Chapter 24
Kepalaku terasa nyeri seolah ada puluhan jarum tak kasat mata menusuk-nusuk disana. Kudengar suara pintu kembali berderit dan terbuka. Aku sudah siap mengeluarkan sumpah serapahku jika pria itu menampakkan hidungnya lagi. Aku sedang tidak ingin diganggu.
Kepalaku menoleh kesamping, kulihat Grace berjalan perlahan mendekati ranjangku. Kepalanya menunduk dalam.
"Grace." Panggilku lirih. Tenggorokanku terasa kering.
"Aku bisa menjelaskan kenapa diriku bisa berada disini." ujar Grace nampak takut - takut.
"Memangnya kenapa kalau kau disini." Sontak kepala Grace terangkat lurus dengan kedua matanya menatapku lekat akibat mendengar ucapanku barusan.
"K-kau tidak merasa aneh dengan keberadaanku di negara ini."
"Untuk apa?" Sebelah alisku terangkat mendengar pertanyaan anehnya.
"Ambilkan minum." Aku butuh air untuk menormalkan tenggorokanku, dan berbicara banyak dengan Grace.
Grace meraih gelas berisi air di atas nakas, lalu meminumkannya padaku. Setelah itu dia menarik kursi semakin mendekat di samping ranjangku.
"Jelaskan padaku sekarang juga."
"Apa yang harus kujelaskan?" Aku berpura-pura bodoh mendengar pertanyaannya. Grace memutar bola matanya jengah.
"Oh... Ayolah Renesya, haruskah aku mengatakannya dengan gamblang. Kau sudah ingat semuanya bukan? Kau seorang wanita karier yang sudah bersuami, kalian terpisah lama, suamimu koma, kau lupa ingatan, dan kalian menjadi orang asing, sangat mendarama." dengkus Grace.
"Oh God! Marcus dan Aiden harus tau ini." Grace cepat - cepat mengeluarkan ponsel dari clutch hitamnya. Mataku membulat saat Grace sudah bersiap menempelkan ponsel itu di telinganya.
"TIDAK! Jangan hubungi mereka dulu." cegahku.
"Kenapa mereka tidak boleh tau." Kening Grace mengernyit dalam, dia tidak mengerti.
"Belum saatnya."
"Kau harus menjelaskannya padaku." tuntut Grace. "Kenapa kau ingin menyembunyikan ini?"
"A - aku harus memastikan sesuatu."
"Renesya kau ini sedang sakit, jangan memikirkan apapun selain kesembuhanmu."
"Ya! Karena itu aku butuh waktu."
"Oke, aku akan diam untuk saat ini." Grace membuat gerakan mengunci bibirnya.
Tanpa kami sadari seserang muncul secara tiba - tiba. "Apa yang sedang kalian bicarakan?"
Aku membulatkan mata melihat Aiden sedang berjalan mendekat dari arah pintu.
Suara Grace nampak tersendat seperti ingin mengatakan sesuatu namum tidak jadi.
"Kenapa kau kemari, bukankah kau seharusnya kembali ke kantor." Grace bertanya pada Aiden.
"Memang aku akan kembali ke kantor setelah ini, tapi aku sengaja ingin melihat kondisi Renesya lebih dulu."
Grace menepuk keningnya, seakan baru menyadari sesuatu. "Sejak tadi, kau menguping pembicaraan kami dari balik pintu." Tuding Grace tiba-tiba.
"Kalau iya memang kenapa?" tanya Aiden santai.
"Asal kalian tau, untung saja Marcus sudah tidak bersamaku di luar tadi, dia sedang menemui dokter Stefan, jadi kupastikan hanya kita yang tahu kalau Renesya sudah mendapatkan ingatannya kembali."
"Dan ngomong - ngomong kenapa kami tidak boleh tahu kalau ingatanmu sudah kembali nona? Apa kau ingin melanjutkan drama penculikan yang dilakukan suamimu sendiri hingga menimbulkan skandal yang akan semakin membesar diluar sana?" tanya Aiden dengan nada sarkastis.
Ucapan Aiden membuatku mengingat kembali betapa bodohnya diriku saat berusaha kabur dari Marcus.
