2. Tetangga Baru

Bagiku, malam adalah siang dan siang adalah malam. Para pekerja seks komersial hampir rata-rata sepertiku. Begitu bersahabat dengan angin malam, tetapi sangat malas dengan sinar matahari siang.

Aku masih ingin tidur yang lama, tetapi suara ketukan di pintu rumah membuat tidurku terganggu. Mimpi ke Turki naik balon udara, gagal, karena aku tak bisa meniupnya. Mimpi yang sungguh lucu! Aku pun bangun dengan malas. Lalu turun dari ranjang besarku yang amat berantakan. Riasanku semalam belum sempat aku bersihkan, jadi kaia bisa bayangkan bagaimana penampilanku pagi ini.

Pukul dua siang.

Ya ampun, sudah siang.

Tok! Tok!

"Assalamu'alaikum."

"Ya, sebentar! Siapa sih? Ribet banget!" Aku mengomel kesal karena mimpiku diganggu.

Cklek

Aku memutar anak kunci satu kali. Dengan mata setengah menyipit aku melihat pria muda yang berdiri di depanku dengan canggung.

"Siapa? Cari siapa?" tanyaku sambil menggaruk perutku yang gatal. Baju tank top itu pun tersingkap sedikit, hingga kulit perutku terlihat. Pemuda itu lekas memalingkan pandangannya.

"Mas, ada perlu apa? Saya lagi tidur pules jadi keganggu."

"Maaf, Mbak, perkenalkan saya Habibi, tetangga sebelah yang semalam baru saja pindah. Ini ada sedikit bingkisan perkenalan dari saya." Aku menerima paper bag dari pemuda itu dengan datar.

"Permisi, Mbak." Belum lagi aku mengucapkan terima kasih, pemuda itu sudah berlari menuju rumahnya yang persis di sebelah rumahku.

Cluster tempat aku tinggal memang tidak membolehkan warga untuk membuat pagar rumah, sehingga antara satu tetangga dengan tetangga lainnya kenal cukup dekat. Mungkin hanya aku saja yang tidak terlalu mengenal ibu-ibu di sini, karena aku tidak ikut gabung grup ibu-ibu cluster. Hanya Bu Hani, tetangga kiriku yang mengenalku dengan baik dan tahu pekerjaanku.

Aku pun masuk ke dalam rumah, lalu membuka isi paper bag yang ternyata makanan. Perutku mendadak berbunyi karena aroma masakan yang begitu lezat. Langsung saja aku makan dengan lahap dan menghabiskan semua isi nasi kotak itu.

Selesai makan, aku pun mandi dan beberes rumah. Aku sampai lupa kapan terakhir aku menyapu dan mengepel rumah. Teras rumah pun turut aku bersihkan. Di saat yang sama pula, pemuda tetangga baruku sedang mengisi air di dalam box besar dari kaca. Pasti itu aquarium.

"Mas, terima kasih nasinya," kataku padanya. Lelaki itu pun menoleh padaku dengan kaget, ia tersenyum sambil mengangguk. Senyuman yang sangat manis di siang hari yang terik seperti ini.

"Istrinya mana, Mas?" tanyaku berbasa-basi.

"Single, Mbak, belum menikah," jawabnya sambil tersenyum pada aquariumnya.

"Sama, saya juga jomlo. Apa ini tandanya kita jodoh, Mas?"

Huk! Huk! Huk!

Ia terbatuk-batuk bagaikan tersedak. Aku pun  berlari untuk menolong pemuda itu.

"Mas, ini airnya." Kebetulan ada botol air mineral di dekatnya. Pemuda itu masih terbatuk-batuk entah karena apa, aku pun tidak tahu. Air mineral yang aku berikan belum juga masuk ke dalam mulutnya karena ia masih repot dengan batuk.

"Napas... napas...," ucapnya tersendat-sendat dengan napas yang terlihat naik turun dengan cepat.

"Apa, Mas? Mas butuh napas buatan? Beneran? Oke, saya bersedia. " Pemuda itu bangun dari duduknya, lalu berlari masuk ke dalam rumah dan langsung mengunci pintu.

Aku mengangkat bahu tidak mengerti. Kenapa pemuda ini takut sekali padaku? Padahal aku hanya ingin menolongnya.

Aku pun kembali ke dalam rumah sambil membawa sapu dan alat pel yang tadi kugunakan. Seperti biasanya, aku tidak akan keluar rumah lagi sampai selesai waktu isya.

Tuan Takur booking lu dari jam sembilan malam sampai jam sembilan pagi, gimana?

Aku tengah duduk di ruang TV saat pesan dari Lisa masuk. Tentu saja aku terkekeh geli membaca pesan dari sahabat malamku itu. Pria India bernama Najib itu senang sekali berlama-lama denganku.

Males

Send

Kenapa?

Suruh kempesin dikit pistolnya, baru gue mau, ha ha ha

Send

Bukannya enak? Gue aja pengen dapat kayak lu, gak bisa. Adanya yang standar suami-suami kesepian.

Mana ada yang enak, Lisa. Kalau mau enak itu sama lelaki halal dan itu sudah pasti, di mimpi pun tidak akan pernah kita dapatkan.

Send

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top