Chapter 28
“Kalian harus segera meninggalkan Apartemen ini.”
“Kita harus kemana?” Aku bertanya pada Aiden yang baru saja datang dari kantor.
“Apa kau ingin kami benar-benar pergi ke Bandara?” Grace ikut bersuara.
“Sudahlah jangan banyak bertanya, yang jelas kita harus segera pergi dari sini, beberapa saat lagi Marcus akan mencarimu kemari.
“Bagaimana kau tahu?”
“Bukankah aku sudah mengatakannya kemarin? Marcus akan mencarimu untuk mengklarifikasi skandal yang mengincar kalian.”
“Ya… ya … tentu aku ingat.”
“Sebaiknya sementara kita akan menginap di Hotel.” Grace menyarankan. Aku mengangguk mengiyakan.
Satu jam kemudian, aku dan Grace sudah tiba di Hotel tempat kami akan menginap malam ini. Hotel ini terletak di pinggiran kota sedikit jauh dari keramaian. Rencananya kami hanya akan menginap disini hanya satu malam. Grace sedang menghabiskan makanan yang baru saja kami pesan dari room service sedangkan aku sejak tadi menonton televisi tanpa minat.
“Apa yang akan kita lakukan setelah ini?”
“Kita tunggu saja kabar dari Aiden.”
“Apa kau yakin rencana Aiden akan berhasil.” Grace mengedikkan bahu.
Sedangkan aku menghela napas berat. Jujur saja, perasaanku saat ini benar-benar tidak enak.Beberapa saat kemudian ponsel yang kuletakkan di atas nakas berbunyi.
“Ya… Bagaimana?” Aku memberi isyarat pada Grace bahwa kekasihnya lah yang sedang menghubungiku.
“....”
“Apa kau bilang!” Mendengar perkataan panik Aiden, seketika itu juga jantungku serasa diremas kuat oleh tangan tak kasat mata. Tanpa terasa air mataku lolos begitu saja. Ponsel di genggamanku terjatuh tanpa kusadari.
“Ada apa Renesya?” Grace ikut panik di sebelahku. Lalu segera meraih ponsel tersebut yang masih terhubung dengan Aiden.
“Apa yang terjadi?” Grace yang bertanya, sedangkan aku sudah terisak hebat tak mampu lagi bersuara.
“Kau akan membawanya ke rumah sakit mana?”
“.... “
“Baik, kami akan segera menyusul.” Grace menyudahi panggilannya.
“Tenangkan dirimu Renesya, kita akan menyusul Aiden dan Marcus di rumah sakit.”
“Ba..bagaimana mungkin itu terjadi?” suaraku tercekat.
“Aku tidak tahu, sepertinya ada yang menyabotase rencana Aiden. Harusnya orang suruhan Aiden tidak harus melakukan penusukan pada Marcus. Aku juga tidak mengerti kenapa ini bisa terjadi. Sebaiknya kita segera menyusul mereka.”
Lima puluh menit kemudian aku dan Grace sudah tiba di rumah sakit tempat Marcus dilarikan. Aku melihat Aiden yang sedang panik duduk di kursi tunggu depan ruang operasi. Aku berlari cepat menghampirinya dan memberondonginya berbagai macam pertanyaan.
“Apa yang terjadi?”
“Bagaimana mungkin ada orang yamg benar-benar ingin menyakiti Marcus.”
“Kau bilang Marcus hanya akan dibius.”
“Tapi apa, haah!” Amarahku memuncak melihat keterdiaman Aiden. Sedangkan Grace meremas pundakku berusaha menenangkan.
“Maafkan aku Renesya. Ternyata ada mengacaukan rencanaku. Orang suruhanku telat tiba di tempat kejadian. Justru Marcus diserang oleh orang lain yang tidak kutahu.”
“Bagaimana mungkin…”
“Kali ini aku yakin berhubungan dengan Charles.”
“Aku sudah meminta polisi melacak keberadaan pelaku, kita akan tahu dalang dibalik ini semua.”
“Apakah mungkin mereka mengetahui rencanamu.” Aku masih mengingat dengan jelas bagaimana rencana Aiden yang memang ingin menikam Marcus. Saat ini batinku benar-benar merasa dilema. Akankah Aiden juga berada dibalik semua ini? Namun aku tidak berani menyuarakan kecurigaanku.
“Aku tidak tahu kebetulan macam apa ini, sepertinya mereka memang merencanakan penyerangan terhadap Marcus diluar prediksi kita.”
“Bagaimana keadaan Marcus sekarang?” Grace bertanya.
“Dia cukup kehilangan banyak darah, Dokter Stefan sedang menanganinya di dalam.”
Aku terduduk lesu di samping Aiden. Menunggu dengan sabar hingga operasi selesai.
