HIDDEN EYES

Pertama-tama, maafkan Rizu karena terlalu lama menyelesaikan review ini. Kemarin ada banyak drama kehidupan. Terkuras sudah seluruh jiwa raga.

Baiklah, tanpa banyak alasan, berikut review kali ini ....

Judul: Hidden Eyes
Penulis: HitamArang
Genre: Teenfiction
Status: Tamat
Jumlah Chapter: 32+Prolog, Epilog, Extra part

Blurb:

"When the destiny begin from your eyes."

Natarexa tidak pernah merasa  sepeduli ini pada seseorang sebelumnya. Selama ini hidupnya hanya seputar bolos sekolah, sepeda, dan main.

Dirgantara Atmaja, cowok biasa saja yang dipenuhi rumor miring membuat dirinya diam-diam ingin menyelidiki tentang cowok itu. Seperti ada medan magnet yang menariknya, Rexa tidak pernah berhenti sebelum rasa penasarannya terbalas.

Dan apa yang Rexa temukan dari cowok itu membuatnya terkejut. Bola mata yang biasa Rexa lihat berwarna hitam pekat, suatu ketika berubah menjadi hijau cemerlang.

Mungkin, orang-orang akan beranggapan jika Dirga memakai softlens. Tapi, Rexa tahu benar bahwa penglihatannya enggak bisa ditipu. Dan, ketika Rexa melihat iris itu lekat, dia seolah tersihir. Bahwa dunia seorang Rexa telah tersedot ke dalam mata Dirgantara.

Lalu, apa alasan Dirgantara menyembunyikan warna asli irisnya?

Dan, kejutan apa lagi yang akan ditemukan Rexa pada sosok Dirgantara Atmaja?

Sinopsis singkat:

Baru dua minggu sejak kepindahan Rexa di SMA Palawija, Bandung. Keynan, yaitu kakak sepupu Rexa ikut-ikutan pindah sekolah. Bahkan sekelas dengan Rexa.

Rexa meminta dipindahkan tempat duduk di samping Dirga, cowok cupu yang dianggap autis oleh teman-teman sekelas. Namun, Rexa justru merasa bahwa Dirga itu ganteng, pintar, dan bahkan jago olahraga, terutama basket dan bmx.

Kebiasaan-kebiasaan unik Dirga membuat Rexa penasaran terhadap cowok itu. Hingga Rexa memutuskan untuk menjadi follower-nya Dirga. Namun, tulisan pada surat kaleng yang beberapa kali diterimanya membuat Rexa curiga pada Dirga.

Lambat laun, Rexa jatuh cinta pada Dirga. Kemudian membantu cowok itu agar mendapatkan teman lain selain dirinya.

Keynan yang overprotective, mengungkap rahasia tentang alasan sikapnya selama ini. Rexa tak menyangka hal itu.

Review:

Tokoh-tokoh sentral yang terdapat dalam cerita:

1. Natarexa
Gadis yang entah apa masalahnya jadi suka sering bolos, hingga DO, dan berakhir di SMA swasta Palawija, Bandung yang bisa dikategorikan sekolah bobrok. Tak ada sekolah lain yang mau menerima Rexa yang namanya sudah penuh catatan hitam.

Gadis ceria, dan tak takut terhadap apa pun. Bahkan seolah tak peduli jika punya teman atau tidak.

Namun, Dirga ... cowok itu, entah mengapa memiliki magnet yang terus menarik perhatian dan rasa penasaran Rexa.

2. Dirgantara Atmaja
Teman sebangku Rexa. Pemilik iris hijau sewarna daun segar yang selalu disembunyikan di balik softlens hitam yang nyaris menutupi mata putihnya.

Cara bicaranya kaku, memiliki aura misterius. Pintar, rajin baca buku, jago basket dan bmx. Sering dikepoin Rexa. Sabar menghadapi Rexa yang cerewet, karena Rexa adalah satu-satunya sahabat Dirga. Sahabat selamanya, katanya.

3. Keynan
Sepupu Rexa yang memiliki sifat overprotective terhadap Rexa. Sampai-sampai belain juga pindah sekolah ke SMA Palawija demi menjaga Rexa, katanya.

