Chapter 2 : Xiao Bai dan Xiao Hei
Bai Suzhen bangun susah payah.
"Apa maksudmu, Guru?" tanya Hei Suzhen dari samping ruangan.
Mo Lushe tidak menjawab. Ia mengulurkan tangan, lalu seutas energi hitam melilit leher Bai Suzhen seperti tali dan mengangkatnya ke udara. Bai Suzhen terbatuk, ia tercekik dan mulai kehabisan napas.
"Gu—guru—apa... ma—maksudmu dar—darah dewa?"
Mata Mo Lushe yang merah menyalang tajam. "Kau menggunakan darah dewa cahaya untuk membuka segel ruang terlarang. Di dalam tubuhmu... energi murni cahaya sudah menguasaimu. Ketika dulu aku menyelamatkan jiwamu dengan Xiao Hei, aku sudah tahu ada yang aneh dari dalam tubuhmu. Darahmu dipenuhi oleh banyak energi murni dingin. Maka itu, sejak kecil aku sudah menanamkan Pusaka Iblis ke dalam jantungmu.
"Aku berpikir, energi murni dingin adalah semacam energi cahaya. Tidak pernah ada keturunan iblis yang memiliki energi murni dingin. Mereka semua lahir dengan energi murni hitam dan gelap tanpa rasa. Aku hendak memanfaatkanmu untuk menyerang Shanqi nantinya, namun kultivasimu lambat dan menyusahkan.
"Sekarang, ketika membuka ruang terlarang, aku tahu kalau kau sudah tahu soal energi ini dan mulai membelot, melupakan jasaku. Tak ada hal lain yang kubutuhkan darimu. Cepat atau lambat, kau akan mengkhianati kami semua dan menggunakan kekuatanmu itu untuk menyerang kami."
Bai Suzhen membelalak. Ia berusaha melepaskan diri. "Guru! A—aku ti—dak akan...ber—khianat...ka–kau jangan... berpi—kir begitu..."
"Oh ya? Lalu kenapa kau memasuki ruang terlarang? Bagiku, setiap makhluk yang memiliki energi cahaya adalah musuh. Dulu aku mungkin memanfaatkanmu, namun sekarang kau mencuri catatanku. Hal itu saja sudah membuktikan kau tidak mempercayaiku. Kau tidak pernah tahu bagaimana Shanqi membunuh Hei Lixun dulu. Kau tidak pernah tahu... sebesar apa rasa benciku terhadap keturunan cahaya..." ketika mengatakan itu, hati Mo Lushe bergetar marah. Kilasan-kilasan tentang bagaimana gurunya dulu—Hei Lixun, bertahan dari siksaan yang diterimanya akibat peperangan dengan Shanqi semakin membuat Mo Lushe kuat.
Sampai kapanpun, ia tidak akan mengampuni Shanqi.
"Aku tidak lagi membutuhkan murid sepertimu." Setelah mengatakan itu, Mo Lushe mengangkat sebelah tangannya. Ia mengarahkan jarinya ke jantung Bai Suzhen. Tempat ia pernah menanamkan Pusaka Iblis di sana.
Dulu Mo Lushe pikir ia bisa menaklukan energi cahaya di dalam darah Bai Suzhen, namun nyatanya energi cahaya perlu trigger besar. Mo Lushe mempelajari energi cahaya itu setiap hari. Mengumpulkan catatannya di ruang terlarang supaya Bai Suzhen juga tidak mengetahui kenyataan dirinya yang adalah keturunan dewa cahaya.
Kadang Mo Lushe takut apa yang sudah ia perjuangkan selama ini sia-sia. Semua makhluk yang menjadi pengikutnya punya basis kultivasi sendiri. Energi murni mengalir langsung dalam darah mereka. Namun hanya Bai Suzhen yang memiliki energi cahaya. Karena energi yang berbeda, otomatis Mo Lushe harus menanamkan energi eksternal—Pusaka Iblis—dan menuntut Bai Suzhen selama ini berkultivasi dalam ajaran yang bertolak belakang.
Tapi, setelah ia menemukan ruang terlarang kehilangan beberapa catatan, ia tahu seseorang ada yang masuk. Tadinya Mo Lushe tidak mengira kalau ada orang lain yang bisa membuka. Ia curiga kalau ada pengintai dari Dewa Cahaya yang hendak membongkar rahasianya. Namun ternyata setelah diselidiki, Bai Suzhen-lah pelakunya.
Masih dalam genggamannya, Mo Lushe mengalirkan kekuatan dari tangan, hendak menarik keluar Pusaka Iblis yang sudah menyatu dalam jantung Bai Suzhen. Untuk mengeluarkan kekuatan itu butuh energi yang banyak. Mo Lushe mengalirkan tenaga ke dalam darah, mencari-cari titik-titik yang tepat untuk menggapai pusaka itu. Tapi sesuatu yang aneh menjerat tenaga dalamnya.