“Bagaimana dengan chip implant di tubuhnya?”
“Dokter Stefan akan melakukan pengangkatan.”
Aku masih tidak mengerti dengan apa yang terjadi pada Marcus. Kenapa ada orang lain yang mengincar nyawanya. Sedangkan tujuan utama kami adalah melakukan pengangkatan pada chip implant di tubuh Marcus. Apakah seseorang itu ingin Marcus pergi untuk selamanya agar kejahatannya tidak terungkap?
***
Akhirnya pintu ruang operasi terbuka, menandakan penanganan di dalam sana sudah selesai. Kulihat dokter Stefan masih memakai jubah operasinya berjalan ke arah kami.
“Bagaimana kondisinya dok?”
“Pasien berhasil melewati masa kritisnya. Untung saja tusukan benda tajam itu tidak sampai mengenai organ vitalnya. Saat ini Tuan Marcus akan dipindahkan ke ruang rawat intensif.” Aku menghembuskan napas lega.
“Kira-kira berapa lama pasien akan sadar?” Aiden bertanya.
“Sekitar 2 - 3 hari kedepan, pasien tidak sadarkan diri akibat pengaruh obat bius pasca operasi.”
“Baik, terimakasih Dokter.”
Kemudian Dokter Stefan berlalu meninggalkan kami.
Marcus sudah dipindahkan ke ruang rawat intensif pasca operasi. Aiden dan Grace masih berada di luar sedangkan aku sendirian menunggu Marcus di ruangan ini. Keadaan Marcus yang seperti ini mengingatkan kembali pada insiden yang juga sempat kami alami. Jika seandainya saat itu aku tidak sedang hilang ingatan. Sanggupkah aku melihat Marcus koma dalam waktu yang cukup lama? Tanpa terasa kedua mataku meneteskan buliran bening yang kian lama semakin menderas.
“Cepat bangun.. Kau akan tahu akibatnya jika membuatku menunggu lama lagi, aku bukan hanya akan melupakanmu untuk yang kedua kalinya, tapi aku juga akan memastikan kau tidak akan menemukanku lagi.” Aku terkekeh miris mendengar gumamanku sendiri yang jelas tidak akan mungkin terjadi.
Marcus dengan segala kegigihannya selalu mendapatkan apapun yang dia inginkan. Tanpa perduli keberadaanya membuatku sangat risih. Pada pertemuan awal kami, saat itu aku sangat membencinya dan selalu menghindar darinya. Namun ada saja cara yang dilakukan Marcus agar dapat dekat denganku.
Aku bahkan masih mengingat, dengan tidak tahu dirinya Marcus tiba-tiba membawaku pergi dari area pemotretan hanya berselang waktu 5 menit setelah kamera off. Bayangkan saja bagaimana kondisiku saat itu yang masih mengenakan busana dari sponsor.
“Sialan! Kau akan membawaku kemana? Aku harus ganti baju dulu.”
“Tidak usah, kau sudah cantik memakai apapun, lebih cantik lagi tidak memakai apapun.” Aku menggeplak kepalanya dari belakang.
“Dasar pervert.” Marcus terkekeh seraya mendorong tubuhku ke dalam mobil.
Di dalam perjalanan aku hanya diam saja, malas bertanya. Mataku sontak membelalak saat menyadari kemana tujuan kami. Aku semakin dibuat kaget melihat keberadaan Aiden dan Grace di dalam sana.
“Kau gila! Untuk apa kita kemari?”
“Untuk apa lagi kalau bukan menikah, dan aku tidak menerima penolakan!” tegasnya dengan suara dalam tak ingin dibantah.
Aku membalikkan tubuh tak mengindahkan ucapannya. Kedua kakiku berderap pergi meninggalkan tempat sialan itu.
“Kau melewati pintu itu, maka kontrak Brand Ambassadormu akan di hentikan.” suara itu mengalun dengan nada ringan seolah tidak penting baginya namun sukses menghentikan langkah kakiku.
Aku pun berderap kembali ke arahnya. Memicingkan mataku padanya dengan napas menderu siap melontarkan sumpah serapah. “Bagaimana?” Dia justru bertanya tanpa beban.
Sial! Dia memakai ancaman keberlangsungan karirku.
“Oke… kita menikah. Puas kau!
Chieva
09 Maret 2021
Maaf banget baru up, aku baru sempet ngetik.. 😭😭
Moga part- part yg baru kuketik bisa sampai ke pembaca apa yg ku maksudkan ya, jujur aku gak PD setelah 1 tahun g nulis. Sebenernya g pernh PD sama tulisanku, tapi emang dasarnya aja maksa bnget ini mah… 😭😭
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top