03. game

"Ja-jangan dilihat."

"Apa, sih? Aku gak liat, kok. Gak usah ditutup segitunya juga...."

"Glacier, jangan!"

"Maaf, [Name]."

"Glacier...."

"Maaf, tapi aku―uh, habis ini masih ada ronde selanjutnya, [Name]."

"Saya mohon."

[Name] menatap Glacier dengan pandangan sedikit memohon, tangannya gemetar ketika Glacier mulai mengarahkan miliknya itu.

Ia menggeleng-gelengkan kepalanya pelan, meminta Glacier untuk tak melakukannya. Namun, gelengannya itu hanya dibiarkan saja oleh Glacier. Ia tetap mengarahkan miliknya ke arah sana.

"Maaf, [Name]―"

Ia letakkan plus empat di tumpukan kartu itu, dan detik itu juga, aura [Name] langsung suram.

"UNO game."

"Glacier, Anda kejam."

"Astaga, aku udah bilang, kan? Masih ada ronde lain. Ayo kita main sampe kamu puas atau bisa rasain menang juga."

Ini sudah keenam kalinya mereka bermain UNO, namun, [Name] tak kunjung menang, alias kalah berturut-turut dari Glacier.

Wajar, sih. Baru pertama kali main.

Padahal di ronde kelima, Glacier sudah mengalah agar [Name] bisa menang, tapi nyatanya, ia mengalah saja [Name] tetap tidak menang. Ya sudah, untuk apa Glacier mengalah di ronde keenam?

"Mau main lagi?"

[Name] menggeleng, ia bangkit dari ranjang yang sedang menjadi tempat mereka bermain UNO dan permainan lainnya, lalu menuju ke arah sofa dan merebahkan dirinya di sana.

"[Name], kamu ngambek?"

"Saya tidak merajuk."

Ngomongnya, sih, begitu. Tapi wajahnya terlihat suram sekali, bibirnya juga cemberut, tak seperti biasanya. Glacier tahu jika [Name] ini sedang merajuk padanya.

Kan, Mas Glacy kan jadi tambah gemes sama dia. Aduh, bapaknya nem gimana si? Kok iso anak segemes gini digituin? Kalo gitu, mah, mending dari dulu kasih Glacier aja----

"[Name], jangan ngambek gitu, dong. Hari ini kita begadang buat main game yang belum pernah kamu mainin, sama ngelatih kamu ngomong acak adul kalo kata Supra."

Glacier ikut bangkit dari ranjangnya setelah selesai membereskan kartu UNO, dia menghampiri istrinya yang masih merajuk itu, duduk di sampingnya dan menariknya ke dalam pelukan hangat yang ia punya.

"Glacier kejam."

"[Name], itu cuma mainan!"

"Tetap saja, kejam."

Astaga, jika sudah seperti ini Glacier hanya bisa pasrah dan terus mengelus surai istrinya yang sudah sedikit lebih lembut dari sebelumnya.

"Hah ... okey, sekarang kamu mau apa biar gak ngambek kayak gini lagi?"

"Tidak ada, Glacier kejam."

"Jangan panggil aku kayak gitu, [Name]."

Perempuan di dalam dekapan Glacier itu tak menjawab lagi setelahnya. Ia hanya menikmati setiap sentuhan yang Glacier berikan padanya saat ini.

Seperti mengecup pucuk kepalanya, atau mengelus rambutnya dengan lembut, mengelus pelan punggungnya―dan hal lain yang membuat [Name] merasa nyaman.

"Tapi saya penasaran dengan satu hal, saya pikir kalau Glacier bisa menjawab rasa penasaran saya, saya akan memaafkan Glacier."

Glacier mengerutkan keningnya, "apa itu?"

"Proses pembuatan bayi."

Detik itu juga, Glacier menghentikan aktivitas nya itu dan terdiam. Wajahnya memerah, ia tak menyangka jika sang istri akan bertanya tentang hal itu.

"Kamu denger dari mana?"

"Dari Istri Tuan Taufan. Nyonya bertanya pada saya seperti, 'orang aneh mana lagi kamu? Ya, seenggaknya kamu tau proses pembuatan bayi, kan...? Jawab iya, aku maksa.' lalu saya jawab sejujur saya, dan ia semakin terkejut.

