Suzhen berderik. Xuxian maju selangkah dan kembali melemparkan payung ke udara dan kali ini mengubahnya menjadi sebuah pedang. Dalam cahaya kehijauan, ujung payung bertransformasi menjadi mata pedang dengan salur-salur energi kehijauan. Bersamaan Xuxian memejamkan mata untuk berkonsentrasi memusatkan tenaga, angin menderu seiring sentakan energi berkumpul di pedang itu.
Xuxian melompat, meraih pedangnya, lalu dalam sekali ayunan, energi panjang berwarna hijau melesat bak garis tornado yang menyerang ganas. Ular Hei Suzhen berderik untuk menyerang juga, namun hempasan energi panjang itu memblokir semua gerakannya dan bersama angin, Hei Suzhen terlempar mundur beberapa meter. Berikut dengan pemukiman penduduk yang atapnya langsung tersapu badai.
Melihat musuh sudah mundur beberapa meter jauhnya, Xuxian membuat energi pemblokiran di depan muka lalu ia meraih Bai Suzhen yang terduduk lemas dan menggendongnya pergi dari sana.
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top