SEPULUH

Halo, teman-teman. Kita berjumpa lagi. Apa kamu merindukanku? Apakah liburanmu menyenangkan? Mudik ke mana nih kemarin? 

:-) Sebelumnya, aku meminta maaf lahir dan batin ya, jika selama kita berteman di sini aku banyak melakukan kesalahan. Semoga ke depan kita bisa berteman dengan lebih erat lagi ya. Tulis komentar ya, supaya aku bisa balas sambil kita melepas kangen.

Love, Vihara (IG/Twitter/FB/TikTok ikavihara, Tokopedia/Shopee ikavihara, WhatsApp 0831 5586 1228 kumpulan bab esktra ada di karyakarsa.com/ikavihara)

***

Ini bukan kehilangan pertama yang dihadapi Lamar. Beberapa tahun sebelumnya, ibu Lamar meninggal dunia karena sakit. Tetapi saat itu Lamar punya sedikit waktu untuk dihabiskan bersama ibunya. Lamar masih sempat mendengar nasihat ibunya mengenai hidup dan cinta. Merekam suara ibunya. Membuat video sebanyak-banyaknya. Pada kasus Thalia, takdir benar-benar merampok waktu yang seharusnya dimiliki Lamar bersama Thalia. Tidak ada kenangan yang bisa sengaja dibuat, untuk modal menjalani hari-hari berat.

Ditinggal mati seseorang yang kita cintai, seseorang yang kita angankan akan menjadi pasangan sehidup-semati, lebih-lebih secara tiba-tiba dan tanpa peringatan, tak ubahnya seperti menghadapi hari kiamat. Dunia porak-poranda. Matahari jatuh dan langit runtuh. Kita tidak bisa berlari dan bersembunyi. Tubuh hancur lebur dihantam serpihan bumi dari kanan dan kiri.

Kalau dicampakkan atau bahkan diselingkuhi, walau tetap sakit, tapi terdengar lebih baik. Setidaknya ada orang yang bisa kita salahkan atas timbulnya luka yang menganga lebar di dada. Tetapi kalau orang yang kita cintai meninggalkan dunia ini, apa yang bisa dilakukan? Selain meratap dan berharap ada keajaiban hingga dia bisa kembali ke sini?

Thalia—seorang pengacara—pada waktu itu harus menemui kliennya yang sedang berada di Alaska. Naas, pada perjalanan pulang pesawat charter yang ditumpangi Thalia mengalami kecelakaan dan tidak ada satu pun korban yang selamat.

Lamar menarik napas dan mengambil sebuah buku berwarna merah, yang tergeletak di sampingnya di ranjang. I Wrote A Book About Us By Lamar Karlsson, begitu tulisan yang tertera di sampul. Sedianya buku ini akan dihadiahkan kepada Thalia, pada hari ulang tahunnya yang kedua puluh sembilan. Mengingat Thalia tidak akan pernah merayakan ulang tahunnya, rasa sakit tak tertahankan yang pertama kali muncul pada saat Lamar menerima kabar duka itu, tadi malam datang kembali dan tidak hilang sampai pagi ini.

Lamar membuka halaman demi halaman. Yang baru diisi separuh. Setelah Thalia tiada, Lamar tidak memiliki keinginan untuk melanjutkan. Buat apa. Wanita yang sangat dicintainya telah pergi untuk selama-lamanya. Tidak akan bisa menerima dan melihat cinta Lamar yang tertulis di sini.

I am pretty sure the stars brought us together, so we can spend the rest of our life loving each other. Jemari Lamar menelusuri tulisan berwarna emas di atas halaman berwarna hitam. Dengan sangat hati-hati dulu Lamar menggoreskan pena di sana. Ada gambar dua rasi bintang yang dilukis Lamar di sana. Sesuai tanggal lahir Lamar dan Thalia. Pernah mereka iseng mencari orang yang bisa membaca rasi bintang dan bertaruh apakah orang tersebut akan menyebut mereka berjodoh atau tidak.

Persiapan pernikahan mereka sudah hampir selesai. Lokasi pernikahan yang dipilih Thalia adalah Cornerstone Sonoma di Napa Valley. Undangan sudah sampai ke tangan penerima. Semua tamu, tanpa terkecuali, mengonfirmasi kehadiran melalui website yang disediakan. Kedua keluarga sangat antusias menyambut bersatunya dua anak manusia, yang mereka ketahui saling mencintai. Walaupun sudah tidak punya orangtua, tapi Thalia memiliki sepupu yang tak terhitung banyaknya. Bahkan Lamar sering berkata sambil bercanda, bahwa sepupu Thalia lebih banyak daripada jumlah gigi di dalam mulut Lamar.