Tolong, siapapun, ingatkan Glacier untuk mendatangi atau meneror rumah Taufan.

"Ya―kamu tau, kan prosesnya?"

"Yang saya tahu, itu keluar dari perut Ibu ketika perut sang Ibu sudah membesar. Saya ingin yang detail, saya pikir saya perlu mempelajari ini untuk kita berdua."

Ucapan blak-blakan dari [Name] itu semakin membuatnya memerah, ia sebisa mungkin menyembunyikan rona merah itu―walau sebenarnya [Name] sudah menyadari dan melihatnya.

"Kita berdua...."

"... Apa saya salah? Saya pikir, sepasang suami istri itu harus memiliki seorang anak agar bisa membuat keluarga kecil."

"Kamu, ah―maksudmu, kamu mau ada a-anak kecil di rumah kita?"

[Name] mengangkat alisnya tak mengerti,

"justru saya rasa, Glacier yang sangat menginginkan keberadaan anak kecil itu. Karena itu, saya ingin mempelajarinya untuk Glacier. Seperti saya mempelajari tata krama dan bahasa asing untuk Tuan."

"[Name], kamu $_&+)??!"

Sudah, cukup. Glacier tidak kuat, ia sudah merah padam seperti tomat dan tak tahu ingin membalas perkataan [Name] seperti apa lagi.

Glacier malu berat.

Tak seperti [Name], yang begitu santai membicarakannya.

... Walau setelah pembicaraan itu, Glacier menjelaskannya dengan bahasa Solar dan Supra―juga 'sedikit'  mempraktikkannya.

___________

PRANG!

Suara piring pecah terdengar sampai kamar mereka berdua, membuat Glacier yang ingin masuk ke kamar mandi langsung berlari ke arah asal suara dengan raut khawatir.

"APA??? KENAPA?!"

"Gla-Glacier, maaf."

Sesampainya di dapur, ia melihat sang istri yang sudah menunduk dengan kaki dan tangan gemetar.

"Kenapa, [Name]??" raut khawatirnya tercetak jelas di wajah Glacier, apalagi ketika melihat kaki [Name] seperti tak kuat untuk menopang tubuhnya sendiri.

"I-itu, saat saya mencoba mengambil piring ini, kaki saya tiba-tiba lemas, lalu saya kehilangan keseimbangan. Rasanya, dari pagi ini, saya sedikit sulit untuk berjalan ... uh, maaf, Glacier."

Mendengar penjelasan istrinya, Glacier mencoba mencerna semuanya dengan baik, sebelum ia menyadari sesuatu dan memerah.

Astaga, apa ini ada hubungannya dengan ulah ia tadi malam?

"Lalu, saat saya mandi, saya melihat tubuh saya penuh dengan tanda kemerah-merahan seperti ini."

[Name] menunjukkan beberapa titik merah yang sedikit tertutupi oleh rambutnya itu kepada Glacier dengan pandangan khawatir, sedangkan Glacier, semakin dibuat malu olehnya.

"[Name]...."

"Uh, apa perlu saya cek ini ke dokter?"

"JANGAAAN―maksudnya, e-ekhem! Itu n-normal, kok ... mungkin."

"Tapi tanda ini banyak sekali, Glacier. Nyamuk saja kalah, tak akan bisa binatang kecil itu membuat banyak tanda seperti ini."

Karena yang bikin bukan binatang, tapi itu, loh. Si onoh.

"[N-Name]! Pokoknya jangan cek ke dokter. Itu normal, kamu bisa tutupin itu pake krim atau lainnya...."

"Normal??"

"Uhm, ya, normal buat yang habis gitu...."

Sedikit rahasia saja, tadi malam Glacier dibuat kesulitan juga ketika mempraktikkannya.

Ah sudah, lah. Cukup sampai sini saja, sisanya biarkan mereka saja yang tahu. Kalian enggak usah, xixixi.

________

WKWKWKKWKW ini pasutri ngang-ngong tp gercep. Yh, nem klw jdi orang normal juga pasti nie pasutri bakal yang

Kalem! Husband x Brutal! Wife

Hem, gimana ya, semoga bertahan aja sik, terutama dari bapak mertua 🙏

Aduh, aku niat up habis maghrib tp jadi habis isya WKWKWKWK, eh tapi disini baru azan isya sih.

See u minggu!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top