Bagian 5 Kian Jatuh Kepayang



Pagi ini Rani bersiap-siap untuk kembali terbang menuju Turki. Semangat dan pikirannya yang telah di charge saat cuti, fresh kembali. Senyum manis mengembang tulus dari wajahnya, menyapa para rekan awak cabin dan penumpang.

"Selamat pagi," sapanya ramah. Namun senyum itu tiba-tiba mengendur ketika Rama membalas senyum dan sapanya diantara penumpang lainnya yang akan terbang juga. Siapa yang menyangka, kalau ia akan kembali bertemu Rama di pesawat menuju Turki. Tak mungkin kan, dia pindah penerbangan mendadak? Demi melihat Rama kembali membuntutinya, entah karena sengaja atau kebetulan. Tapi kayaknya karena alasan pertama deh, gerutunya. Huh!

"Pagi juga Mbak cantik, senangnya bisa bertemu lagi" jawab Rama dengan senyum dikulum.

Dari kejauhan, Rani melihat Erna menatap kearahnya sambil senyum-senyum salah tingkah. Sepertinya Rani tahu siapa dalang dibalik semua ini, Erna! Kalau tidak, darimana Rama tahu dia akan kembali terbang jurusan Jakarta-Turki. Awas ya, kamu Er, sungut Rani dalam hati.

"Kenapa sih, kamu penasaran banget ama saya Ram?" balas Rani. Mukanya yang manis bak gula, akhirnya berubah sedikit kecut di pagi yang merona indah bersemukan awan.

"Makanya, jangan bikin saya penasaran terus dong," jawab Rama santai tanpa merasa bersalah. Sebelum memasuki ruang pesawat kelas eksekutif dan mencari no seatnya. Rani spechkless untuk yang kedua kalinya. Namun cepat-cepat ia buang rasa kesalnya, karena tak baik bila penumpang melihat roman wajahnya yang keruh. Profesional dong Ran! Bisik hatinya mengingatkan. Lalu spontan ia stel kembali wajah ramah dan senyum tulusnya.

Ketika Rani selesai melayani penumpang di kelas ekonomi, ia beranjak ke kelas yang lebih mahal, dimana Rama menjadi salah satu penumpangnya.

"Ngomong-ngomong, pengamen sanggup juga yah, naik pesawat. Kelas eksekutif lagi," ledek Rani membalas sikap Rama.

"Hohoho.....Saya kan beda, pengamen kelas atas gitu loh. Jangankan cuma naik pesawat eksekutif, pesawatnya sekalian bisa saya beli," balas Rama sombong sambil mendekapkan kedua tangannya, dan menaikkan kaki kanannya diatas kaki kirinya. Tentu saja senyum jahilnya tak pernah ketinggalan menghiasi bibir tipisnya. Rani makin bête, dan ingin segera berlalu. Tapi tiba-tiba sebelum kakinya beranjak, dari sosok laki-laki yang ingin ia jauhi sejauh-jauhnya,

"Mbak, bisa minta tolong gorden jendelanya di tutup?" pinta seorang ibu setengah baya yang duduk di sebelah Rama, di kursi dekat jendela.

Rani pun segera mengangguk ramah dan meminta permisi pada Rama agar bisa lewat. Tau-tau sebuah insiden yang tak bisa terelakkan terjadi.

"Huek!" Ibu tersebut berhasil memuntahkan isi perutnya ke seragam Rani. Rani spontan terdiam, antara pengen nangis dan marah karena sepagi ini sudah mendapat muntahan. Tapi lagi-lagi Rani hanya bisa memasang wajah senyum nan ramah. Sementara Rama malah tertawa ngikik sambil menutup mulutnya. Duh, mimpi apa gue semalam ya? Sesal Rani takjub bin shok.

"Maaf banget ya Mbak, soalnya saya sudah tidak tahan lagi karena mual yang udah ditahan-tahan dari tadi," jawab si Ibu merasa bersalah.

"Gak papa kok Bu, saya masih bisa ganti baju. Tapi lain kali ibu bisa menggunakan kantung muntah yang ada di depan kursi duduk bila ingin muntah," jawab Rani sambil menunjukkan pada si Ibu. Lalu ia segera pamit untuk berganti baju karena sudah tidak tahan mencium aroma muntah yang aduhai baunya....Hampir saja ia mendadak mabuk juga bila tak segera mengganti seragam barunya. Ya Tuhan....Insiden apalagi yang akan terjadi setelah ini?

Rama yang melihat antara kasihan dan geli, cuma bisa tersenyum dan cepat-cepat pura-pura memejamkan matanya. Tak lama, terdengar Rama mengerutkan kening demi mendengar suara pilot mengucapkan pengumuman. Mengapa suara pilotnya terbata-bata dan tidak mengalir lancar seperti biasanya? Sepertinya ada yang janggal, tanya Rama heran dan kembali duduk gelisah sambil membuka matanya lagi. Rani yang sedang membersihkan seragam ikut bingung mendengarkan suara pilot memakai bahasa Inggris yang kurang jelas. Padahal biasanya lancar jaya dan menggunakan bahasa Indonesia lebih dulu, baru ke Inggris. Rama juga melihat para penumpang yang duduk di dekatnya terlihat resah dan memasang wajah was-was. Tanpa menunggu lagi, Rama segera bangkit dari kursinya dan mengajak penumpang lainnya menuju kokpit. Akhirnya pilot yang di duga tengah mabuk tersebut segera dibawa keluar. Lalu diturunkan dan dibawa ke mobil memakai penutup kepala. Akhirnya pesawat diterbangkan oleh pilot yang baru.

"Pantes saja ngomongnya terdengar ngawur di kuping, ucap Rani setelah ia mendengar penjelasan dari Rama.

" Makasih yah Ram. Tanpa inisiatipmu, entah bagaimana nasib para penumpang dibawa terbang oleh pilot yang tengah mabuk berat itu," ucap Rani penuh terima kasih.

Lagi-lagi Rama dibuat jatuh cinta oleh ketulusan Rani yang tak pernah sedikitpun memikirkan dirinya. Tapi malah lebih merisaukan nyawa penumpangnya. 'entah bagaimana nasib para penumpang' ! Perkataan itu terus bertalu-talu di dada Rama. Akh Rani....


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top