the unimportant beginning of everything
Sebagai seorang raja iblis yang sangat ditakuti baik di dunia atas maupun bawah, Kim Dokja justru sangat jarang muncul di depan khalayak. Bahkan, tidak banyak yang tahu persis seperti apa rupanya, meskipun banyak orang mencapai konsensus bahwa mukanya sangat jelek sehingga ia tidak pernah menginjakkan kaki di luar kastilnya. Ada yang mengatakan ia memiliki seringai lebar yang mengerikan. Ada pula yang menambahkan bahwa sayapnya sangat lebar sehingga ketika ia muncul, langit akan tertutup.
Di depan gosip-gosip seperti ini, Kim Dokja tetap bergeming. Ia tidak berusaha untuk meluruskan atau menampik rumornya sama sekali—bukan, ia sama sekali tidak peduli.
Baginya, hal-hal di luar kastil sama sekali tidak berarti. Di dalam kastil miliknya, Kim Dokja dikelilingi semua hal yang membuatnya nyaman. Satu-satunya hal yang disukai Kim Dokja dari umat manusia di dunia atas adalah canggihnya internet mereka. Berkatnya, ia bisa menghabiskan waktu untuk selamanya dengan membaca berbagai jenis webnovel secara online. Teman-temannya juga senantiasa di dekatnya; Penyihir dari Timur Han Sooyoung, Jagoan Olympus Yoo Sangah, Ratu Jung Heewon dari Camelot, Penerus Sang Manusia Kaleng Lee Hyunsung, lalu dua anak manusia yang dipungutnya secara tidak sengaja; Lee Gilyoung dan Shin Yoosung.
Kim Dokja tidak merasa keberatan menghabiskan waktu selamanya seperti ini saja—
—setidaknya sampai pecahan kaca itu secara tidak sengaja memasuki matanya di siang bolong sebelum musim salju.
***
Begitu monster terakhir jatuh ke tanah sebelum menjadi abu, Kim Dokja meregangkan bahunya dan menoleh ke belakang. "Sudah, kan?"
Penyihir dari Timur Han Sooyoung, teman dekatnya, mengangkat jempolnya dengan puas. "Mantap! Memang kau ini kayak pemadam kebakaran, deh! Kalau kupanggil soal urusan beginian pasti selalu datang cepat dan kerjanya memuaskan. Bintang lima!"
Kim Dokja mengangguk-angguk seolah mengiyakan ucapan Han Sooyoung. "Dengan ini, kuota minta bantuanku sudah habis dipakai ya buat bulan ini. Berikutnya kalau kau panggil aku lagi buat menghabisi monster-monster dekat gubuk reyotmu itu, aku tidak bakal datang."
"Hey, jangan sebut tempatku 'gubuk reyot', dasar iblis jelek!" Han Sooyoung melempar sendok kayu yang biasa digunakannya untuk mengaduk ramuan ke arah Kim Dokja yang dengan gesit dihindari. "Perhitungan sekali dengan teman, cih."
"Kau memangnya nggak pasang mantra pelindung? Tumben-tumbennya kau membutuhkan bantuanku membersihkan area sekitar tiga kali dalam bulan ini."
"Aku lupa pasang!" Dengan gerakan tangan kecil, sebuah kabut ungu menyelimuti gubuk dan area hutan sekitar mereka. Tongkat sihir di tangan kanannya mengukir rune untuk mantra pelindung di udara yang kemudian terbang menyelimuti gubuk Han Sooyoung sebelum menghilang. "Aduh, dari kemarin itu aku sibuk banget deh pokoknya. Aku cuma sempat masang mantra pengabur pengelihatan doang buat menyamarkan tempatku ini dari orang lain."
"Dengan reputasimu itu bisa-bisanya kau nggak pasang mantra pelindung? Cari masalah aja." Kim Dokja melempar sendok kayu Han Sooyoung tadi ke dalam gubuknya, kemudian merentangkan sayapnya lebar, bersiap untuk kembali ke kastilnya. "Aku pergi dulu."
"Ya, ya, ya, sana!" Tanpa sepatah kata lain, Han Sooyoung menutup pintu kayu dan mengunci diri di dalam gubuknya, kembali sibuk dengan kegiatannya.
Kim Dokja memutar bola matanya mendengar pintu kayu yang ditutup. Ia baru saja hendak mengepakkan sayap hitamnya ketika Kim Dokja merasa matanya kemasukan sesuatu yang tajam.
Identitasnya sebagai seorang iblis yang kerap bergaul dengan seorang penyihir membuat Kim Dokja sadar bahwa apapun itu yang memasuki matanya, benda itu bukan sekadar debu atau bulu mata. Meskipun tidak terasa... magis, tetap ada sesuatu yang aneh dari benda itu.
Kim Dokja mengusap-usap area matanya dan memanggil sejumput kuasa magis yang dimilikinya untuk mengeluarkan benda yang memasuki matanya itu tetapi nihil. Ia hampir menggigil ketika sensasi dingin yang kering khas musim dingin merasuki tubuhnya. Refleks, Kim Dokja melipat kedua tangannya.
Aneh. Seingatnya musim dingin baru akan lewat besok, deh?
Kim Dokja sempat berpikir untuk memanggil kembali Han Sooyoung tetapi getaran di ponselnya menghentikannya. Ketika ia mengecek, beberapa pesan dari Lee Gilyoung dan Shin Yoosung telah memenuhi notifikasinya.
Tanpa membaca pesannya satu persatu, Kim Dokja kembali memasukkan ponselnya di saku. Ia mengabaikan sensasi aneh di mata yang sempat dirasakannya tadi. Nanti saja, pikirnya, lalu mengepakkan sayapnya menuju kastilnya, perlahan-lahan merasa kosong di dalam.
===
early warning; other characters are only mentioned briefly in the story, kemungkinan besar nggak bakal muncul di chapter-chapter berikutnya except maybe hsy
also, this was meant to be a slight comedic (or at least not too serious) which is why i used so many references like wicked with of the west for hsy and jung heewon as king (queen) arthur who pulls the excalibur and to emphasize the fantasy feels i guess??
thank you for reading this story!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top