Chapter 35 : Langit dan Guntur
Taman Doa, Kuil Giok.
Tiba-tiba guntur menyambar langit keras. Xuxian yang sedang bersemedi mencari ketenangan seketika terlonjak kaget. Ia merasa sesuatu menusuk tepat ke jantungnya. Gerbang alam bawah sadarnya bergelanyut ketika ia melihat sebuah sinar kemerahan di langit menghantam Gerbang Utama Langit Giok, lalu membentur tubuhnya.
Bukan.
Ia terlonjak bukan karena guntur.
Melainkan karena sinar kemerahan di langit tadi.
Perlahan, Xuxian memegang dadanya. Ia merasa sesak untuk beberapa saat dan terbatuk keras setelahnya. Ia masih tetap batuk sampai terbungkuk-bungkuk.
Dari arah lorong, seseorang berjalan menghampiri dengan langkah terburu-buru.
"Pangeran mahkota, kau baik-baik saja?" tanya seorang pengawal yang sedari tadi berjaga di depan Taman Doa.
Xuxian merasa sesuatu seperti menancap dalam dadanya. Entah apa, tapi ia tidak bisa bicara. Hingga beberapa detik batuknya mereda, Xuxian bernapas beberapa saat sambil merasa lega.
Pengawal itu mengerut cemas. "Pangeran Mahkota, ada kabar buruk. Hei Suzhen kabur dari penjara Langit Giok. Sekarang kemungkinan dia sedang mencari Bai Suzhen di Tanah Cahaya. Namun ada kabar lain, kalau katanya Pendeta Ouyang Feilan berhasil membunuh siluman ular putih itu."
Xuxian melirik pengawalnya. Ia masih megap-megap, berusaha menenangkan jantungnya yang entah kenapa terasa berdenyut-denyut dua kali lebih cepat dari biasanya.
"Bisakah kau panggilkan Guruku? Aku perlu dia mengecek Cahaya Rohku."
Mendengar itu, sang pengawal langsung mengangguk dan buru-buru memanggilkan Lei Hexia.
Beberapa menit, dua orang laki-laki berjalan terburu-buru. Yang satu pengawal dan yang satu lagi Lei Hexia. Pria itu menghampiri Xuxian yang sedang termenung sendirian di Taman Doa.
Sudah hampir lima hari Xuxian berkultivasi sendiri di sini. Lei Hexia membiarkannya dan berjaga dari Kuil Giok. Namun ketika ia mendapat panggilan dari Xuxian, benaknya berpikir ada suatu halangan yang dialaminya.
"Xuxian? Kau baik-baik saja? Tadi pengawal bilang kau ingin memeriksa Cahaya Roh?" Lei Hexia berjongkok di samping Xuxian yang menatap genangan air kolam di depan Taman Doa dengan tenang.
"Ya, tolong periksa, Guru."
Lei Hexia mengangguk. Ia pun mengulurkan dua tangan ke punggung Xuxian dan menajamkan konsentrasi untuk menyalurkan energi cahaya ke tubuh Xuxian. Mencari letak Cahaya Roh di dalam jantungnya yang berpendar hidup dan berdetak-detak seperti sebuah jantung seperti biasa. Namun, di samping Cahaya Roh itu, ada suatu energi lain yang terasa asing. Saat ini Lei Hexia merasa mungkin itu adalah energi baru yang terjadi ketika Xuxian berkultivasi. Ia tidak menaruh curiga pada sosok energi aneh itu.
"Cahaya Roh-mu aman, Xuxian. Tapi... aku menemukan energi lain yang terasa aneh. Aku tidak bisa mendeteksinya. Kau harus memeriksanya sendiri."
Xuxian menatap Gurunya lemas. Lei Hexia tahu kalau terjadi sesuatu yang aneh.
"Kau baik-baik saja?" tanya Lei Hexia.
Xuxian berbalik menatap ke langit pagi di depannya lalu menghela napas. "Rasanya aku gagal membuat ayah bangga. Pengawal itu bilang kalau Pendeta Ouyang Feilan berhasil membunuh Bai Suzhen. Benarkah begitu?"
"Ah," Lei Hexia seolah baru ingat, "benar. Aku tadi mau memberitahumu, tapi karena kau menyinggung Cahaya Roh, aku jadi lupa. Pagi ini, Ouyang Feilan membunuh Bai Suzhen. Hanya saja..."
Tatapan Ouyang Feilan tidak fokus. Xuxian menatap pria tua itu lalu bertanya pelan, "Guru, apa yang terjadi?"
"Ouyang Feilan mencabut Pusaka Iblis dalam jantung Bai Suzhen menggunakan batu Qianshi yang sudah diisi darah Hei Suzhen, adiknya. Tapi karena Pusaka Iblis Bai Suzhen ternyata lebih kuat dibanding batu spiritual Qianshi, Ouyang Feilan gagal memusnahkannya dan malah tidak sengaja menjatuhkannya ke dunia mortal."
