Chapter 8

Berusaha keras membuka mataku, namun anehnya semuanya tetap terlihat gelap. Memori terakhir yang kuingat adalah saat pulang dari Club bersama Grace. Lalu apa yang terjadi denganku? Aku tidak mengingat apapun lagi.

Seolah tertimpa batu, kurasakan beban berat menghimpitku, membuatku sulit bergerak. Dadaku terasa sesak. Aku kesulitan bernapas. Tubuhku menggeliat berusaha melepaskan diri, namun sia-sia. Detik itu juga aku menyadari, sesuatu yang buruk telah terjadi.

ARRGGHHHH!!

HHMMFFFTT!! tepat ketika aku membuka suara kurasakan sesuatu yang lembut menyumpal bibirku. Ya Tuhan! apa yang terjadi padaku? siapa sebenarnya orang ini? Kedua tanganku terikat. Tidak ada yang bisa kulakukan selain menggelengkan kepalaku ke kanan dan kiri, menghindari ciuman mengerikan yang aku tidak tahu siapa pelakunya.

Lumatannya begitu keras dan menuntut. Lidahnya menari - nari di dalam mulutku, mengisi kekosongan di setiap sudut. Dia berusaha memilikiku dan mengunci tubuhku seluruhnya.

"LEPASKAN AKU, KEPARAT!!" teriakku lantang. Sedetik setelah bibir sialan itu terlepas dariku.

"....."

Tidak ada sahutan yang kudengar. Justru mimpi buruk ini terasa semakin nyata.

Semua terjadi begitu cepat. Dalam satu tarikan napas. Kurasakan beberapa kain yang melekat di tubuhku telah dilolosi. Seketika hawa dingin menyentuh pori-pori kulitku. Membuatku bergidik. Ini benar-benar mimpi buruk. Siapapun tolong aku. Jerit batinku meratap pedih.

Sebagai usaha terakhirku untuk melindungi diri, aku meringkuk layaknya janin dalam kandungan. Dadaku kian sesak, tak kuasa menahan gejolak mengerikan ini. Membuat denyut nadiku kian menegang. Tubuhku bergetar ketakutan.

Dewi batinku menjerit tidak terima. Rasa malu, terhina dan putus asa berkumpul menjadi satu, seperti ngengat yang menggerogoti secara perlahan. Hanya menunggu waktu kehancuran itu menghampiriku. Aku menangis dalam diam. Terkutuklah pada siapapun manusia berengsek, yang sudah melakukan hal ini padaku.

Dia menarik lenganku, membuat tubuhku terlentang, aku menangkupkan kakiku semakin merapat. Pria brengsek itu tidak tinggal diam, tangan kekarnya melebarkan pahaku. Aku menendang ke segala arah. Tidak terima dengan perlakuannya.

"KAU PRIA GILA! HENTIKAN SEMUA INI BERENGSEK!" Aku berteriak sekuat tenaga, menggunakan sisa ketegaranku. Tenggorokanku nyaris tercekat. Aku kesusahan menelan salivaku sendiri. Pria bejat ini  sama sekali tak mengindahkan ucapanku.

Detik selanjutnya kurasakan sesuatu yang hangat membelai tubuh bagian atasku. Aku jijik, pikiranku seolah kebas tak mampu lagi menerima segala siksaan lahir sekaligus batin ini. Aku ingin menolak, tapi entah kenapa respon tubuhku justru berkhianat dengan otakku. Mulut dan tangannya sangat lihai memainkan puncakku. Untuk sesaat nafasku nyaris tertahan akibat ulahnya.

Keparat! aku tidak boleh terlena dengan rangsangan yang dia berikan.Menggigit bibirku rapat. Desahan sialan tidak boleh sampai lolos dari bibirku. Tidak! atau pria ini akan semakin menggila.

"Aku bersumpah kau akan menyesal telah melakukan hal bejat ini terhadapku." gumamku lirih di sela isak tangisku. Kali ini aku benar-benar putus asa, tidak ada yang bisa kulakukan untuk melindungi diriku sendiri. Otakku sudah mati rasa. Tidak tahu lagi harus melakukan perlawanan seperti apa, agar terbebas dari siksaan mengerikan ini.

Aku mencoba peruntungan terakhir, "siapapun dirimu, bolehkah aku meminta satu hal?", menekan egoku sekuat mungkin, ini pertama kalinya aku meminta, sesuatu yang sangat kubenci. Namun tidak ada pilihan lain yang bisa kulakukan. Tubuhnya tidak lagi menghimpitku, aku bernafas lega, puncak dadaku sudah terbebas dari siksaannya.

"...."

Tidak ada tanggapan, dia justru membalikan tubuhku hingga menelungkup, tubuhnya menindihku dari belakang. Kecupan demi kecupan kudapatkan mulai dari punggung hingga ke pipiku. Tubuhku menegang. Aku semakin bergidik menerima sentuhannya.