Energi cahaya itu melawan energiku. Anak ini, seharusnya kubunuh saja sejak dulu!
Mo Lushe memutuskan energi. Ia menjatuhkan Bai Suzhen yang langsung menggapai udara. Mulutnya megap-megap mencari napas. Gadis itu terbatuk-batuk dan terbaring tak berdaya. Sekujur tubuhnya banyak darah. Mo Lushe menahan napas, mengendalikan tenaga dalamnya lagi untuk mengeluarkan pusaka.
"Jika kau mencabut pusaka dari jantungku, itu artinya aku hanya akan menjadi roh tidak berguna. Aku tidak akan membiarkannya." Bai Suzhen bangun. Susah payah ia menopang tubuhnya yang sudah terluka.
Mo Lushe mengabaikan Bai Suzhen. Ia mendorong segumpal energi hitam dari tangannya lalu menyerang Bai Suzhen. Gerakan Bai Suzhen cepat. Ia langsung berbalik dan berputar menghindar. Walau tenaganya terkuras habis, otaknya berpikir keras.
Guru sedang dalam suasana hati yang buruk. Ia memang bersalah sudah menerobos ruang terlarang. Mau menjelaskan alasannya pun sudah tidak sempat. Jika dirinya tidak kabur, keinginan untuk membalas dendam pada Shanqi selama ini akan hilang. Bai Suzhen tidak akan membiarkan gurunya membunuhnya begitu saja.
Dengan cekatan, Bai Suzhen mengubah dirinya menjadi ular. Ia menabrak pintu keluar dari aula. Meninggalkan Mo Lushe yang berseru pada Hei Suzhen.
"Xiao Hei! Kejar dia. Jangan biarkan dia lolos!"
*
Di luar Istana Hei, hutan-hutan menghalangi pemandangan. Hei Suzhen dalam wujud ularnya mengejar Bai Suzhen. Ujung ekor putih Bai Suzhen nampak berbelok ke luar hutan. Ke arah ujung tebing. Dalam hati, Hei Suzhen berpikir, kenapa kakaknya harus kabur seolah perkataan Gurunya adalah benar? Apa selama ini kakaknya berpikir untuk berkhianat? Tapi kenapa dia bisa memiliki energi cahaya dan Guru menyebutnya sebagai keturunan dewa?
Sangsi terhadap kenyataan itu semakin melebar. Dalam hati Hei Suzhen, sebagai adik yang selama ini pergi berlatih bersama, ia ikut merasa dikhianati. Ia tahu kalau kakaknya itu lamban dalam berkultivasi, tapi bukan artinya kakaknya bisa menyembunyikan soal energi cahaya itu, bukan?
Saat Hei Suzhen berbelok dan menemukan ujung tebing yang luas tanpa pohon, ia berhenti.
Di pinggir tebing, Bai Suzhen terduduk lemah dengan sekujur tubuh berdarah-darah. Kain sutra putih dan selendangnya terkena bercak merah. Hei Suzhen mendekat dan berubah menjadi wanita lagi.
"Kakak, apa sebenarnya tujuanmu masuk ke ruang terlarang? Kenapa kau berani-beraninya masuk ke sana? Kau tahu kalau Guru akan marah besar." Hei Suzhen menatap kakaknya yang terengah-engah. Ia sudah pasti kehabisan banyak tenaga.
Bai Suzhen mendongak, menatap adiknya yang mengerutkan alis. Kekecewaan dan pertanyaan bercampur menjadi satu dalam ekspresi itu.
"Selama kita berlatih bersama, teknik kultivasimu yang paling berhasil. Hampir dua ribu tahun kuhabiskan waktuku. Tapi aku tidak pernah mencapai tingkat tertinggi dan tidak pernah berhasil menguasai jurus ketiga. Aku begitu kecewa pada diriku sendiri dan terlebih, aku pasti mengecewakanmu. Aku merasa tidak berguna. Dibanding kakak, aku tidak pantas menjadi pelindungmu.
"Maka itu, aku berusaha mencari cara lain. Mempelajari keanehan yang terjadi dalam diriku. Aku memberanikan diri masuk ke ruang terlarang karena aku pernah mendengar beberapa pengawal bilang kalau di sana tersimpan banyak catatan mengenai energi murni dan jurus-jurus hebat. Aku penasaran dan aku mencoba masuk.
"Namun, Guru malah salah paham terhadapku."
Hei Suzhen mendekati kakaknya. Kerut cemas menguasai wajahnya. "Lalu kenapa kau tidak menjelaskannya lebih awal? Kau malah membiarkan Guru menyerangmu habis-habisan."
"Aku juga ingin menjelaskannya. Tapi Guru sudah lebih dulu marah. Ini semua salahku. Sekarang, aku malah dianggap pengkhianat karena aku punya energi cahaya. Itu hal yang konyol."
