18 | Scheming
Mengapa Freya ada di sini? Dia seharusnya tidak berada di sini. Dia telah membantunya melarikan diri. Lalu mengapa dia di sini memegang tangannya? Apa gadis ini sudah gila? Kenapa dia kembali?
Tapi tangannya hangat. Lembut dan menenangkan. Itu membuat rasa dingin di tubuhnya menghilang, seperti musim dingin telah berlalu dan musim panas telah tiba. Dia tidak pernah berpikir bahwa tangannya selembut ini. Seperti akan memar jika kau bernapas terlalu keras.
Dia datang untuknya. Meskipun dia tidak pernah memanggilnya, tapi Freya datang untuknya.
Tapi kemudian dia bisa merasakan tangannya menjauh dan rasa dingin kembali padanya. Dia mencoba meraihnya lagi, tapi rasanya dia begitu jauh. Dan kemudian tangan lain memegang tangannya. Yang ini tegas tapi juga lembut.
"Ayah?" Dia mendongak, melihat wajah khawatir ayahnya.
"Bagaimana perasaanmu? Apakah masih demam?" tanya Ayahnya. Punggung tangannya yang lain di dahinya.
Luke menggelengkan kepalanya. "Tidak. Demamnya sudah turun-arghh..." Dia mengerang, merasakan sesuatu merangkak ke lehernya. Itu kutukan. Kutukannya telah mencapai lehernya. Dia menggenggam tangan ayahnya dengan erat, mencoba menemukan kenyamanan dan dukungan. "Ayah, sakit."
"Tidak apa-apa, tidak apa-apa. Kita akan menemukan cara untuk mematahkan kutukan itu lagi," katanya sambil mencium kening Luke. "Maaf, Nak, tapi aku harus pergi. Tugasku memanggil, ibu tirimu kembali hari ini. Tapi Freya ada di sini. Dia akan menjagamu."
Ayahnya mencium keningnya sekali lagi sebelum melepaskan tangannya dan pergi dari istana Alcandor. Sekarang hanya ada dia dan Freya. Luke mencoba duduk dan bersandar di kepala tempat tidur, dia mengamati Freya yang berdiri dengan canggung dan diam di sisi tempat tidurnya.
"Bagaimana kabar Gwen dan Matthias?" tanyanya.
"Matthias akan bertransformasi menjadi werewolf, jadi Gwen tinggal bersamanya. Kami menginap di rumah penyihir bernama Aisha." Gadis itu mengeluarkan sesuatu dari tasnya. "Gwen memberikan ini kepadamu, untuk hari namamu."
Dia mengambil benda itu yang adalah sebuah selimut tebal dengan lambang kerajaan Druid di tengah-tengah. Itu hangat dan indah, tidak heran karena Gwen memang sangat bertalenta. Matthias pasti sangat beruntung.
"Andai aku bisa berterima kasih kepadanya sekarang," gumam Luke, mendongak ke Freya. "Bagaimana kabarmu?"
"Aku baik-baik saja. Aisha membantuku untuk mempelajari sihir."
"Siapa Aisha?"
"Ingat toko penyihir yang kita kunjungi?" Luke mengangguk. "Penjaga toko itu adalah Aisha."
"Oh." Kemudian keheningan kembali lagi. Luke memperhatikan seekor gagak di jendelanya, tetapi anehnya gagak itu langsung terbang begitu Luke melihatnya. Kemudian pandangannya kembali ke Freya. Yang pasti kelelahan setelah semuanya.
"Kenapa tidak duduk di sana?" Dia menunjuk ke kursi di samping tempat tidurnya. "Kau pasti lelah."
"Tidak terlalu. Aisha membantuku, aku sampai di sini dengan sihir," kata Freya sambil duduk di kursi. "Apakah kutukan itu ... sakit?"
Luke menatap tangan kirinya, sebelum mengangkatnya dan menunjukkannya pada Freya. "Sakit, kadang-kadang. Kebanyakan kalau sedang tumbuh, seperti ini." Dia menunjuk lehernya.
"Bolehkah aku menyentuhnya?" tanya Freya penasaran. Luke menatapnya, mengedipkan matanya beberapa kali. "Maksudku, jika kau tidak nyaman-" sebelum dia bisa menyelesaikan kalimatnya, Luke tertawa.
