4
"Satu Minggu lagi kamu harus pulang!"
Kalimat bernada tegas itu Wisesa---kakek Kirana---ucapkan dengan begitu tenang di sebuah kamar hotel setelah mereka menikmati makan siang yang begitu terlambat selepas prosesi wisuda Kirana pagi hingga siang tadi.
Ya, hari ini adalah hari besar Kirana. Gadis itu akhirnya menjalani prosesi wisuda strata satunya. Rasa bahagia tak lepas dari dadanya. Senyumnya mengembang tak pernah surut. Apalagi saat ini ada kakek, paman, dan kakaknya yang datang jauh-jauh dari kampung halamannya untuk menghadiri prosesi wisuda. Selama empat tahun ini Kirana tinggal berjauhan dengan keluarganya dan rela menjadi anak perantauan demi bisa menempuh pendidikan di salah satu universitas negeri terbaik di negeri ini.
"Kenapa harus terburu-buru, Kek? Aku masih ingin berlama-lama di sini. Aku juga ingin mencari pengalaman kerja. Beberapa hari lalu aku dan Mikha sudah mengirimkan surat lamaran pekerjaan di beberapa perusahaan di Jakarta." Kirana menyebut nama sahabatnya, berusaha menolak keinginan sang kakek.
"Jangan coba-coba, An! Sesuai janji kamu, setelah lulus kamu akan pulang. Dulu kakek sudah melepas kamu untuk kuliah sejauh ini. Kakek tidak memaksakan keinginan kakek agar kamu kuliah di Surabaya atau Malang saja." Wisesa mulai melontarkan keberatannya. Sungguh ia tak mampu jika harus kembali berjauhan dengan sang cucu yang begitu dikasihinya.
"Kalau kamu ingin bekerja, kamu bisa bekerja di Surabaya seperti Karina, atau di Malang, Pasuruan dan di daerah sekitar rumah yang memungkinkan kamu bisa pulang setiap hari atau setidaknya setiap minggu. Banyak perusahaan yang bisa kamu tuju. Kakek juga bisa membantu kamu dengan relasi yang kakek punya. Lagi pula, tidak mungkin kakek bisa berhenti mencemaskan kamu jika kamu masih terus berjauhan dengan kakek. Empat tahun kakek melepas kamu, kakek tidak ingin menambah waktu lagi untuk berjauhan dengan kamu. Kita berempat hanya punya satu sama lain. Kakek ingin di sisa-sisa usia kakek bisa berkumpul dengan kamu, Karina dan Om kamu."
Mendengar kalimat panjang sang kakek, tentu saja hati Kirana seolah tercubit. Ia dan semua keegoisannya sepertinya harus mengalah demi keinginan sang kakek. Pria yang begitu ia sayangi dan mengasihinya. Pria yang mengambil alih tugas orang tua Kirana untuk membesarkan dua orang cucunya sepeninggal kedua orang tua Kirana yang telah berpulang.
"Aku akan pulang, Kek. Tapi beri aku waktu ya." Kali ini Kirana mencoba menawar. Diraihnya lengan sang paman yang duduk di ranjang yang sama di sebelahnya. Pria yang selalu ada kapanpun Kirana butuhkan untuk bersandar. Pria yang bisa menyelesaikan apapun kerumitan yang Kirana hadapi. Digoyangkan lengan kokoh itu untuk mencari dukungan. Namun, pria itu hanya berucap singkat, "Benar yang kakek bilang, Na." Hal yang membuat Kirana mengerucutkan bibirnya.
"Minggu depan kamu tetap harus pulang." ulang Wisesa.
Kirana mengembuskan napas berat. "Kenapa harus minggu depan, Kek? Lagi pula, aku masih harus mengurus beberapa hal di kampus."
"Kakak kamu akan menikah minggu depan. Kamu harus pulang!"
Kalimat yang dilontarkan kakek Kirana seketika membuat Kirana menganga terkejut.
Karina?
Menikah?
Secepat itu?
