9 | Our New Adventures

“Pangeran?!”

Sialan, dia lupa bahwa Jack selalu berjaga di malam hari. Luke berbalik dan membekap mulutnya, agar dia tidak berteriak atau membuat keributan.

“Sssshhh, Jack, aku bisa menjelaskan ini.” Setelah yakin Jack akan diam, dia melepaskan pria itu. Tentu saja, pria berambut merah itu terlihat kesal.

“Apa yang kau pikir kau lakukan?” tanya Jack sambil mendengkus kesal.

“Aku mencoba membantu Freya dan Gwen,” jawab Luke. Ekspresi panik terlihat jelas di wajah Jack.

“Gwen? Apakah dia baik-baik saja?”

Luke menghela napas. “Tidak juga. Aku akan menceritakan semuanya kepadamu—”

Ada suara berisik, seperti sekelompok orang berlari menuju gerbang. Jack menarik Luke dengan cepat ke balik sebuah pohon, dari situ mereka melihat itu adalah penjaga-penjaga dari rumah Duke Lavigne, Leon Lavigne, paman Gwen. Mungkin mereka sudah menyadari bahwa Gwen kabur.

Mungkin sudah jelas juga.

“Apa yang sebenarnya terjadi di sini?” tanya Jack, wajahnya menuntut jawaban.

Luke menghela napas. “Aku membantu Freya dan Gwen keluar dari sini untuk mencari pembunuh mereka,” jawabnya.

Butuh satu menit bagi Jack untuk menanggapi. “Kau melakukan apa?!”

“Aku harus,” kata Luke, mengangkat bahu, “dia menuntut, jika aku tidak membantunya, dia akan membenciku dan aku tidak ingin teman masa kecilku... tidak menyukaiku.”

“Itu bukan keseluruhan cerita, bukan?” Jack mengangkat alisnya.

Luke mengangguk. “Tapi bagian menuntut itu benar, jika kau ragu-ragu.”

“Luke, kau harusnya tahu gambaran kehidupan Gwen setelah ayahnya meninggal, kau idiot.”

Luke mengangkat alisnya. “Ada yang salah dengannya?”

“Banyak,” geram Jack, “pamannya tidak menyukainya, kau tahu, dia sangat keras padanya. Satu-satunya yang mau mentolerirnya adalah sepupunya Nigel.”

“Jadi ... karena itulah dia sangat sedih, tidak, maksudku, aku juga akan sedih jika salah satu kerabatku meninggal. Pastinya, tapi aku tidak tahu bahwa Nigel adalah satu-satunya kerabat yang tulus menyayanginya.”

Jack mendesah. “Aku tahu, kau seharusnya bertanya padaku dulu sebelum mengambil tindakan bodoh seperti ini.”

Luke melirik pintu gerbang yang sudah tertutup. Gwen mengalami hal-hal yang buruk, pastinya. Dan dia bahkan tidak menyadarinya. Teman macam apa dia? Selama ini dia terlalu sibuk menjadi pemburu monster, pangeran kerajaan, sehingga dia tidak sempat menjadi teman bagi Gwen atau Jack.

Tapi mereka menyia-nyiakan waktu. Dia menoleh ke Jack.

“Kita harus kembali ke kastel, aku ingin berbicara dengan ayahku,” bisik Luke kepada Jack yang mengangguk.

Keduanya berjalan perlahan-lahan dari balik pohon ketika semua penjaga sudah keluar. Sayang bagi Luke karena kakinya sekarang terasa sangat sakit. Tapi mereka tidak punya waktu.

Dia berusaha berlari lebih cepat untuk menuju kastel, mengabaikan rasa sakitnya. Dia bisa jatuh di ruangan ayahnya, itu tidak masalah.

...

Luke terengah-engah lelah ketika mereka mencapai kantor Nicholas, dia menerobos masuk tanpa mengetuk. Ayahnya mendongak dari dokumen yang sedang dia periksa.

“Luke? Ini tengah malam, kau tidak tidur?” tanya ayahnya, bingung.

Luke tidak menjawab, terlalu sibuk mengatur napasnya, dia duduk di kursi yang ada di dekatnya. “Aku membantu Freya kabur,” akunya.

Alis Nicholas mengerut. “Kau apa?”

“Aku membantu Freya kabur,” ujarnya sekali lagi.

“Dan Gwen.” Jack yang baru sampai menambahkan.

“Gwen? Gwen Lavigne?”

Luke mengangguk. “Duke Lavigne sudah tahu, dia mengirim beberapa penjaga untuk mengejar Gwen. Aku menyuruh mereka berdua untuk pergi ke Timur, Gaetta. Aku harus pergi juga, Ayah. Tapi aku tidak bisa pergi—” dia berhenti untuk menarik napas. “— Jika aku pergi dalam penampilan ku yang mirip sepertimu.”

“Kenapa begitu?”

“Orang-orang akan tahu bahwa aku adalah Pangeran Lucanne, lagi pula mereka tidak—”

“Singkatnya, dia butuh penyamaran. Gaetta bukanlah tempat yang ramah druid, bisa saja dia dibunuh di sana.” Jack menyela.

