Tips Menulis Tema Kedokteran




Cerita kerap harus memuat seorang tokoh yang sakit, atau kita memang ingin menulis cerita bertema kedokteran. Memang, sih, hal-hal yang berbau medis terasa keren, kan? Kenapa kita tidak mencoba menulisnya?

Jangan buru-buru menciutkan nyali bila Anda tidak memiliki latar belakang medis/kesehatan. Ketahuilah mereka yang memang berkecimpung di dunia kedokteran pun membutuhkan riset saat menulis tema kedokteran. Mengapa begitu? Karena dunia kedokteran itu luas sekali dan dokter pun memiliki spesialisasi. Misalnya, dokter umum tidak memiliki segala pengetahuan tentang gangguan kejiwaan. Saat ia menulis tentang tokoh yang menderita skizofrenia, ia tetap harus riset.

Langsung saja, ya, ke tips-tipsnya.

1. Tentukan setting/latar adegan, lalu riset

Setting tidak harus heboh, atau super canggih. Tidak harus di rumah sakit. Banyak fasilitas kesehatan lain yang bisa digunakan sebagai latar. Jangan terpaku hanya rumah sakit saja.

Fasilitas kesehatan ada banyak: Puskesmas, klinik, apotik, praktik dokter mandiri, praktik bidan, unit transfusi darah,unit layanan cepat, layanan kesehatan pelabuhan, layanan kesehatan di lapas, LSM/NGO: HIV, Malaria, Tanggap Bencana, dll. Semuanya bisa menjadi latar menarik dan unik untuk cerita kita.

Pikirkan hal-hal yang dijumpai sehari-hari. Misalnya setting kondisi ruang bedah. Kita tidak harus menceritakan kondisi operasi yang "wow", tapi bisa mengangkat interaksi sehari-hari para dokter dan perawat di kamar operasi (Contoh cerita Elya-Bius Cinta)

Bisa juga mengangkat kondisi Puskesmas. Ini tak kalah seru. Bayangkan dokter muda yang ditempatkan di Puskesmas yang sarananya serba minim. Kebayang bagaimana galaunya dia.

Ingat, riset latar ini sangat berguna untuk:

MEMBERI GAMBARAN BESAR dan MEMBENTUK SUASANA.

Masalahnya adalah bagaimana kita bisa mengetahui suasana itu?

Berterimakasihlah pada internet. Di sana tersedia hampir semua bahan yang kita butuhkan. Tips: tontonlah video simulasi tindakan-tindakan medis.

Memang membutuhkan waktu dan tenaga, tapi hasilnya tidak akan mengecewakan.

2. Penyakit tidak harus yang aneh bin ajaib

Penulis pemula kerap mengangkat penyakit yang aneh bin ajaib. Mungkin maksudnya agar membuat pembaca terpesona. Namun, sebenarnya kita bisa memanfaatkan penyakit-penyakit yang sudah lumrah dikenal masyarakat. Dalam The Young Lion, saya memanfaatkan penyakit cacar air, cacingan, dan demam berdarah.

Keuntungan menggunakan penyakit "sejuta umat" adalah mudah "relate" dengan pembaca karena mereka pasti telah mengenal penyakit tersebut.

Untuk bahannya, bacalah laporan kasus (banyak tersedia di internet). Dalam laporan kasus telah lengkap usia dan jenis kelamin penderita, riwayat penyakitnya, bagaimana pengobatan dan perawatannya, bahkan efek samping pengobatan pun bisa ditemukan. Anda tinggal mencontoh dan mengadaptasikannya ke dalam cerita.

Untuk pemula, pilihlah kasus yang tidak rumit dan bahannya tersedia banyak.

3. Gunakan bahasa awam.

Hindari terlalu banyak menulis istilah medis. Bila memang terpaksa, beri catatan kaki atau penjelasan. Jangan membuat pembaca awam pusing karena tidak memahami istilah-istilah tersebut.

Yang penting adalah menyampaikan suasana kepada pembaca.

Misalnya, bagaimana gentingnya ruang gawat darurat saat menangani pasien yang terkena serangan jantung. Anda memang harus mengetahui secara garis besar apa yang ada di IGD, siapa saja yang bertugas, dan apa yang dilakukan. Tapi, jangan semua nama alat ditulis. Semua jenis tindakan diperinci. Kita kan menulis fiksi, bukan laporan mahasiswa kedokteran. Pembacanya pun pembaca awam. Cukuplah mereka merasakan kegentingan dan kekhawatiran para tokoh yang terlibat.

Detail hanya membantu, jangan malah membuat pening pembaca.

Tips: tontonlah video simulasi di Youtube.

4. Riset cerita sejenis, hindari kalimat klise yang menggelikan.

Banyak sekali cerita bertema kedokteran yang telah ditulis. Anda bisa membaca beberapa untuk menambah wawasan. Namun, jangan mencontoh adegannya. Hati-hati, Anda bisa terjebak plagiarisme. Carilah apa yang belum ditulis oleh orang lain.

Hindari menggunakan kalimat-kalimat klise seperti:

"Dokter, tolong selamatkan istri saya!"

"Apakah saya akan mati?"

Wah, ini sudah terlalu sering dipakai. Padahal di kejadian sesungguhnya, orang kerap kehilangan kata-kata bila istrinya kritis.

Pahami suasana di mana cerita itu terjadi. Carilah kata-kata yang sesuai. Banyak kok video simulasi yang bisa dijadikan referensi di Youtube.

Berikutnya penggunaan sapaan: harus disesuaikan setting.

Di Indonesia jarang petugas medis memanggil Nyonya atau Tuan saat bercakap dengan pasien. Biasanya ya panggil Pak, Bu, Dik, dst.

Cara dokter memanggil perawat pun bukan "suster" tapi Pak, Bu, Dik, atau bila telah akrab dan si perawat lebih muda, si dokter akan langsung memanggil nama.

5. Bacalah/tonton curhatan penderita, dokter, perawat, dll.

Bahan curhatan ini tersedia melimpah ruah di internet. Anda dapat menemukannya di Youtube, IG, FB, dan blog.

Gunanya untuk mendapatkan sisi lain yang selama ini tidak diketahui umum.

Contoh cerita dengan tokoh pengguna kursi roda. Dari curhatan tersebut kita bisa ikut merasakan apa yang mereka alami. Misalnya, betapa sedihnya saat menemukan jalan yang tidak bisa diakses, betapa peliknya saat mengalami kesulitan buang air kecil, saat mendapat pandangan iba, mendapat perlakuan diskriminatif, dsb.

Riset tentang curhatan ini membuat cerita kaya dan berpotensi memasukkan nilai lebih ke dalam cerita kita.

Demikian 5 tips dalam menulis tema kedokteran.

Yuk, lampaui zona nyamanmu. Tulislah cerita yang bermutu.

🌻🌻🌻

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top