"Apa yang kau rasakan, apa dokter tadi mengatakan sesuatu yang buruk tentang kondisimu?"
Belum sempat aku menjawab pertanyaan Aiden, suara deringan ponsel berbunyi nyaring yang berasal dari saku jas milik Aiden.
"Ya ... Ada apa?"
"..."
"Sialan! Apa kau bilang?"
"..."
"Baiklah, aku akan segera memberitahunya."
"Apa yang terjadi?" tanyaku dengan suara serak.
"Perusahaan sedang dalam masalah, aku harus segera memberitahu Marcus.
"Sebesar apa masalahnya?" tanya Grace penasaran.
"Nanti saja kujelaskan, aku harus segera pergi."Aiden buru-buru meninggalkan ruangan, menyisakan kami berdua yang diliputi oleh tanda tanya besar.
***
Saat malam menjelang aku masih terjaga, dan terus memikirkan ucapan Aiden.
Apa yang terjadi sebenarnya? Apakah Marcus baik - baik saja?
Kulirik jam digital yang menempel di dinding. Hampir pukul sepuluh malam. Grace sudah pulang sejak pukul tujuh malam tadi, dia mengatakan bahwa Aiden lah yang akan menjagaku malam ini. Namun sampai saat ini Aiden tak kunjung menampakkan batang hidungnya. Padahal terlalu banyak hal yang ingin kutanyakan padanya, sesuatu yang selama ini terlewat olehku. Karena itulah aku tidak bisa tidur.
Mungkin saja Aiden masih lembur menyelesaikan urusannya di kantor, aku akan menunggunya saja.
Sebenarnya aku tidak ingin merepotkan mereka dengan harus menungguiku di rumah sakit, namun aku juga tidak ingin Marcus yang berada di sini. Tidak! Aku belum siap.
Suara pintu berderit terbuka, aku menoleh ke arah pintu, melihat seorang suster masuk dengan membawa perlengkapannya seperti biasa. Aku mengembuskan napas lelah, kupikir Aiden yang datang.
"Anda belum tidur nona?" tanya suster ber-nametag Sofia itu ramah.
"Aku tidak bisa tidur." jawabku singkat.
"Apa ada keluhan yang anda rasakan?"
"Hanya merasa nyeri di bagian belakang kepala."
Suster tersebut mulai menyiapkan perlengkapan pemeriksaanya. Mengeluarkan sebuah cairan berwarna kekuningan dari dalam botol kaca kecil. Dan akan menyuntikkan cairan yang berada di genggamnya ke dalam selang infus yang terhubung pada lenganku.
"Obat apa yang kau berikan?" sebuah suara yang muncul secara tiba-tiba mengintrupsi kegiatan suster tersebut. Kami menoleh bersamaan ke arah sumber suara.
"Oh, maaf tuan saya hanya ingin memberikan dosis rendah obat penenang agar pasian dapat beristirahat."
Tiba-tiba saja Aiden meraih botol kecil yang diletakkan suster tersebut di nampan miliknya yang berada di atas nakas, dalam sekali memandang wajahnya terlihat memerah menahan amarah, sedangkan suster barusan secara mengejutkan pergi meninggalkan ruangan rawatku.
"Keparat!! Siapa yang menyuruhmu?" Aiden beralari mengejar kepergian suster tersebut, aku pun hanya dapat termangu dengan apa yang baru saja kulihat.
"Apakah baru saja aku akan terbunuh?"
Aku bergidik ngeri menatap jarum suntik yang terlempar ke lantai, karena suster tadi membuangnya secara tiba-tiba."
Chieva
08 Juli 2020
Part ini fresh bener-bener baru di ketik, jdi aku melakukan penambahan scene dari part - part yang dulu sudah kubuat, jadi kyak lagi nambal-nambal adegan gtu ceritanya wkwkwk.. Moga aja di versi baru ini, g ngerasa kecepetan sama alur ceritanya, karena aku akan membuka pelan-pelan masa lalu mreka dari sisi Renesya yg sudah mendapatkan ingatannya kembali.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top