Luke mengangguk padanya. “Dan aku tidak ingin dibunuh sebelum berusia tujuh belas tahun. Kau harus melakukan sesuatu.”

Nicholas mempertimbangkan sejenak. “Kenapa kau tidak mengecat rambutmu saja? Itu akan jadi jauh lebih mudah. Sembunyikan aura Druid dengan aura werewolf.”

Luke bersandar di kursinya, melirik Jack yang bersandar pada pintu. “Oke,” katanya, “itu tidak buruk juga.”

Gaetta adalah tempat yang... Cukup tidak bagus untuk druid. Tapi Gwen adalah setengah elf, jadi pasti baik-baik saja. Freya adalah seorang Witch, itu juga pasti aman. Tapi jika Luke pergi tanpa penyamaran apapun, itu sama saja dengan bunuh diri.

Nicholas membuka laci dan mengeluarkan sebotol ramuan. “Ini adalah Libahunt, jika kau meminum ini secara rutin, maka auramu akan tersamarkan dengan aura werewolf.” Dia menyerahkan ramuan itu kepada Luke, yang mengamati botol itu lekat-lekat.

“Kau yakin ini aman?” tanya Luke, matanya tidak lepas dari cairan ungu di dalam botol tersebut.

“Aku tidak akan memberikan itu kepadamu jika tidak aman,” kata Nicholas. Benar juga. “Luke, kau tidak bisa pergi sebelum hari namamu. Ibu tirimu tidak akan menyukai itu.”

Luke memutar matanya. “Memangnya dia peduli apa selain Lucien?”

“Luke—”

“Ayah, dia tidak peduli padaku. Ini tidak seperti dia akan mengatur hari ketujuh belas namaku,” ketusnya.

“Ya, tapi kau tetap tidak bisa pergi.”

“Karena dia akan marah?”

Nicholas menggelengkan kepalanya. “Karena aku tidak ingin kau pergi terlalu jauh. Selama ini aku membiarkanmu pergi ke tempat-tempat seperti Troich, Nisse, dan Einheit semata-mata karena wilayah-wilayah tersebut dekat dengan Rivalian dan masih bersahabat ....,” dia menegakkan tubuhnya. “Tapi Gaetta? Itu cerita lain. Aku tidak benar-benar punya waktu untuk menaklukkannya setelah kau lahir.”

“Jadi kau menaklukkan dan menyatukan semua aliansi kita ... Hanya karena aku lahir?”

“Jauh sebelum kau lahir, saat kau hanyalah sebuah rencana, aku sudah mulai menaklukan. Lalu menyatukan saat kau lahir.”

Itu ... Nekat sekali. Mulut Luke ternganga, sedikit terkejut dengan kegilaan Ayahnya.

“Kenapa?” tanyanya ketika dia berhasil berpikir jernih lagi.

“Dunia ini tidak aman untuk seorang anak hidup di dalamnya, jadi aku memutuskan untuk membuatmu aman.” Nicholas menjawab sambil mengangkat bahunya.

Apa dia serius? Pikir Luke dalam hati. Ayahnya terobsesi untuk membuatnya aman dan dia justru mencari bahaya.

Tapi Luke tetap ingin pergi. Dia harus. “Ayah, Jack bisa ikut denganku. Dia akan menjagaku tetap aman, ya ‘kan, Jack?” kata Luke sambil menatap Jack.

“Pasti, Yang Mulia.” Jack menganggukkan kepalanya, berusaha meyakinkan. Luke berbalik ke Nicholas lagi, menatapnya dengan penuh harap.

Nicholas hanya bisa menghela napas, tahu benar sikap anaknya. “Baiklah. Pastikan kalian berdua kembali hidup-hidup sebelum hari namamu dilangsungkan, jika tidak, aku akan mengerahkan regu penjaga atau bahkan berperang dengan seluruh Gaetta dan aliansi mereka.”

Nah, itu dia. Meskipun Luke tidak terlalu suka bagian akhirnya, tapi itulah izin yang dia perlukan. Dia punya waktu setidaknya dua belas hari untuk melakukan pencarian, kembali tepat ketika hari namanya dilangsungkan.

“Ingat, sebelum hari namamu,” kata Nicholas dengan tegas.

Luke tersenyum, kapan ayahnya bisa menolak permintaannya? “Terima kasih, Ayah! Aku menyayangimu.” Dia berdiri dengan cepat ketika dia mencapai ambang pintu, dia berbalik untuk memberikan Nicholas satu pelukan cepat. Pria yang lebih tua tersenyum hangat dan membalas pelukan itu, sebelum Luke menarik diri.

“Selamat malam,” katanya.

“Selamat malam, hati-hati.”

Luke pergi menyusul Jack yang sudah duluan, mungkin mempersiapkan perbekalan mereka. Jarak antara Gaetta dan Rivalian cukup jauh, mungkin satu atau dua hari perjalanan baru bisa sampai di sana. Itu pun jika tidak beristirahat.