Melihat kakaknya tidak percaya terhadap perkataan Mo Lushe membuat Hei Suzhen sedikit mempercayai itu. Ia juga percaya kalau kakaknya tidak akan membelot. Bagaimanapun, ia tahu kalau kakaknya tidak akan pernah lupa bagaimana Mo Lushe menyelamatkannya waktu kecil dulu. Namun kemarahan sang Guru lebih membuatnya takut daripada membela Bai Suzhen sekarang.
"Kakak, kalau kau bilang hal itu hal konyol, semua sudah terbukti. Nyatanya kau bisa membuka ruang terlarang—"
"Kau tidak percaya padaku?" tanya Bai Suzhen menyela kata-kata adiknya. Ia menatap beberapa detik sebelum Hei Suzhen menjawab.
"Aku bukan tidak percaya padamu. Namun aku lebih percaya terhadap Guru. Bagaimanapun, aku harus mengeluarkan Pusaka Iblis itu demi membuat Guru tenang."
Bai Suzhen menatap adiknya terluka. "Kau bahkan mau membiarkanku menjadi roh tidak berguna? Kau rela membiarkan semua yang kulakukan selama ini terbuang sia-sia hanya karena tuduhan tidak masuk akal ini?"
"Kakak, yang tidak masuk akal adalah kau. Untuk apa mencari catatan supaya kultivasimu berhasil? Selain lambat, kau bahkan punya pikiran untuk melawan Guru. Apa aku bisa membelamu?"
Bai Suzhen bangkit. Matanya berkaca-kaca. Hatinya mendadak sesak. Ia menyaksikan adiknya sendiri—yang selama ini selalu menemaninya dan membantunya berlatih malah tidak percaya. Setelah Gurunya menuduh kalau dirinya adalah keturunan dewa, Bai Suzhen sama sekali tidak terima.
Ia telah berlatih begitu banyak hal, dan membuang 2.000 tahun untuk berkultivasi. Saat orang-orang berhasil dan dirinya tidak, tekanan sudah cukup menghantui dirinya. Ia boleh dibilang gagal menjadi pengikut Mo Lushe, namun ia tidak pernah ada niat untuk mengkhianati Gurunya sendiri.
"Aku tidak akan berkhianat, Xiao Hei. Kita harus memikirkan cara lain untuk menyingkirkan energi cahaya sialan ini—"
"Cukup!" Hei Suzhen memotong sambil berseru. Ia menatap kakaknya tegas dan yakin. "Jika kau memang memiliki darah dewa, maka aku juga tidak akan mengakuimu sebagai kakakku. Guru sudah membuktikannya, dan sekarang, aku tidak akan membiarkanmu pergi."
Hei Suzhen mengacungkan tangan dan mengikat Bai Suzhen dengan tenaga dalam. Bai Suzhen mengerang. Di sekitar tubuhnya, lilitan energi hitam membuatnya kesakitan. Ia sudah lemas, hatinya apalagi. Menyaksikan Guru dan adiknya begitu menuduhnya sebagai keturunan dewa membuat Bai Suzhen sama sekali tidak terima. Ia ingin sekali melawan, tapi apa daya.
Hei Suzhen mengalirkan energi murni ke dalam darah Bai Suzhen untuk mencari letak jantung. Membawa energi tersebut untuk mencabut pusaka. Bai Suzhen mengerang kesakitan. Ketika Hei Suzhen mengalirkan energi ke dalam darah, mencari-cari sumber pusaka di jantung, sesuatu melawan pergerakkan Hei Suzhen.
Di dalam darah Bai Suzhen, energi-energi hitam Hei Suzhen terhambat, saling terpecah dan dibuat menjauh dari pusaka iblis di jantung. Ketika Hei Suzhen berusaha keras, Bai Suzhen semakin kesakitan. Tangannya mencengkeram, berharap bisa melepaskan rasa sakit itu. Hei Suzhen masih memiliki kendali, tapi ketika energi hitam di dalam darah semakin berpencar-pencar, Bai Suzhen menjerit.
Sebuah energi aneh keluar dari tubuh Bai Suzhen. Cahaya putih menyilaukan mata memutuskan kendali. Hei Suzhen terpental ke belakang dan mundur beberapa meter. Bai Suzhen membuka mata, ketika energi aneh itu meledak, Bai Suzhen terdorong dan ikut terpental ke belakang. Sebelum Hei Suzhen hendak mengeluarkan kekuatan, ia menyaksikan Bai Suzhen jatuh melewati bibir tebing.
Hei Suzhen hendak menggapai kakaknya, namun tebing sangat tinggi. Ia tidak mampu melawan jarak, sementara energinya sudah terkuras untuk mencabut pusaka tadi, ia tidak berhasil menangkap kakaknya.
Bai Suzhen pun jatuh ke dalam Laut Awan dan menghilang.
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top