01. pelukan
"Ayah, Tuan [Lastname] itu orangnya kayak gimana?"
Sang ayah yang sedang membaca koran sambil menyeruput tehnya itu menoleh pada anak keduanya, "kamu nanyea?"
"Ayah."
Pria tua itu terkekeh. Dirinya sedikit terkejut dengan kehadiran anaknya di pagi hari ini. Dikiranya, anaknya lupa jika sudah memiliki rumah sendiri, tapi ternyata memang ingin bertemu dengan dirinya.
"Ya gitu. Dia pemilik perusahaan sukses, tapi penipu, manipulasi, curang."
Walah, Glacier semakin tak heran jika [Name] diperlakukan seperti itu. Bapaknya aja sifatnya kayak begini hadeh.
"Terus kenapa Ayah mau nikahin Ciel sama [Name]? Kalopun kasian, kenapa harus [Name]? Kenapa enggak yang lain?"
"Aduh, Glacier. Kamu tau sendiri Kakak sulung mu belum dapet jodoh. Harapan Bapak kan jadinya cuma kamu sebagai yang tertua kedua."
Ini bukan jawaban yang Glacier inginkan. Glacier tahu jika ayahnya ini mencoba menghindari pertanyaannya dengan jawaban yang sedikit mirip untuk menjawab pertanyaan Glacier.
"Yah, Ciel butuh jawabannya."
"..."
Ayahnya menggaruk kepalanya yang tak gatal, ia nampak sedang berpikir. Sebelum akhirnya dirinya itu menatap anak keduanya dengan pandangan bingung.
"Memangnya ada masalah apa, sih?"
"Ya bayangin aja, Yah. Ada orang yang cuma dikasih makan apel, mangga aja sama orang tuanya yang kaya raya begitu. Terus, emang wajar ya? suami-istri tapi si istri minta suaminya tidur di kamar bagus, dan istrinya milih tidur di kamar pembantu, padahal ada kamar tamu."
Ayah dari enam anak itu mengerutkan kening nya bingung, orang macam apa yang seperti itu? Memangnya ada?
"Terus kelakuannya kayak robot. Ciel kira kalian ngeprank Ciel,"
"Ngeprank gimana?"
"Ya kirain, [Name] itu robot bikinan Supra ... ternyata manusia, anaknya partner Ayah."
"Mantan partner lebih tepatnya."
"Loh?"
Glacier mengerjapkan matanya bingung, ia pikir ia menikah dengan [Name] sebagai jaminan kerja sama perusahaan ayahnya dengan perusahaan ayah [Name]. Tapi, kok, malah mantan partner?
"Hah ... kamu tau perusahaan Om Amato?"
"Tau. Sekarang Kak Hali, kan, yang mimpin?"
"Iya. Mereka mengalami kerugian besar, karena dicurangin sama perusahaan ayahnya [Name]. Astaga, Amato bahkan sampe ikut turun tangan bantuin Halilintar. Emang agak gak jelas, si Amato itu. Anak muda kayak Halilintar malah disuruh mimpin. Kalo Ayah, sih, ogah banget nyuruh Frostfire gantiin Ayah, yang ada malah bangkrut perusahaan Ayah!"
Glacier hanya terkekeh mendengar ucapan ayahnya itu. Dari kecil Frostfire memang sering melanggar peraturan rumah dan selalu kabur dari ayah mereka, sampai ayah mereka tak mau memercayakan perusahaannya pada si sulung, Frostfire.
"Nah, setelah kejadian itu, Ayah mau putusin hubungan 'kerja sama' Ayah sama Ayahnya [Name]. Tapi Ayah ditahan, terus mereka ngancem pake bawa-bawa kalian, ya Ayah bisa apa!? Wong Ayah udah tua begini, harusnya udah pensiun, nih. Anak-anak Ayah juga masih banyak yang jomblo, huh, kan Ayah juga mau gendong cucu kayak Amato!"
"Hahaha...."
"Hih, Amato, tuh! Cucunya udah berapa cobaaa, sekitar empat atau lima ada kali. Lah Ayah? Wong yang nikah aja baru dua orang."
Iya guys. Cemburu gitu bapaknya Glacier. Apalagi yang sudah nikah itu baru Glacier sama S---tebak sendiri lah, ya, S yang mana.
"Tapi, Ayah dikasih kesempatan. Kalo memang mau mutusin hubungan, dia minta buat nikahin salah satu dari kalian sama putri keduanya, [Name]. Ya, singkatnya kamu itu tumbal Ayah, Glacier."
Dari awal Glacier memang sadar, dia ini ditumbalin sama keluarganya. Mau marah tapi untung istrinya gemesin, enggak mata duitan kayak istrinya----
"Aneh. Biasanya perjodohan kayak gini itu pas orang mau kerjasama, sebagai jaminan. Ini kok pas mau mutusin hubungan?"
"Makanya itu. Ayah gak paham."
Kenapa ayahnya tak peka sih? Glacier saja langsung paham ketika mendengar cerita dari ayahnya.
Singkatnya, [Name] itu dibuang secara tidak langsung.
"... Makasih, Yah. Ciel balik dulu."