Cowok yang juga cinta pertama Rexa ini memiliki kasih sayang melimpah ruah untuk Rexa. Kadang Rexa merasa bahwa Keynan seperti ayahnya saja.

Ternyata, di balik sikap overprotective-nya, Keynan menyimpan rahasia yang sudah disembunyikan beberapa tahun lamanya.

Plot:

Cerita mengalir dengan baik. Tidak cepat, tidak pula lambat. Lumayan sudah seimbang porsinya; dari segi pengenalan tokoh dan latar belakangnya, konflik dan penyelesaiannya. Ending-nya juga sangat manis.

Hanya saja, adegan ketika Rexa menyelamatkan seseorang dari perisakan (bully) di toilet sekolah kurang Rizu mengerti tujuannya apa. Soalnya, tanpa adegan tersebut, cerita tetap berjalan dengan baik. Maksud Rizu adalah, adegannya terasa sia-sia, sebab tak ada kelanjutan apa-apa dari adegan tersebut.

Rizu pikir, awalnya cewek yang diselamatkan itu bakalan jadi salah satu sahabat Rexa atau setidaknya punya peran penting dalam cerita. Nyatanya tidak. Hanya pemeran lewat aja. Bahkan cewek-cewek pelaku bully juga seperti itu. Hanya lewat, tanpa berkontribusi apa pun ke depannya pada cerita.

Intinya, Rizu tidak memahami tujuan dari adegan tersebut dan apa manfaatnya.

Dan ada satu hal yang Rizu gak temukan hingga akhir cerita, yaitu alasan mengapa Keynan bisa sekelas dengan Rexa. Padahal usia mereka terpaut satu tahun. Apakah Keynan pernah tinggal kelas? Rasanya enggak mungkin, cita-citanya saja pengin jadi dokter. Jadi, harusnya dia pintar. Atau apakah Keynan memang sengaja tinggal kelas pas tamat SD biar bisa selalu mengawasi dan menjaga Rexa dari dekat jika mereka sekelas? Mengingat Keynan bela-belain pindah sekolah juga ke tempat Rexa biar bisa menjaga cewek itu.

Entah Rizu yang luput gak baca atau penulis lupa menerangkan hal itu. Mohon tegur kalau Rizu keliru.

Teknis penulisan dan penyampaian cerita:

-Ada beberapa typo, tidak banyak (sebagian sudah tandain langsung, selebihnya gak bisa karena kemarin bacanya offline).

-Kesalahan seperti ini sering terulang:

Kalau sudah titik di akhir (dialog maupun narasi, kalimat harus diawali huruf kapital.

-Ada beberapa kata tidak baku yang dipakai. Misalnya: Mengerjab. Kata itu sering sekali muncul. Hampir di tiap chapter. Sebab itu merupakan salah satu kebiasaan Rexa dalam menggambarkan reaksinya terhadap suatu hal.

Padahal yang baku adalah mengerjap.

-Penggunaan kata hubung (misal: tapi, tetapi, namun, dll), kata sapaan, serta partikel (misal: pun, -lah, ya, kan, dll) masih ada yang keliru.

-Penulisan kata yang ditulis/cetak miring (kata atau istilah asing/kata yang tidak ada di KBBI)

-Beberapa kalimat masih ada yang tidak efektif, baik pada narasi maupun dialog.

-Penggunaan POV tidak konsisten.
Secara keseluruhan, penulis menggunakan POV 3. Bagian yang tidak konsisten adalah acuannya. Di awal cerita menggunakan POV 3 single dengan posisi narator mengambil sudut pandang Rexa. Namun, kadang ada situasi yang membuat acuan itu berubah menjadi POV 3 omnicient (bebas), berganti-ganti dari Rexa, Dirga, lalu Keynan. Bahkan ada narasi yang menjelaskan isi pikiran dari seluruh teman sekelas.

Jika maksud penulis adalah POV 3 bebas, harusnya tak ada rahasia antara tokoh dan pembaca. Segala isi pikiran tiap tokoh bisa disampaikan dengan jelas. Dan porsi Rexa dalam mengambil acuan tidak begitu mendominasi. Ya, porsinya harus seimbang antara tokoh yang satu dengan tokoh yang lainnya sesuai kebutuhan.

