Bulan
Tema hari ini adalah Tarot Card. Hmm rakira mau dibikin cerita apa ya? Gimana nasib Maman?
"Wah, hari ini ada bazaar ya?" Langkah kaki Tika menuju ke stan makanan. Namun, kerah belakang ditarik oleh Roman.
"Masuk kelas dulu, Tik, setelah itu kamu boleh jajan. Bukankah hari ini ada mata kuliah Pengantar Sosiologi?"
Bibir Tika makin maju ke depan. Uh, Roman ga asik. Ga seru. Selalu aja serius. Mana muka nya itu loh ya ampun di bawah rata-rata. Kenapa sih, dia selalu ada di dekat aku? Keluh Tika dalam hati.
"Y udah."
Roman tersenyum. Lalu mata hitamnya beralih ke stan Kartu Tarot. "Hm, menarik. Kesana ah," gumamnya.
Ketika masuk ke dalam, banyak aneka valak eh, tengkorak di sudut lantai. Matanya mencari sosok yang ingin dia temui.
"Cari siapa, anak muda?"
Roman seketika menoleh. Sosok wanita pendek memakai baju serba hitam, rambut tergerai, wajah pucat, di tangannya memegang kantong kresek berisi gorengan. Roman menyangka orang ini adalah titisan almh Suzanna. Roman bergidik ngeri.
"Duduk, bocah."
"Aku bukan bocah," sergah Roman tak senang.
"Ulurkan tanganmu," wanita itu duduk di hadapan Roman.
Menurut, Roman mengulurkan kedua tangannya. Matanya melirik wanita cantik tapi seram. Jiah, tangannya kena gorengan ....
"Siapa namamu, Kisanak?"
"Aku Roman, Nisanak."
"Hoo, namamu Roman, dipanggil Maman. Ya, kan?"
Roman terdiam.
"Mukamu pas-pasan. Badan kurus, penampilan jadul. Rambut kelimis. Berapa banyak kamu memakai minyak rambut?"
Njiirr! Dia menghinaku, tapi muka aku emang kalah saing ama gebetannya Tika. Uh ....
Wanita peramal itu mengeluarkan kartu tarotnya. Lalu menyodorkan kartu tersebut pada Roman.
"The moon?" Alis Roman terangkat dua-duanya.
"Iya. Bulan menyarankanmu untuk mencari jawaban atas pertanyaan mu di tempat-tempat gelap dan belum dijelajahi. Hasilnya akan brilian, tetapi mungkin perlu waktu untuk menemukannya."
Kedua alis hitam Roman bertemu. "Maksudmu, aku harus ke kuburan, gitu?"
"Tepat sekali. Bukankah sekalian uji nyali?" Wanita itu terkekeh memperlihatkan giginya yang sangat putih.
"Enak aja, aku ga mau" jerit Roman. Mana mau ia ke kuburan. Ngapainnnn? Kurang kerjaan aja. Ini orang ngaco. Roman beranjak dari tempat duduknya namun ditahan oleh wanit itu.
"Kalau kamu suka sama cewek, berakit-rakitlah dahulu baru ke tepian. Berkorbanlah, terutama wajahmu kudu di permak," jawab si wanita itu santai.
Roman tambah murka. "EMANGNYA MUKA AKU KUDU DIJAHIT APA?"
Bersambung ....
Aku msh banyak latihan nulis nih. Setahun aku ga nulis. Buset dah dah kek jamuran tangan aku.
Okey ditunggu tema berikutnya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top