"Oh gitu ya kamu sekarang? Pas udah dapet informasi langsung pergi. Durhaka!"
"... Masih mending Ciel pamit, loh, Yah. Gak kayak Kak Frosty yang langsung ngacir."
_________
"Selamat datang kembali, Glacier."
[Name] berjalan mendekat ke arah suaminya, ia membantu Glacier membuka jaketnya dan memintanya untuk jalan terlebih dahulu, lalu ia ekori dari belakang.
Aduh, ini sih istri berkedok babu sekaligus manusia berkedok robot.
Langsung komplit sepaket, ya, kak.
"Kamu sudah masak?"
Ia sedikit terkejut, namun tak lama, ekspresi nya kembali datar dan kepalanya ia tundukkan ke bawah.
"Maaf, saya lupa ... saya akan segera memasak." Sebelum perempuan itu berjalan cepat dengan tegak untuk segera ke dapur, tangan besar milik Glacier sudah lebih dulu mencegah dirinya.
"Santai aja, [Name]. Aku mau ngajak kamu masak bareng kalo kamu belum masak. Atau, hari ini kamu duduk manis aja di meja makan, aku yang bakal masak. Kamu belum pernah nyoba masakanku, kan?"
Sejujurnya, sampai rumah ia ingin langsung menyentuh kasur kesayangannya itu. Tapi, ia ingat jika sekarang ia tak bisa seenaknya saja seperti itu ketika sedang cuti atau libur lagi.
Soalnya, sekarang dia sudah memiliki istri.
"... Glacier sedang marah dengan saya?"
"Hah? Enggak, tuh."
"Maaf. Saya seharusnya tidak lupa untuk membuat sarapan pagi."
"Haaaaah? Aku gak marah, [Name]."
Aduh, Glacier pusing dengan perempuan.
"Denger, [Name]. Kamu itu bukan pembantu yang kerja di sini, kamu itu Istriku, yang berkuasa di rumah ini. Aku memang kurang tau gimana kamu selama tinggal sama mereka, gimana cara mereka nunjukkin rasa sayangnya ke kamu. Tapi di rumah ini ... kalo kamu bikin kesalahan kecil kayak begini aja, itu gak masalah, aku gak akan marah. Apa, sih, yang bikin kamu sampe mikir aku marah?"
Kalau saja saudara Glacier ada di sini, pasti esok harinya Glacier digoda habis-habisan. Untung ini di rumah.
"... Tuan selalu memukul saya ketika saya membuat kesalahan seperti ini. Jadi, saya pikir Glacier akan melakukan hal yang sama."
Astaga, Glacier anak baik, kok. Kalo ga percaya coba tanya Gempa.
"[Name], aku sama 'Tuan'-mu itu beda. Caraku nunjukkin rasa sayang sama 'Tuan'-mu juga beda. Jangan disama ratakan begitu, dong."
Untung dia banyak gaul dengan salah satu sepupunya yang pintar dalam memuji orang atau memberikan sebuah kata-kata manis, atau perlakuan lembut manis.
"Maaf, Glacier."
Glacier terkekeh, "mau peluk?"
Ketika mendengar dua kata itu, [Name] merasa kebingungan. Ia sering mendengar kata itu juga ketika adiknya mendatangi ibu nya, rasanya itu terlihat menyenangkan, tapi [Name] tak tahu bagaimana cara melakukan itu.
"Dari dulu saya penasaran, bagaimana rasanya ketika berpelukan ... tapi saya tidak tahu cara memeluk seseorang."
Glacier tertawa kecil, ia menarik tubuh mungil itu ke dalam dekapannya. Tangannya mengelus surai istrinya yang sedikit kasar dan kusut, "ini namanya pelukan. Dulu aku paling suka pelukan dari Bunda atau saudaraku."
"[Name], coba kedua tanganmu melingkar di pinggangku."
Perempuan itu bingung, namun, ia tetap mengikuti apa kata suaminya dan melingkarkan tangannya di pinggang sang suami. "Seperti ini?"
"Iya. Gampang, kan?"
[Name] mengangguk. Ini pertama kalinya ia berpelukan dengan seseorang, rasanya sangat hangat, dan sedikit membuatnya merasa hal yang berbeda.
"Hangat...."
Syukurlah [Name] menikmati pelukan yang ia berikan. "Tapi kamu gak boleh sembarangan asal meluk orang, cukup meluk orang-orang tertentu aja ...
... aku misalnya."
Setelahnya, Glacier sendiri yang salah tingkah karena balasan dari [Name].
"Baik. Mulai sekarang saya hanya akan memeluk Glacier saja. Glacier hangat, saya suka."
________
Note:
Glacier update tiap senin-rabu-jumat-minggu.
Timeline nya Glacier ini, chapter 13 Solar. Pas Cahaya udah dua tahun, Glacier baru nikah.
Menurut kalian hubungan Glacier sama [Name] itu gimana? Canggung banget, nggak? Soalnya ini pertama kalinya aku bener-bener bikin karakter mbak nem yang kul-kul kayak es
Jadi aku butuh pendapat kalian jugaaa
See u!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top