-Penulis memiliki gaya bahasa yang baik, ringan, khas bacaan remaja. Sangat memperkuat karakter Rexa yang cerewet dan agak petakilan.

Nilai plus cerita:

-Ide ceritanya sederhana; bagaimana mencintai diri sendiri. Dan hal itu Dirga bisa lakukan berkat dorongan dari Rexa.

- Fokus permasalahannya termasuk unik; mata hijau yang seharusnya jadi kelebihan fisik Dirga, malah dianggap kekurangan akibat perlakuan tidak menyenangkan yang pernah ia alami di masa kanak-kanak.

-Karektersisasi tokoh utamanya juga kuat.

-Penokohan Dirga sebagai cowok yang harusnya menjadi bintang sekolah, malah dianggap cupu dan rendahan bahkan autis, menjadi pembeda dari kebanyakan tipe cowok serupa di kebanyakan cerita-cerita teenfict lain yang sudah terlihat sempurna dari luar, tapi memiliki sisi lemah di dalam. Dirga adalah kebalikan dari type itu.

-Setting lokasi cerita digambarkan sangat baik. Seolah-olah Rizu tengah berada di tempat yang sama dengan Rexa dan Dirga. Rizu bisa membayangkan suasana asri bak pedesaan yang damai.

-Sikap dewasa Dirga dan kesabaran Rexa patut jadi percontohan untuk remaja yang dalam masa terjangkit virus merah jambu. Serta sikap Keynan yang penyayang dan bertanggung jawab patut kita jadikan teladan.

-Cara penulis mengungkapkan isi pikiran dan perasaan Rexa terhadap Dirga tidak berlebihan meski Rexa termasuk cewek yang agak lebay.

-Meski kadang berkata pedas dan nge-jleb, ucapan Dirga sering bikin Rexa dan pembaca menjadi baper.

Nilai minus cerita:

-Rizu heran dengan pola pikir tokoh Budhe Fatimah pada penggalan berikut:

Budhe Fatimah lebih khawatir kalau Rexa gak ada temen ngobrol, sehingga menempatkan Keynan persis di sebelah kamar Rexa. Apakah Budhe gak kepikiran kalau Rexa dan Keynan itu sama-sama remaja sehat secara biologis?

Okelah kalau Rexa dan Keynan dibesarkan layaknya saudara kandung, namun tetap saja mereka hanya sepupu dan bukan saudara sedarah. Intinya, mereka bukan mahrom.

Dan alasan mengapa Keynan ditempatkan di sebelah kamar Rexa itu hanya terkesan gak mau repot untuk mengubah kamar di sebelah kamar Budhe di lantai satu itu untuk bisa ditempati lagi.

Padahal, akan lebih baik jika Keynan memang ditempatkan di kamar tepat di sebelah kamar Budhe, agar Budhe tetap bisa mengawasi pergerakan kedua keponakannya.

Kalau Keynan dan Rexa sama-sama tidur di lantai dua, bukannya Budhe bakalan susah mengawasi keduanya?

-Tokoh Nenek Reni (neneknya Dirga) tidak pernah dimunculkan sekali pun dalam cerita. Agak aneh aja sih gak pernah dimunculkan, padahal katanya Rexa sering ketemu dan makan pisang goreng buatan Nenek Reni jika berkunjung ke rumah Dirga.

Saran:

-Perbaiki teknis penulisan.

-Sering-seringlah mengecek KBBI dan membuka PUEBI. Terkadang kekeliruan terjadi hanya karena kita lupa materi yang telah lalu.

-Efektifkan kalimat.

-Konsisten dalam mengambil sudut pandang.

-Pertimbangkan memberi peran pada tokoh, beri mereka peran yang berarti dalam cerita dan bisa menggerakkan alur.

Itu aja sih. Yang paling banyak butuh perbaikan hanya di bagian teknis. Selebihnya menurut Rizu udah baik.

____________________

Jika ada yang kurang dimengerti, silakan bertanya. Rizu siap diajak diskusi.

Baiklah, cukup sekian review dari Rizu. Maaf bila ada kekhilafan dalam penyampaian serta hasil pemikirannya. Dan mohon maaf juga jika review ini jauh dari sempurna.

14 September 2019

Salam Sayang,
Rizu❤

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top