Aku tidak tahu apakah pria psyco ini akan menyakitiku atau hanya ingin memanfaatkan tubuhku, yang pasti dapat kupastikan dia tidak akan selamat setelah ini. Orang-orang tidak akan tinggal diam saat tahu aku menghilang.

"Aku akan melakukan apapun yang kau inginkan, dengan satu syarat, lepaskan dulu pengikat dan penutup mata ini." Aku tidak berhenti mencoba membujuknya. Aku harus tahu seperti apa wajah pria berengsek yang sedang menginvasiku. Setelah semua ini berakhir. Kupastikan dia akan menebus semua kebejatannya. Aku bersumpah akan membuat perhitungan dengannya. Dewi batinku merutuk sengit, amarah kian meluap dalam diriku

"...."

Dadanya menekan punggungku, telapak tangannya bergerak di pinggangku, mengusapnya di sana dengan tempo perlahan. Lalu naik dan semakin naik hingga menyusup ke belahan dadaku, menangkupnya di sana, tangan kekar itu merengkuh tubuhku sangat erat, seperti ingin meremukkan tulangku, nafasku sedikit sesak. Andai saja kedua tanganku tidak sedang terikat, mungkin aku sudah mematahkan tangan sialan ini agar menyingkir dari tubuhku.

Keparat! bedebah! Sialan! Dia masih tidak mau membuka suara.

"...."

"APA KAU BISU, HAACH!!" habis sudah kesabaranku. Aku berusaha bangun saat kurasakan tubuhku sudah bebas dari himpitannya. Dia tidak lagi menindihku.

Namun sayangnya, tidak lama kemudian tubuhku harus kembali terhempas ke tempat tidur dengan posisi yang sama, dia menindihku lagi dari belakang. Kali ini berbeda, kurasakan sesuatu di bawah sana dengan cepat mendesak ingin memasukiku dari belakang. Tidak .... Ini tidak boleh terjadi! siapapun tidak ada yang bisa menyentuhku. Keparat!

"Menjauh dariku berengseek!!" aku terus bergerak, menggeliatkan tubuhku ke samping, menghindari hujamannya, namun cengkraman tangannnya pada pundak dan pinggangku terasa sangat kuat, tidak banyak yang bisa kulakukan, aku tak berdaya di bawah kuasanya.

Dia mendorong pelan ke dalam diriku, aku terus menggerakkan pinggulku, menghindari sentuhannya. Namun tidak banyak yang bisa kulakukan cengkraman tangannya pada pinggangku semakin menguat. Dia terus berusaha mendorong miliknya, aku mengernyit merasakan sesuatu yang asing berusaha menerobos milikku, tidak lama kemudian, kudengar desahan nafas lega seiring dengan tubuhku yang terasa penuh oleh miliknya.

Tak mampu ku bendung lagi, kali ini aku tidak dapat menahan tangisanku. Lelehan air mataku meluncur membasahi kain penutup sialan ini. Menggigit bibir bawahku kuat, aku tidak ingin suara erangan menjijikan keluar dari sela bibirku.

"Kau milikku, dan hanya akan menjadi milikku selamanya, ingat itu." bisikan itu seketika membuat tubuhku menegang. Suara itu tidak asing bagiku. Mungkinkah?

Miliknya mulai bergerak dalam diriku, kadang cepat kadang pelan. Tubuhku memang tidak bisa berkhianat dengan sentuhannya, namun otakku benar-benar kacau saat ini. Bibirnya tidak berhenti mengecupi tengkuk, leher dan setiap inci kulit tubuhku, yang bisa kulakukan hanyalah memalingkan kepalaku ke sisi lain saat dia berusaha menjangkau bibirku. Aku tidak sudi, dia bisa mendapatkan semuanya secara bersamaan.

"Brengsek! siapa kau sebenarnya?" aku berusaha berbicara dengan suaraku yang bergetar akibat tangis.

"....."

Lagi-lagi tidak ada jawaban selain miliknya di bawah sana yang bergerak dengan tempo semakin cepat. Anehnya aku tidak merasakan sakit sedikitpun. dia berhenti sejenak, lalu mendorong masuk lagi, gerakan itu terus dilakukannya berulang-ulang. Ini membuatku gila! tubuhku sama sekali tidak sejalan dengan otakku. Aku berharap semua ini hanyalah mimpi buruk yang akan segera berakhir.

"Kau milikku." dia menggeram seiring dengan pelepasan yang didapatkannya. Dia menarik keluar dariku lalu berguling ke samping, aku dapat mendengar deruan nafasnya yang putus-putus. Kurasakan tangannya melingkar pada punggungku dan sebuah kecupan mendarat di keningku, aku hanya diam tidak ingin merespon.

"Maafkan aku sayang." suaranya terdengar serak dan gelisah. Kali ini aku semakin yakin, dia memang benar-benar gila. Ralat. Bukan hanya gila. Pria ini adalah psikopat.

Republish 03 April 2020

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top