Ia menatap Karina, sang kakak yang bersandar pada pintu yang mengarah pada balkon kamar tak jauh darinya dengan pandangan menuduh.
Sang kakak hanya berdecak santai lalu kembali menekuri ponselnya. Gadis itu tak menanggapi kekagetan Kirana.
"Kenapa aku nggak tahu? Karina dari kemarin-kemarin tutup mulut. Astaga! Kamu lagi-lagi main rahasia-rahasiaan!" Terkadang, Kirana merasa tak tahu apa-apa tentang sang kakak. Terutama kehidupan pribadinya. Gadis itu seolah diliputi misteri yang pada akhirnya membuat Kirana lelah untuk menebak-nebak.
"Kamu jauh sih makanya enggak dikasih tahu. Yang penting kan sekarang kamu sudah tahu. Makanya kamu harus pulang." Karina mengelak tuduhan adiknya.
"Hellooo... Sekarang kita hidup di zaman apa? Kamu bisa melakukan panggilan video, menelepon, berkirim pesan. Banyak cara untuk mengabarkan hal itu." Kirana mengumpat tak terima.
"Lebih enak ngomong langsung, kan? Sekarang kita baru bertemu. Lagi pula anggap saja kejutan dan hadiah untuk wisuda kamu." Karina masih berkeras dengan pendapatnya.
"Yah, terserah. Kamu selalu penuh kejutan. Kejutan yang sering kali membuat semua orang jantungan atau setidaknya stroke dan pingsan seketika."
Karina terbahak dengan sindiran adiknya itu.
Kirana masih ingat kejadian bertahun-tahun lalu saat sang kakak duduk di bangku sekolah menengah atas. Sang kakek tiba-tiba mendapat panggilan dari sekolah dan yang lebih mengejutkan, kakak Kirana itu mendapatkan skors karena kedapatan berciuman dengan kekasihnya di ruang UKS sekolah yang kebetulan sepi. Tahun-tahun berikutnya gadis itu semakin berulah. Hal yang menyebabkan sang kakek kerepotan mengurus cucu sulungnya itu.
"Siapa pria itu? Cepat katakan! Apa aku mengenalnya? Apa dia pria yang baik? Apa dia tampan? Kamu sudah lama mengenalnya, kan? Jangan sampai kamu membeli kucing dalam karung." Kalimat panjang Kirana seketika membuat Karina menghentikan tawanya lalu kembali berdecak.
"Kamu mengenalnya, Na." Kali ini sang kakek berucap pelan.
"Astaga benarkah? Siapa dia? Aku benar-benar penasaran. Om Rendra mengenalnya juga, kan?" Kali ini Kirana kembali mengalihkan pandangan ke samping, berusaha mencari jawaban dari pria di sebelahnya itu. Namun, pria itu tak menjawab. Justru terlihat datar tak berekspresi. Hal yang membuat Kirana mengerutkan alis keheranan. Ia akhirnya kembali memandang ke depan. Pada kakak dan kakeknya.
"Ayo katakan siapa dia? Jangan buat aku mati penasaran." Kirana berucap antusias dengan tak sabar. Tangannya yang masih menggenggam lengan sang paman kembali bergerak, menggoyang-goyangkannya. Berusaha agar siapapun di antara ketiga orang di kamar hotel itu menjawab rasa penasaran Kirana.
"Dialah pria itu." Sang kakek berucap sambil menggerakkan dagunya ke depan ke arah Kirana. Ralat. Ke sebelah Kirana. Membuat Kirana makin kebingungan.
"Maksud kakek?"
"Om kamu yang akan menikah dengan Karina."
###
Nia Andhika
30 Juli 2022
Repost 13 Februari 2024
Nah, nah, nah. Sudah terjawab kan teka-teki dari awal bab. Siapa si pria itu dan bagaimana posisinya di keluarga Kirana. Yang masih bingung, tunggu bab-bab berikutnya ya. Akan kebuka satu persatu.
Yang jawabannya betul, ayo angkat tangan satu persatu wkwkwk.....
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top