Luke berhenti tertawa dan tersenyum kepada gadis itu. "Tentu saja. Jarang ada orang yang begitu penasaran dengan kutukanku."
Freya menyentuh tangannya dengan lembut, seperti tangannya terbuat dari kaca yang akan pecah jika disentuh terlalu keras. Dan sentuhannya terasa ilahi. Hangat dan ... dan nyaman. Luke pikir itu akan canggung untuk Freya, atau bahkan untuknya. Tapi ternyata tidak. Tidak ada yang seperti itu. Rasanya seperti disentuh oleh seorang Dewi. Dia merasa diberkati.
"Gwen berkata jika kau kedinginan, kutukan itu akan menjadi dua kali lebih buruk dari sebelumnya, apakah itu benar?"
Ah, benar. Luke lupa dia benar-benar ada di sini. Karena beberapa hari yang lalu sangat sulit baginya. Dia terus memimpikan gadis itu dan setiap kali dia bermimpi tentangnya, dia berharap dia tidak akan bangun.
"Ya," jawabnya.
"Ketika kau tenggelam di Laut bersama Kraken, apakah kau merasa ... sakit?"
"Sedikit, tapi kemudian kutukannya menjadi jauh lebih buruk. Itu sebabnya aku bersikeras untuk kembali ke Rivalian."
"Jadi kau akan mendapatkan perawatan yang lebih baik, begitu," kata Freya sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Tidak juga. Jika aku tahu kau bisa menyembuhkanku, aku tidak akan repot-repot kembali ke Rivalian," sahut Luke sambil mengangkat bahu.
Saat Freya hendak menjawab, terdengar ketukan di pintu. Tidak lama kemudian, seorang pelayan masuk. "Yang Mulia Ratu telah meminta Yang Mulia Pangeran, untuk menghadiri acara dansa yang akan diadakan malam ini di istana Abellarde."
"Acara dansa apa? Kenapa mendadak sekali?" tanya Luke.
"Ada tamu spesial dari Frelian dan bangsawan-bangsawan lainnya, juga, undangan-undangan sudah di sebarkan tiga hari yang lalu. Saya mohon diri, Pangeran."
Tiga hari yang lalu artinya undangan itu disebarkan dari Frelian. Berarti ini semua sudah direncanakan. Mendengar kabar kutukannya sudah menyebar, Juliette pasti akan melakukan sesuatu untuk membuat Luke tersingkir dari posisinya sebagai kandidat putra mahkota.
Ratu pasti akan mendeklarasikannya sebagai "anak haram" raja karena mendiang ratu lama telah meninggal. Dia pasti melakukan sesuatu dengan hukum kerajaan, terakhir kali Luke melihat, ada aturan baru. Karena telah menikahi raja membuatnya memiliki sedikit kekuatan di bidang hukum kerajaan. Kemudian, setelah Juliette mendeklarasikan hukum itu, Luke akan menjadi "anak haram" itu dan kemudian Lucien lah yang akan menggantikannya sebagai putra mahkota.
Akan memalukan jika dia tidak datang ke pesta dansa ini. Meskipun dia tahu bahwa dia akan dipermalukan di depan banyak orang. Ditambah kutukannya yang membuat segala sesuatu menjadi lebih buruk.
Dia perlu melakukan sesuatu. Tapi apa?
"Luke!" Sebuah tangan mengguncang tubuhnya, hampir membuatnya melompat jika dia bisa.
"Freya?" Luke berkedip beberapa kali. "Kenapa?"
"Kau melamun, ada apa?" tanya gadis itu, khawatir.
"Tidak ada." Luke tersenyum. "Aku perlu bantuan untuk bersiap. Dan sejak kau di sini ...."
Wajah Freya memerah. "Aku tidak akan membantumu bersiap!"
"Aku sebenarnya ingin memintamu untuk memanggilkan para pelayan agar mereka bisa membantuku bersiap."
"Oh, baiklah akan ku panggilkan." Freya berdiri dan keluar untuk memanggil pelayan. Luke menahan senyumnya, wajah gadis itu merah seperti rambutnya.
Kemudian para pelayan datang dan membantunya mandi, memilih pakaian untuk malam ini, dan kemudian dia menyuruh mereka pergi. Dia bisa berpakaian sendiri.
