10 | Diatas Langit Masih Ada Langit

Di Atas Langit Masih Ada Langit

Oke, kali ini kita akan membahas tentang asal usul suatu peribahasa lokal. Agak sulit mencarinya. tetapi mari kita coba.

Peribahasa, materi yang sering ada di dalam buku pelajaran bahasa. Dan aku terlalu malas untuk membuka buku-buku tersebut. sudah tertumpuk diantara kenangan mantan. Wkwk.

Peribahasa adalah sebuah kalimat singkat dan padat yang berisi perbandingan, perumpamaan, nasihat, prinsip hidup, atau aturan tingkah laku. Biasanya berupa kiasan untuk menggambarkan maksud tertentu.

Dahulu kala, katanya orang melayu tidak terbiasa mengatakan suatu nasihat atau sindirin dengan kata yang lugas. Maka dari itu, mereka menggunakan peribahasa untuk menggambarkan apa yang ingin disampaikan, dengan cara yang lebih halus. Walaupun kadang makna tersiratnnya terdengar lebih kasar.

Peribahasa merupakan salah satu jenis eforisme. Eforisme adalah bentuk kebahasaan yang ringkas dan berisikan kebeneran umum. Kebenaran umum disini maksudnya adalah kebenaran yang sudah diakui kebenarannya oleh khalayak. Misalnya mengenai peribahasa Diatas Langit Masih Ada Langit. Menurut para peneliti, langit itu terdiri dari 6 lapisan. Yakni, troposfer, stratosfer, mesofer, thermosfer, ionosfer, dan eksosfer. Setiap lapisan memilki fungsi dan keunggulan masing-masing.

Secara umum, makna dari peribahasa tersebut adalah seseorang yang hebat dalam semua perkara ada kelemahannya. Sepertinya halnya langit (atmosfer), mereka walaupun berada diatas, memilki fungsi masing-masing tetap saja memiliki sisi kelemahan.

Contohnya stratosfer, di sana tidak ada awan yang bergejolak, membuat kapal jet menjadikan stratosfer sebagai lintasannya. Tanpa ada awan, artinya lintasan ini tanpa hambatan. Seperti jalan tol (tetapi jalan tol jaman sekarang sering mengalami macet, hehe). Sehingga, akan lebih cepat dan mudah untuk mencapai tujuan.

Tetapi stratosfer ini juga memiliki kelemahan, jika lapisan bawahnya bersuhu dingin, maka lapisan atasnya panas. Kok, bisa? Nggak tahu, aku bukan pakarnya. Hehe.

Stratosfrer tidak lantas berbangga diri karena lebih tinggi dari troposfer. Karena diatas stratosfer masih ada mesofer, thermosfrer, dan seterusnya. Setiap lapisan bumi memilki tugasnya masing-masing.

Seperti halnya langit, manusia juga harus ingat akan itu. diatas langit masih ada langit. Kita tahu, kesuksesan seorang diperoleh dari kerja keras dan semangat pantang menyerah. Bukan orang dalam. Tetapi bukan berarti kita berhak untuk sombong dan meremehkan orang lain.

Kita berhak bersyukur dan berbangga diri terhadap pencapaian sendiri. Tetapi ungkapan syukur alangkah lebih baiknya di simpan sendiri, atau ucapkan rasa syukurmu kepada kedua orang tua juga Tuhanmu. Karena mereka lebih berhak mendengarnya, daripada diimplementasikan dalam bentuk kesombongan.

Sifat sombong memiliki efek negatif bagi diri sendiri. Karena dari sombong, orang akan merasa paling superior hingga tidak ingin berkembang, merasa tidak akan ada yang menyaingi. Dan akhirnya ditikung oleh orang lain, karena dia menjadi lengah. Semangatnya yang membara jadi turun akibat kesombongan.

Peribahasa tersebut menimbulkan efek persuasi seseorang untuk tidak meremehkan orang lain atau lawan sehingga berdampak buruk bagi dirinya. Kita, sebagai manusia tidak boleh merasa paling hebat, paling unggul, paling keren daripada yang lain. karena sombong adalah sifat iblis. kamu tidak mau, 'kan menjadi teman iblis?

Peribahasa tersebut mengajarkan kita untuk tetap tawadhu atau rendah hati. Tawadhu adalah suatu sikap menyadari keterbatasan kemampuan diri dan ketidakmampuan diri sendiri, sehingga dengannya seseorang tidaklah mengangkuh dan tidak pula menyombong.

Menurut Buya Hamka, istilah lain dari rendah hati adalah tahu diri.

· Tahu batasan diri sendiri pada bidang yang kita tempuh. Misalnya, ditempat kerja, kita tahu jurusan yang diampu oleh kita adalah menajemen, membuat kita tidak serta merta ingin melakukan tugas bagian IT. itu bukan bidang yang kita tempuh.

· Tidak mencampuri urusan yang tidak kita pahami. Tidak akan merasa sok paling tahu segalanya, biarkan orang lain yang lebih tahu untuk mengurusnya.

Menanamkan peribahasa tersebut ke dalam prinsip hidup, adalah sesuatu hal yang baik. Karean nasihat yang tersirat didalamnya untuk menyadarkan kita supaya senantiasa memilki sikap rendah hati, maka akan tetap terjaga profesionalitas dalam dirinya. Mempertahankan mental baik, semangat juang yang baik dalam dirinya, sehingga akan menghasilkan kemenangan yang menjadi tujuan untuk memperoleh bahkan meningkatkan kredibilitas dirinya.

Initnya, peribahasa tersebut memiliki makna : kita boleh-boleh saja berbangga diri terhdap pencapaian sendiri, tetapi hal itu tidak serta merta membuat kita boleh untuk menyombongkan diri terhdap orang lain. sikap sombong adalah sikap tercela. Tidak terpuji. Ingat! Sadarlah akan kemampuan diri, sadarlah ada yang lebih mampu daripada kita.

Karena di atas langit masih ada langit.


Limbaga (Peribahasa) Bahasa Simalungun. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1997.

Oktaviani, Lani. 2014. Pendidikan karakter berbasis pesantren. Jakarta : Rene

Books.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top