Oleh karena itu mereka memerlukan tempat yang luas untuk pesta pernikahan. Pernikahan dilaksanakan di Amerika, tempat tinggal mempelai wanita dan kerabatnya. Keluarga Lamar akan datang, diwakili Alesha, Elmar, dan ayah mereka. Pada libur musim panas nanti, Lamar dan Thalia mereka akan menggelar resepsi kedua di Indonesia. Supaya ayah Lamar bisa mengundang sahabat dan teman-temannya untuk merayakan pernikahan anak terakhirnya. Beberapa orang dari keluarga besar Thalia gantian akan datang, sekaliah liburan di Indonesia. Semua logistik sudah siap.

Namun rencana tinggalah rencana. Semesta telah mengkhianati dirinya. Bagaimana bisa takdir mengiming-imingi Lamar dengan cinta dan kebahagiaan, lalu merenggut itu semua dan tertawa keras tepat di wajah Lamar sambil mengatakan 'No, that's not for you'? Sungguh, Lamar setuju dengan siapa saja yang mengatakan hidup ini tidak adil.

Kalau memang Lamar tidak cukup pantas untuk menghabiskan hidupnya bersama Thalia, Lamar ingin mereka berpisah jalan saja. Dengan baik-baik. Thalia tidak perlu kehilangan nyawa. Sebab dunia ini memerlukan Thalia. Pengacara yang berani mengambil kasus-kasus tidak mudah, dengan bayaran tinggi. Hanya dengan begitu Thalia bisa membantu orang-orang tidak mampu tapi memiliki masalah dengan hukum, tanpa memungut biaya.

Ada berapa banyak anak muda yang diselamatkan Thalia dari penjara dan kemungkinan menimba lebih banyak ilmu kejahatan di sana? Ada berapa banyak orangtua yang tidak perlu berpisah dengan anaknya, karena Malissa berhasil membebaskannya dari tuntutan pidana? Tidakkah Tuhan melihat itu sebagai alasan untuk memperpanjang umur Thalia? Orang baik selalu meninggal lebih cepat, kalau kata Alesha.

Thalia orang baik. Buktinya pemakaman Thalia dihadiri sangat banyak orang. Deretan mobil mengular sangat panjang. Semua kerluarga yang pernah dibantu Thalia datang. Klien-klien Thalia. Seluruh orang di kompleks yang ditinggali Thalia. Siapa pun yang pernah kenal dan bertemu Thalia. Kesedihan tergurat jelas di wajah semua orang. Lamar memejamkan mata dan membiarkan air mata mengalir di pipinya. Kalau tidak ditahan oleh salah satu sepupu Thalia, hari itu Lamar sudah merangkak masuk ke liang lahad dan bergabung dengan Thalia di sana. Tidak keluar untuk selama-lamanya.

Kamu adalah jawaban dari semua pertanyaan yang selama ini kucari. Kamu adalah mimpi terbesar dan terindahku. Aku menyesal karena aku tidak sempat menikah denganmu. Aku menyesal karena aku tidak pernah bisa dengan bangga dan bahagia menyebutmu istriku. Lamar berbisik di dalam hati. Tidak sempat menikah dengan Thalia adalah penyesalan terbesar di hati Lamar. Karena Thalia, sebenarnya, ingin menikah dua bulan sebelumnya. Tetapi Lamar meminta Thalia bersabar, sebab Lamar ingin keluarganya bisa menghadiri pernikahannya. Seandainya saja Lamar rela menikah tanpa dilihat langsung oleh ayah dan kakaknya.

"I am so sorry, Love...."

Thalia Valencia Karlsson. Sering Thalia mencoba menanda-tangani kertas kosong dengan nama baru—nama yang akan dia miliki—dengan bangga. Nama tersebut begitu berarti, menurut Thalia lagi, karena Lamar tidak memberikannya kepada sembarang orang.

"Karena aku gagal memenuhi keinginanmu. Cita-cita kita bersama...."

***

"Lamar!"