"Kau bisa masuk, tahu," katanya kepada Freya yang dia yakini berdiri di depan pintu.
"Kau berganti pakaian, bodoh," sahut Freya dari luar.
Luke menyeringai, dan hendak meraih kemejanya, tapi kemudian rasa sakit itu kembali. Dia mengerang kesakitan, melihat ke cermin, kutukan telah mencapai rahang kirinya. Itu akan segera mencapai wajah kirinya. Dia bisa merasakan tubuhnya bergetar, rasa sakit itu terlalu berat baginya. Dia tidak mengira kutukan itu akan lebih keras dan sakit dari sebelumnya.
Freya, yang awalnya menolak untuk masuk, akhirnya berlari ke dalam. "Ada apa?" tanyanya dengan panik. Luke tidak berbalik untuk melihatnya. Kemejanya jatuh ke lantai, meninggalkan punggungnya telanjang dari belakang. "Itu ... begitu banyak bekas luka, Luke, dan kutukan itu-"
"Aku tahu, aku tahu!" Luke mengambil kemejanya yang jatuh ke lantai, dengan tergesa-gesa memakainya. "Itu semakin menyebar." Dia bisa merasakan Freya mendekat, kemudian tangan gadis itu ada di bahunya, memaksanya untuk berbalik.
Dia tidak menatap Freya. Dia tidak berani. Jadi dia menatap ke kancing kemejanya yang belum terkancing dengan benar, bahkan jauh dari kata benar, kemejanya berantakan. Freya menyingkirkan tangannya yang gelisah dari kancing-kancing itu dan memasangkannya dengan benar.
"Kau harus tenang," kata gadis itu sambil mengambil jubahnya.
"Ya, tapi ini sakit." Sebelum Freya bisa membalas, dia menyela lagi, "Pokoknya aku butuh pasangan. Kau ingin menjadi pasanganku, kan? Oke, gaunmu akan segera siap. Aku harap kau menyukai warna biru tua."
Freya mengerutkan kening. "Kau tidak bilang apa-apa soal pasangan!"
"Hanya-hanya sekali saja, Freya! Ini gawat darurat!"
"Sialan kau!" gerutu gadis berambut merah itu. "Aku tidak bisa berdansa!"
"Kita tidak perlu melakukannya. Pesta dansa ini dibuat untuk mempermalukanku, aku tahu itu. Itu sebabnya aku berencana untuk melarikan diri, ke tempat yang jauh, sangat jauh, dari sini."
"Jika kau tahu kau akan dipermalukan mengapa tidak melarikan diri sekarang saja? Itu akan menjadi jauh lebih mudah!"
"Bukan itu masalahnya." Luke menatap refleksi dirinya di kaca. "Aku tidak bisa mengecewakan ayahku dengan kabur begitu saja. Kumohon, Freya, satu bantuan ini saja dan semua yang ada di antara kita akan berakhir. Kau akan membantuku untuk terakhir kalinya, kan?"
"Luke-"
Empat pelayan masuk dan membawa gaun. Gelap seperti malam, biru seperti langit, berkilauan seperti bintang. Terlihat sangat sempurna, Luke menatap Freya, pasti sangat sempurna jika dia mengenakan gaun ini.
"Baiklah," kata Freya sambil menghela napas. "Keluar, aku akan berganti. Tapi kau harus berjanji, jangan mengajakku berdansa."
Luke tersenyum dan keluar dari kamarnya. Terkahir kali, yah, itu terdengar menyedihkan.
Sudah terasa seperti satu jam dan Freya belum keluar. Mereka sudah hampir terlambat karena pesta akan segera dimulai. Sialnya, topeng yang seharusnya dia gunakan untuk menutupi sisi kiri wajahnya ada di kamarnya dan Freya sepertinya tidak akan keluar, jadi dia memutuskan untuk masuk.
"Korset menyebalkan-Luke?!"
Luke secara reflek menutup matanya dengan tangan. "Maaf! Aku lupa sesuatu." Dia berjalan ke meja rias dan mengambil topeng hitam separuh wajah dari meja dan memakainya.
"Untuk apa itu?" tanya Freya, alih-alih marah.
"Untuk menyembunyikan kutukanku."
