Perampokan
Hmmm ....
"Kau sudah siap?"
Roman yang sedang mengikat tali sepatu mendongak. "Kamu ga liat apa?" Matanya mengisyaratkan bahwa ia sedang memgikat tali sepatu.
Tika memutar kedua bola matanya yang bulat. "Iya iya."
"Ayo!" Lelaki berumur lima puluh lima tahun itu menyuruh dua muda mudi agar segera berangkat.
Roman bangkit. "Yo." Ia melirik dua adiknya membawa masing-masing tas besar hitam.
Mereka berlima memasuki mobil van berwarna hitam. Pakaian juga serba hitam. Hanya mata mereka yang terlihat. Tika memeriksa senjata api di sakumya. Roman menyetir tatapannya fokus ke jalan raya.
"Kita sampai." Suara berat sang ayah membuyarkan lamunan mereka.
Ketika turun di gang sempit, Amanda mengernyitkan kening. "Kita ... Mau rampok ayam goreng, Ayah?"
Denisa berkacak pinggang. "Yang benar saja, Ayah?"
Sedangkan Roman dan Tika jatuh bersamaan. "Ayah ...." Bisik mereka serentak.
Pria itu tersenyum seraya memelintir kumisnya. "Misi kita bukan merampok perhiasan, tapi makanan. Ayah punya tujuan.
Roman, Tika, Amanda, dan Denisa makin bingung. Mereka meminta jawaban dari ayah.
"Ayah ingin kita merampok makanan siap saji. Ayah ingin membagi-bagikan sekotak nasi dan ayam goreng kepada orang miskin."
Denisa melipat kedua tangan di dada. "Hah, aku udah dandan cantik. Nyatanya rampok makanan ... Huff!"
Ayah tak mau mendengar rengekan anak bungsunya. "Kalian siap?"
Mereka langsung memakai penutup kepala. "Siyap!"
Ayah langsung mendobrak pintu dengan kakinya. Tika menodongkan senjata. Roman masuk ke dalam. Amanda dan Denisa membuka tas hitamnya.
"ANGKAT TANGAN! SERAHKAN SEMUA MAKANAN NASI DAN AYAM GORENG SEKARANG JUGA!"
"Aku tidak menerima penolakan. Kutembak kepala kalian," desis Roman dingin.
Bersambung ....
Wakkakakakkakakak🤣🤣🤣🤣
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top