Langkah Lamar terhenti saat seseorang memanggil namanya. Di ruang tunggu rumah sakit. Tidak tahu apakah ini keberuntungan atau bukan, tadi Lamar tidak jadi berlama-lama mengurung diri di dalam kamar dan meratapi perjalanan cintanya yang berakhir bahkan sebelum benar-benar dimulai. Keponakan baru Lamar tampaknya tidak sabar ingin segera bertemu kedua orangtuanya. Karena sang ayah sedang berada di Singapura, Lamarlah yang berada di sini sekarang. Mengantar dan menunggui Renae, sampai keluarganya yang lain datang dan bisa menggantikannya.

Lamar menoleh ke kanan dan mendapati Malissa berjalan menuju ke arahnya. Kenapa dari semua waktu yang tersedia di dunia ini, Lamar harus bertemu Malissa sekarang? Pada hari kematian Thalia? Rasa suka Lamar kepada Malissa semakin tidak terbendung setelah keikut-sertaan Lamar dalam acara giveaway sepeda. Jika memang harus mengkhianati Thalia dan cinta mereka, Lamar tidak ingin melakukannya pada hari ini.

"Hei, Lissa." Lamar menyapa Malissa. Ini adalah ajaran ibunya dan kalau Lamar tidak bersikap ramah kepada Malissa—yang tidak salah apa-apa—pasti ibunya akan kecewa di alam sana. "Sedang apa kamu di sini?"

"Salah satu relawan toko melahirkan. Kamu?"

Lamar tidak pernah bertemu dan berkenalan dengan seorang wanita mengagumkan seperti Malissa. Yang memiliki energi tak terbatas dan hati yang sangat luas. Pada hari giveaway, Malissa berpindah dari satu titik ke titik lain, menyapa semua orang yang datang layaknya teman lama. Malissa juga memastikan semua anak yang hadir—syarat giveaway sepeda adalah anak yang akan menaiki sepeda harus hadir di lokasi—memiliki sesuatu untuk dibawa pulang. Sepeda yang tersedia terbatas saat itu, tapi anak-anak yang tidak kebagian tetap tersenyum lebar karena mendapatkan hadiah lain yang mungkin tidak akan terbeli sampai mereka dewasa dan punya uang sendiri.

Kalau sebelumnya Lamar jatuh cinta pada Thalia karena Thalia tahu dengan jelas alasan dirinya dilahirkan ke dunia—menyelamatkan orang-orang tak bersalah dari cacatnya sistem hukum—maka sekarang Lamar seperti dihadapkan pada situasi yang sama. Di dunia ini, Malissa menjelaskan kepada Lamar saat giveaway, ada banyak sekali barang yang menurut sebagian orang tidak lagi menarik tapi berguna bagi banyak orang lainnya. Toko yang didirikan Malissa adalah menjadi jembatan bagi kedua pihak tersebut untuk bertemu.

Sungguh mengagumkan cara pandang Malissa terhadap hidup ini. Tanpa bertemu Malissa, Lamar tidak akan pernah bisa berpikir demikian. Kepada Lamar, Malissa menunjukkan satu kardus besar berisi pasta gigi. Semua dalam kondisi baik, kecuali kemasan kartonnya penyok. Di toko-toko, kata Malissa, pembeli akan memilih produk yang kondisinya sempurna. Sehingga yang sedikit tidak beruntung akan sulit terjual. Setelah melalui perjuangan yang tidak gampang, Malissa mendapatkan pasta gigi itu secara cuma-cuma dan bisa memberikannya kepada mereka yang tak mampu membelinya.

"Lamar?" Malissa melambaikan tangan di depan wajah Lamar.

"Huh?" Lamar memarahi dirinya yang sedang melamun. Melamunkan wanita yang saat ini duduk di sampingnya. Untuk apa melamun, kalau dia bisa memandangi wajah Malissa dan menikmati kebersamaan mereka sepuasnya?

####

Jangan lupa baca cerita kakak-kakaknya Lamar. Elmar dalam A Wedding Come True dan Halmar dalam The Promise of Forever. Tersedia di seluruh toko buku di Indonesia dan Shopee/Tokopedia ikavihara. Atau baca di Gramedia Digital, cukup Rp 45.000 aja untuk membaca keduanya dan buku-bukuku yang lain, dengan Fiction Premium Package. Kumpulan bab ekstra buku-bukuku bisa dibaca di karyakarsa ikavihara.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top