"Bagus, sekarang keluar!" geram Freya.
"Tapi aku bisa membantumu! Kita hampir terlambat. Pelayan, kalian bisa keluar," perintah Luke.
"Tidak, tolong tetaplah di sini."
"Keluar."
"Tetap di sini."
"Keluar."
"Tetap di sini."
"Sebagai Pangeranmu, aku meminta kalian semua para pelayan untuk keluar."
Freya tidak bisa melalukan apa-apa saat para pelayan keluar. Luke mendekati Freya yang cemberut dan melanjutkan menyisir rambutnya dan mengepang rambut merah tersebut.
"Korsetnya," kata Freya setelah dia selesai mengepang, masih jelas kesal.
"Hm?" Luke melihat ke korset yang belum terpasang dengan benar. "Oh, maaf." Dia mencoba mengeratkan korset itu tapi berhenti saat Freya berteriak. "Kau baik-baik saja?"
"Lanjutkan!"
"Oke-serius, kau akan baik-baik saja kan?"
"Inilah mengapa aku butuh bantuan para pelayan, kau sialan!" teriak Freya. "Luke, ketatkan saja!"
"Seperti ini?" Luke menarik benang korset itu.
"Ya ... akhirnya." Napas Freya terengah-engah. "Sekarang tinggalkan aku sendirian selama beberapa menit!"
Maka Luke keluar sekali lagi. Dia merasa sedikit bersalah karena menyuruh para pelayan itu keluar. Tak berapa lama kemudian, Freya pun keluar dari kamar. Dia terlihat cantik dan sempurna, lebih dari yang dia bayangkan.
"Jangan menatapku seperti itu."
"Seperti apa?" Luke menyeringai.
"Seperti itu. Tatap aku seperti itu lagi, kupastikan kau tidak akan memiliki bola mata." Gadis yang lebih tua memutar matanya. "Ayo pergi, kau bilang kita sudah terlambat."
"Ah, benar, ayo."
...
Ketika mereka tiba, banyak bangsawan sudah mengerumuni ruang dansa. Luke bisa mengenali Ratu Olenna, Raja Arlon, Kazimir Hemlock, dan Edmund Lyall, serta banyak bangsawan lainnya.
Di sudut ruangan, dia bisa melihat putra Kazimir Hemlock sedang menyendiri sambil meminum segelas darah yang telah disediakan untuk para vampir.
"Aku akan kembali, kau pergilah ke Edmund," katanya kepada Freya dan tanpa menunggu respon, dia pergi mendekati pria yang menyendiri itu.
"Pangeran Lucanne," sapa pria yang lebih tua darinya, Alois Hemlock. Alois adalah seorang pemuda tinggi dengan rambut hitam dan mata yang mengintimidasi orang-orang disekitarnya. Jika dia tidak mengenal Alois sejak lama, dia akan berpikir Alois sedang kesal atau marah.
"Aku harap kau bersedia membantuku."
"Dalam hal apa?"
"Untuk melarikan diri, jauh dari sini," gumamnya sambil melirik kerumunan. "Akan ku izinkan kau meminum darahku, jika kau setuju untuk membantu."
Seringai muncul di wajah Alois. Vampir mana yang mau menolak darah seseorang? Terutama darah Luke bukan darah sembarangan orang. Dia memiliki darah bangsawan.
"Setuju. Aku akan menemuimu di luar." Alois menyerahkan gelas yang masih berisi setengah darah kepada Luke.
Luke memperhatikan pemuda itu keluar dari ruang dansa. Lalu pandangannya kembali ke Freya yang sedang mengobrol dengan Edmund. Luke bersandar di sudut dinding itu, mengamati keduanya. Matanya menyipit, menyaksikan betapa senangnya Freya mengobrol dengan teman masa kecilnya itu. Entah mengapa itu membuatnya memegang gelas berisi darah itu lebih erat.
Hingga dentingan gelas pecah terdengar, dan darah menetes ke sarung tangan putihnya.
Dia tahu bahwa sebentar lagi bagian terseru dari malam ini akan segera dimulai. Di sisi lain dia memang dipermalukan, tapi di sisi lainnya dia mendapatkan hadiah kebebasan.
***
Alois Hemlock
Prince of Vampire
Son of King Kazimir Hemlock of Demonio
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top