Sebelum menemui Jack, Luke pergi ke kamar Nicholas untuk mengambil stok Libahunt, dan mengecat rambutnya dengan cat hitam. Dia menyempatkan diri untuk berkaca, membandingkan dirinya dengan lukisan ibunya yang ada di dinding.

Andai saja dia memang terlahir lebih mirip seperti ibunya.

Luke menemukan Jack di kandang kuda, dua kuda hitam dan cokelat serta beberapa perlengkapan lainnya sudah di siapkan.

“Berapa lama untuk menyusul mereka berdua?” tanya Jack sambil menaiki kuda hitam, dan Luke menaiki yang cokelat.

Luke mengangkat bahu. “Jika kita tidak kalah cepat, mungkin tiga puluh menit atau satu jam.”

“Jika kita tidak kalah cepat...” ulang Jack. “Kenapa kau tidak memberitahuku jika Gwen berkunjung?” Mereka melewati gerbang, Luke belum menjawab.

“Hanya saja ... dia menemuimu lebih dulu?”

“Kenapa jika dia menemuiku lebih dulu?” tanya Luke, Jack menggelengkan kepalanya.

“Biasanya dia menemuiku dulu, setelah itu kau. Agak aneh.” Jack mengangkat bahunya.

Keheningan di antara mereka sangat bagus. Tapi Luke tidak bisa memikirkan bagaimana kehidupan Gwen setelah kematian ayahnya. Ibunya adalah seorang elf yang harus kembali ke Nisse sejak Gwen masih kecil, meninggalkan gadis itu tanpa ibu. Ayahnya meninggal, gadis itu sendirian lagi. Duke Lavigne jelas bukan orang yang ramah, berbeda seratus delapan puluh derajat dengan putranya Nigel, yang sekarang sudah meninggal.

Bukankah lebih baik jika dia meninggalkan Rivalian dan, mungkin, memulai hidup baru di Nisse? Atau Einheit?

Tapi jelas hal-hal tidak berjalan semudah itu.

Dan yang lebih penting, kaki dan punggungnya sakit, lagi. Dia benar-benar memerlukan istirahat. Jauh dari Rivalian berarti jauh dari Nicholas, yang biasanya membantu mempercepat regenerasinya. Seorang druid seperti Nicholas mampu menyalurkan sihirnya kepada seluruh Rivalian untuk membantu dan membuat rasa aman bagi semua rakyatnya.

Tapi Nicholas tidak ada di sini, jadi sistem regenerasi Luke kembali seperti semula, memang cepat untuk kebanyakan orang, tapi bagi druid, sistem regenerasinya di bawah rata-rata, lambat. Dia tidak tahu kenapa.

“Luke? Kau baik-baik saja?” tanya Jack, khawatir.

Dia mengangguk, merasa sedikit pusing. “Ya, tentu saja. Kau sendiri?”

“Kau mengantuk?”

“Tidak, memangnya kenapa?”

“Aku sudah menanyakan lima pertanyaan padamu dan kau tidak menjawab satu pun.” Oh, astaga. “Kita bisa mencari penginapan jika kau ingin beristirahat.”

“Itu bagus, Jack, tapi apa kau bisa melihat penginapan di sekitar sini?”

Jack melihat sekeliling. “Pasti ada, nanti. Kau bisa menahan sedikit lagi, ‘kan?”

Luke mengangguk lagi. “Seharusnya begitu.” Kecuali dia pusing dan tidak mengantuk sama sekali. Tidak apa-apa, dia hanya harus bertahan selama beberapa menit lagi sampai mereka menemukan penginapan.

“Kenapa kau sangat ingin menolong Freya?”

“Aku—bisakah kau mengalihkan topik? Jangan tentang dia.” Luke yakin dia mendengar Jack tertawa kencang.

“Kenapa? Kau naksir dia?” goda Jack.

“Jack, ini tidak ada hubungannya dengan naksir. Aku baru bertemu dengannya selama beberapa minggu.” Luke memutar matanya. “Misalnya aku naksir Gwen, apa yang akan kau katakan?”

“Hei, jangan membawa Gwen ke dalam ini,” geram Jack, wajahnya memerah.

Luke tertawa. “Kau naksir dia?”

“Tidak, you brat.”

“Akui saja, kau memang memiliki perasaan untuknya?”

“Tidak.”

“Ya.”

“Tidak.”

“Ya.”

“Oh, diam lah, sialan.” Jack menatap tajam padanya. “Oh, sepertinya itu penginapan.” Pria yang lebih tua menunjuk pada bangunan kayu tua dengan tulisan: PENGINAPAN BIBI ECHI.

“Mau mampir ke sana?” tawar Jack.

“Aku tidak ingin bermalam di cuaca dingin seperti ini,” balas Luke, mengarahkan kudanya ke penginapan itu. “Kuharap kau membawa koin lebih.”

Jack menoleh kepadanya, mengangkatnya satu alisnya. “Kenapa?”

Luke tersenyum geli. “Traktir aku.”

Dammit,” umpat Jack.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top