Mata Xuxian melotot. "Apa? Jadi Pusaka Iblis itu sekarang jatuh di dunia mortal? Tapi... tapi... Bai Suzhen tewas, bukan?"
Lei Hexia menghela napas. "Secara teknis, setiap jiwa yang kehilangan jantungnya, ia akan musnah juga. Namun, tidak ada yang tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan Bai Suzhen. Dia baru saja mengadakan kesepakatan dengan Dewa Shanqi karena Dewa Shanqi bilang Bai Suzhen sedang membuktikan diri kalau dia sebenarnya keturunan Sekte Bulan. Informasi itu terkesan tercampur-campur dan tidak masuk akal. Mana mungkin iblis seperti Bai Suzhen ternyata keturunan Sekte Bulan dari sekte paling suci di Langit Suci? Ouyang Feilan melakukan tindakan yang benar untuk membunuhnya."
Xuxian mengerutkan alis tidak mengerti. Ia sudah lima hari berkultivasi dan menenangkan diri untuk meningkatkan energi dalam di Taman Doa. Tentu saja banyak ketinggalan informasi baru.
"Jadi Bai Suzhen bukan iblis melainkan dewa? Bagaimana bisa?"
Perlahan, Lei Hexia menjelaskan kesaksian Dewa Shanqi terhadap energi cahaya yang terdapat di dalam tubuh siluman ular itu.
"Dewa Shanqi lebih tahu dari kita. Walaupun kita tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, tapi dengan pemberian ketiga syarat itu, Bai Suzhen sedang berusaha untuk mewujudkannya. Hanya saja, nasibnya harus bertemu Ouyang Feilan yang sedang mencarinya di Tanah Cahaya. Kau tentu tahu misi terbesar Ouyang Feilan selama ini membunuh iblis. Ia pun tidak menyia-nyiakan kesempatan dan berhasil."
"Tapi... bagaimana jika Bai Suzhen memang benar keturunan dewa? Dengan begitu, satu-satunya kesempatan untuk kita membuat segel anti-iblis malah musnah di tangan Ouyang Feilan," kata Xuxian sambil merenung.
"Aku tahu ini terkesan nyata, dan aku tidak meragukan Dewa Shanqi. Hanya saja, bagiku, untuk mempercayai iblis adalah sebuah tindakan mustahil," ujar Hei Lexia frustasi.
"Kenapa, Guru?"
"Karena tidak pernah ada iblis yang bisa berkhianat. Tidak pernah ada."
*
Tangan Hei Suzhen bergetar. Begitu pintu di belakangnya disentak terbuka, suara langkah seseorang menyusul. Gema parau dari sepatunya menggetarkan jiwa. Hei Suzhen meletakkan kepala di lantai, menyembah Mo Lushe yang berdiri anggun di singgasana.
"Tanpa kau ucapkan aku sudah tahu ini bukan berita bagus. Katakan, di mana Bai Suzhen?"
"Kakak dibunuh oleh Pendeta Kuil Giok. Dia menggunakan darahku untuk memanfaatkan sebuah batu spiritual dan menggunakan darah iblis untuk mencari Kakak Bai. Tapi... ternyata batu itu sangat kuat dan mampu mencabut Pusaka Iblis Kakak Bai dari jantungnya."
Kata-kata itu membuat Mo Lushe tersentak dari kursinya. "Apa?!"
"Tadinya aku berpikir bisa menolong Kakak Bai, tapi tubuhnya keburu jatuh dari Laut Awan dan Pusaka Iblis yang sudah tercabut dari tubuhnya terlalu kuat untuk dikendalikan oleh batu spiritual itu. Sekarang, Pusaka Iblis malah terlempar ke suatu tempat di dunia mortal."
Hening menyambar. Hei Suzhen tetap diposisinya sampai sebuah suara pecahan kaca terdengar. Mo Lushe melemparkan cangkir tehnya ke lantai sambil mendengus keras. Wanita itu bangkit dan berjalan mondar-mandir seiring pikirannya berkecamuk.
"Anak bodoh!"
Mo Lushe menyentakkan sebongkah energi hitam lalu menggulingkan Hei Suzhen hingga terdorong ke dinding aula istana.
Hei Suzhen membentur dinding. Ia meringis pelan, tapi cepat-cepat kembali ke tempat semula. Mata Mo Lushe berwarna merah menyala. Kemarahan melalap dirinya.
"Panggil Hei Luna. Setelah itu, kurung dirimu di Hutan Kematian. Cari sumber energi kesesatan sebanyak mungkin hingga kau mampu menembus pertahanan Langit Giok dan cari Pusaka Iblis itu di mana pun itu. Atau kalau kau beruntung," Mo Lushe meliriknya dalam satu tatapan paling keji, "kau bisa bertemu Pangeran Mahkota dan merebut Cahaya Rohnya lebih dulu."
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top